Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"
Kamis, 22 Desember 2011
HARGA KHUSUS
Telah terbit buku renungan KABAR BAIK edisi Januari-Februari 2012 dengan tema AWAL YANG BAIK. Terbit dua bulanan, dilengkapi dengan kolom bagi berkat, kesaksian, konsultasi, gerakan membaca Alkitab setahun, dukungan doa, kata motivasi. Harga untuk Jawa Rp7000, Luar Jawa Rp8000. Untuk berlangganan 12 edisi GRATIS 2 edisi. Pesanan 30bk tiap edisi selama 12 edisi mendapatkan PAKET BUKU AGAPE senilai Rp150.000. Pesan sekarang ke 081394401799 atau rhkabarbaik@Gmail.com.
Kamis, 01 Desember 2011
MENYUSUN KATA-KATA
MERANGKAI KALIMAT
Tony Tedjo
School Of Writing (SOW)
0813-9440-1799; 022-95187968
tony_kharis@yahoo.com; tonytedjo@gmail.com
www.schoolofwriting.blogspot.com
DAFTAR ISI
Daftar Isi .............................................................................................................. 2
Kata Pengantar .................................................................................................. 3
Bab 1. Apa Itu Menulis? ...................................................................................... 4
Bab 2. Untuk Apa Menulis? ................................................................................ 8
Bab 3. Bagaimana Memulai Menulis? ............................................................... 10
Latihan Pertama ................................................................................................. 17
Bab 4. Apa itu Buku? .........................................................................................18
Bab 5. Untuk Apa Menulis Buku? ......................................................................20
Bab 6. Bagaimana Memulai Menulis Buku? ......................................................21
Latihan Kedua .................................................................................................... 23
Bab 7. Keuntungan Menulis Buku Apa? .............................................................24
Daftar Pustaka .................................................................................................. 27
Biodata Penulis ………………………………………………………….....……..…27
KATA PENGANTAR
Syalom,
Salam dahsyat penulis!
Selamat bergabung bersama kami menjadi keluarga besar dari School Of Writing (SOW) sebuah sekolah menulis dengan dilandasi nilai-nilai alkitabiah. Kerinduan hati kami adalah agar di kemudian hari akan lebih banyak bermunculan para penulis rohani yang bergerak bersama dalam pelayanan literatur, menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat.
Buku berjudul “Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat“ ini secara khusus sebenarnya disusun bagi setiap orang yang rindu membuat sebuah buku. Dalam buku ini Saudara akan diajarkan 2 bagian dasar, yaitu bagian mengenai menulis dan menulis buku. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pengertian menulis, tujuan menulis, dan bagaimana memulai menulis. Di bagian kedua, diajarkan pengertian buku dan seputarnya, tujuan menulis buku, dan bagaimana cara memulai menulis buku. Masing-masing bagian disertai dengan latihan, yang bertujuan agar setiap orang yang mempelajari buku ini bisa langsung mempraktekkannya. Diharapkan setelah Anda menyelesaikan membaca dan mengerjakan latihan, naskah buku sudah siap untuk dijadikan sebuah buku. Pada bagian akhir dilengkapi dengan bagian khusus mengungkapkan mengenai berbagai keuntungan bila menjadi penulis buku.
Dikarenakan sistem belajarnya yang tidak bertatap muka langsung, maka setiap pertanyaan dan bimbingan dapat dilakukan melalui surat, email, dan telpon langsung ke kami. Kunci keberhasilan dalam belajar ini tergantung pada diri Anda sendiri. Apakah Saudara benar-benar serius atau hanya coba-coba. Akan terlihat dari hasil akhirnya. Keberhasilan seseorang yang sedang belajar menulis adalah seringnya dia menulis. Dengan semakin sering menulis, maka dia akan menjadi penulis handal, yang tulisannya digemari banyak orang dan menjadi berkat.
Pada akhirnya, saya mengucapkan selamat belajar untuk menjadi penulis handal dan kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati Anda.
“Bakat sama sekali tidak penting. Penguasaan terhadap berbagai macam teori dan kiat penulisan memang penting. Tapi itu bukan kunci utama untuk mengantarkan Anda menjadi penulis sukses. Kunci utama setiap sukses terletak pada kekuatan mental (alias soft skill), bukan keahlian teknis!” (Andreas Harefa).
Tony Tedjo
Pendiri dan Ketua
BAB 1
APA Itu MENULIS ?
Setiap manusia pasti telah membaca atau melihat sebuah tulisan, minimal sekali sepanjang hidupnya, baik yang tertulis di selembar kertas, daun lontar, pahatan batu, lempengan logam, dan sebagainya. Manusia kota, desa, pedalaman, primitif, ataupun orang dari suku terbelakang sekalipun, mereka sudah mengenal tulisan. Tulisan itu bisa berupa kata-kata atau simbol-simbol yang memiliki arti khusus, sehingga setiap orang dari kelompoknya bisa mengerti maksud dari tulisannya. Tulisan ini jugalah yang menjadi sarana komunikasi tertulis antar sesama manusia sehingga bisa saling berinteraksi.
Agar dapat menulis, seseorang harus belajar. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti belajar sendiri dengan cara mencontoh dari tulisan-tulisan yang sudah ada, ataupun dengan cara diajari oleh orang lain yang dianggap sebagai guru atau pembimbingnya. Lama belajar menulis itu berbeda-beda, tergantung dari ketekunan dan kesungguhan hati orang itu sendiri. Bila dilakukan dengan tekun dan ada kesungguhan hati, tentunya akan lebih cepat bisa menulis dibandingkan dengan orang yang bermasa bodoh atau belajar menulis karena terpaksa. Bila alasannya karena terpaksa, maka hasil tulisannya juga kurang baik. Sebenarnya seseorang tidak perlu karena terpaksa, apabila sudah menyadari benaar manfaat sesudah belajar menulis. Mungkin setelah beberapa waktu kemudian dia bisa menyadari manfaat dari belajar menulis.
TULISAN DAN KATA-KATA
Setiap tulisan itu terdiri dari kata-kata yang tersusun secara berurutan dan memiliki sebuah arti. Kata-kata itu sendiri tersusun atas beberapa huruf, yang sesudah disusun akan memiliki arti tersendiri. Menurut Alfabet yang kita kenal, ada 26 huruf yang dipakai secara umum. Huruf tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari ke-26 huruf ini kita bisa mengelompokkannya menjadi dua bagian besar, yaitu Vokal dan Konsonan. Kategori huruf yang digolongkan vokal adalah A, I, U, E, dan O. Sedangkan kelompok konsonan adalah B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, Z. Setiap kata-kata yang tersusun akan membentuk sebuah kalimat.
Kalimat juga terdiri atas dua bagian, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Contoh kalimat aktif adalah memakan, menulis, membaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan me-. Sedangkan contoh kalimat pasif adalah dimakan, ditulis, dibaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan di-. Kalimat yang baik biasanya terdiri dari kalimat aktif yang disusun dalam beberapa kata-kata, sehingga memiliki arti yang mendukung satu sama lain dan membentuk sebuah paragraf. Alur cerita setiap kalimat itu mengalir berkaitan satu dengan lainnya.
Dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat ini diperlukan kecermatan dan ketrampilan khusus, yang dapat dipelajari apabila sering menulis. Mereka yang sering menulis sebuah artikel atau sebuah buku, akan memiliki sense atau kepekaan sendiri terhadap kalimat maupun kata-katanya. Sebab agar terbentuk sebuah kalimat yang indah dan enak dibaca, harus bisa menyusun kata-kata dan merangkai kalimat dengan baik. Kata-kata yang dipakai tidak hanya itu-itu melulu, tidak diulang-ulang berkali-kali, sehingga pembaca tidak bosan atau cape membaca tulisan itu, serta untuk menghidupi tulisan itu agar tidak kering.
KATA
Kata merupakan bagian pendukung yang membentuk sebuah kalimat. Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi penulis dalam memilih kata-kata yang baik. Kelima hal tersebut yaitu:
Pertama, gunakan kata-kata yang jelas dan sederhana. Tidak berbelat belit. Tidak menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Hindari penggunaan kata-kata yang sulit dan berbunga-bunga. Jauhi kata yang berbunga-bunga. Tidak boleh bersifat mengkhotbahi. Jangan mengulang-ulang kata terus- menerus.
Kedua, gunakan kata-kata yang aktif, langsung dan kuat. Hindari penggunaan kata pasif. Pelajari tata bahasa dengan sederhana. Hindari penggunaan kata penghubung untuk mengawali sebuah kalimat.
Ketiga, gunakan kata-kata yang tepat dan benar. Pakailah kata-kata yang tepat dan spesifik. Misalnya kata bunga, tuliskan saja bunga ros atau bunga melati.
Keempat, gunakan kata-kata yang menceritakan dan memperlihatkan. Kata-kata yang menggambarkan, mendatangkan bunyi, kata-kata yang menciptakan atau membangkitkan perasaan.
Kelima, gunakan kata-kata atau frase orisinil. Hindarkan penggunaan kata-kata yang sudah lama tidak dipakai atau sudah terlalu umum. Usahakan untuk selalu menggunakan frase yang orisinal, agar terasa sedap dibaca.
KALIMAT
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang didalamnya terdapat huruf-huruf yang memiliki arti dan makna tersendiri setelah digabungkan. Kalimat yang tersusun dalam beberapa kalimat akan membentuk sebuah paragraf. Kalimat yang harus sering dipergunakan dalam Sebagai alat komunikasi, kalimat memiliki lima fungsi dalam suatu tulisan, sebagai berikut: Menjadikan tulisan lebih efektif; membawa pembaca berkenalan pada isi suatu bacaan; mengantar pembaca dengan mudah mengenal apa yang perlu diketahui; kalimat yang baik membuat orang tertarik dan terus membaca bacaan yang ada di tangannya; enak dibaca, sekalipun isinya tidak begitu bagus, hanya karena bahasanya yang komunikatif, membuat orang mau membacanya. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menginformasikan gagasan atau maksud penulis dengan jelas dan tanpa mengandung arti ganda.
Sebuah artikel yang baik didalamnya tersusun atas banyak kalimat efektif dan kata-kata yang bervariasi serta memiliki arti yang dapat dimengerti oleh si pembaca. Bahasanya tidak monoton. Agar bisa mencapai hasil demikian diperlukan latihan yang berkelanjutan. Sebab menulis itu sendiri ibarat sebuah pisau. Bila lama sekali tidak dipakai dan dibiarkan begitu saja, akan berkarat dan tumpul. Seorang penulis juga apabila tidak terus berlatih, akan menjadi tumpul. Sehingga sewaktu akan mulai memakainya kembali perlu dimulai dari awal lagi. Seorang penulis sejati pastilah tidak akan pernah puas dan berhenti berkarya menghasilkan tulisan yang terbentuk menjadi buku. Selain tulisannya diterbitkan diberbagai media massa, tulisannya juga terdapat di berbagai buku yang sudah dia terbitkan.
Seorang pembicara terkenal atau seorang pengkhotbah kondang sangat mahir dalam berpidato atau berceramah di hadapan puluhan, ratusan, bahkan beribu-ribu orang. Namun mereka tidak serta merta bisa menjadi penulis. Memang, beberapa di antara mereka ada juga yang merangkap sebagai penceramah terkenal dan pengkhotbah kondang. Ada alasan tersendiri mengapa beberapa di antara mereka tidak bisa menulis. Kemungkinan ada yang bisa menulis, hanya saja melihat honornya yang kecil, membuat dia malas menulis (saya pernah menulis sebuah artikel yang pernah dimuat BAHANA berjudul ”Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis.” Bisa juga dilihat dalam buku Bingkai Kehidupan karya Tony Tedjo, Penerbit Agape, 2009).
Saya mau katakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi penulis. Lebih tepatnya lagi bahwa Tuhan sudah memberikan kepada setiap manusia kemampuan untuk menulis. Hanya saja hasil akhirnya tetap kepada diri manusianya sendiri. Ada yang memiliki respon bermasa bodoh, cuek, mengabaikan, dan bahkan menjauhkan diri darinya. Dan bagi mereka yang meski awalnya dirasa tidak bisa menulis, tetapi memiliki kerinduan untuk bisa. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk belajar, menggali potensi yang dia miliki tersebut, dia akan mendapatkannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia menjadi seorang penulis produktif dan penulis best seller. Di mana buku-bukunya laris manis di pasar.
Saya punya pengalaman menarik dengan tulisan. Sewaktu sekolah di SD hingga SMA dahulu, ada satu pelajaran yang saya kurang senangi, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap kali diadakan ujian akhir, selalu saja mata pelajaran ini yang nilainya kurang baik. Sebab ada satu bagian yang nilainya sekitar 30% yang saya kerjakan tidak maksimal, yakni bagian mengarang. Kelemahan saya pada waktu itu adalah tidak bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang baik dan menyambung dengan paragraf lainnya, sehingga bisa terbentuk suatu karangan yang utuh dengan cerita yang nyambung dari awal hingga akhir cerita.
Saya mengerjakan soal mengarang ini dengan ”mengarang” alias ngawur. Kata-kata yang saya susun memang membentuk kalimat. Tetapi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak nyambung. Dan saya membuat satu paragraf dengan mengcopy-nya ke paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat. Pokoknya yang terpenting menurut anggapan saya adalah asal satu halaman terisi penuh, dan yang terpenting tidak sampai kosong, supaya mendapat nilai. Memang, bila dilihat sepintas saja tanpa membacanya, sepertinya karangan saya itu memenuhi syarat untuk mendapat nilai. Namun bila dibaca kalimat demi kalimat, karangan tersebut amburadul.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan. Bila dahulu pekerjaan menulis merupakan hal yang menakutkan dan dihindari, sekarang menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan, karena sewaktu saya menulis saya menikmati tulisan saya dan untuk menyelesaikan sebuah artikel dapat diselesaikan hanya dengan sekali waktu saat itu juga. Menantang karena menulis merupakan salah satu pekerjaan yang menguntungkan karena memberikan pemasukan keuangan berupa honor dan royalti.
Saat ini saya sudah menerbitkan 7 buku laku dan sedang mempersiapkan sekitar 10 judul buku baru, yang rata-rata sudah diselesaikan sekitar 40%-75%. Buku-buku saya yang sudah terbit tersebut sudah tersebar hampir di 300 toko buku, di berbagai kota di Indonesia. Saya juga menjadi redaksi dari Tabloid Rohani Keluarga yang diterbitkan di Surabaya dan beredar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dan lagi sekarang sudah terbentuk sekolah menulis SOW, dengan alumni sudah mencapai 157 orang di berbagai kota di Indonesia, seperti: Bandung, Cimahi, Kab. Bandung Barat, Subang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Palembang, dan lainnya. Beberapa orang di antaranya sudah menghasilkan karya berupa buku-buku yang telah diterbitkan dan telah menghasilkan keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut.
(Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bahan ini dapat diperoleh dalam buku Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo. Pesan ke 022-95193187)
MERANGKAI KALIMAT
Tony Tedjo
School Of Writing (SOW)
0813-9440-1799; 022-95187968
tony_kharis@yahoo.com; tonytedjo@gmail.com
www.schoolofwriting.blogspot.com
DAFTAR ISI
Daftar Isi .............................................................................................................. 2
Kata Pengantar .................................................................................................. 3
Bab 1. Apa Itu Menulis? ...................................................................................... 4
Bab 2. Untuk Apa Menulis? ................................................................................ 8
Bab 3. Bagaimana Memulai Menulis? ............................................................... 10
Latihan Pertama ................................................................................................. 17
Bab 4. Apa itu Buku? .........................................................................................18
Bab 5. Untuk Apa Menulis Buku? ......................................................................20
Bab 6. Bagaimana Memulai Menulis Buku? ......................................................21
Latihan Kedua .................................................................................................... 23
Bab 7. Keuntungan Menulis Buku Apa? .............................................................24
Daftar Pustaka .................................................................................................. 27
Biodata Penulis ………………………………………………………….....……..…27
KATA PENGANTAR
Syalom,
Salam dahsyat penulis!
Selamat bergabung bersama kami menjadi keluarga besar dari School Of Writing (SOW) sebuah sekolah menulis dengan dilandasi nilai-nilai alkitabiah. Kerinduan hati kami adalah agar di kemudian hari akan lebih banyak bermunculan para penulis rohani yang bergerak bersama dalam pelayanan literatur, menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat.
Buku berjudul “Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat“ ini secara khusus sebenarnya disusun bagi setiap orang yang rindu membuat sebuah buku. Dalam buku ini Saudara akan diajarkan 2 bagian dasar, yaitu bagian mengenai menulis dan menulis buku. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pengertian menulis, tujuan menulis, dan bagaimana memulai menulis. Di bagian kedua, diajarkan pengertian buku dan seputarnya, tujuan menulis buku, dan bagaimana cara memulai menulis buku. Masing-masing bagian disertai dengan latihan, yang bertujuan agar setiap orang yang mempelajari buku ini bisa langsung mempraktekkannya. Diharapkan setelah Anda menyelesaikan membaca dan mengerjakan latihan, naskah buku sudah siap untuk dijadikan sebuah buku. Pada bagian akhir dilengkapi dengan bagian khusus mengungkapkan mengenai berbagai keuntungan bila menjadi penulis buku.
Dikarenakan sistem belajarnya yang tidak bertatap muka langsung, maka setiap pertanyaan dan bimbingan dapat dilakukan melalui surat, email, dan telpon langsung ke kami. Kunci keberhasilan dalam belajar ini tergantung pada diri Anda sendiri. Apakah Saudara benar-benar serius atau hanya coba-coba. Akan terlihat dari hasil akhirnya. Keberhasilan seseorang yang sedang belajar menulis adalah seringnya dia menulis. Dengan semakin sering menulis, maka dia akan menjadi penulis handal, yang tulisannya digemari banyak orang dan menjadi berkat.
Pada akhirnya, saya mengucapkan selamat belajar untuk menjadi penulis handal dan kiranya Tuhan Yesus selalu memberkati Anda.
“Bakat sama sekali tidak penting. Penguasaan terhadap berbagai macam teori dan kiat penulisan memang penting. Tapi itu bukan kunci utama untuk mengantarkan Anda menjadi penulis sukses. Kunci utama setiap sukses terletak pada kekuatan mental (alias soft skill), bukan keahlian teknis!” (Andreas Harefa).
Tony Tedjo
Pendiri dan Ketua
BAB 1
APA Itu MENULIS ?
Setiap manusia pasti telah membaca atau melihat sebuah tulisan, minimal sekali sepanjang hidupnya, baik yang tertulis di selembar kertas, daun lontar, pahatan batu, lempengan logam, dan sebagainya. Manusia kota, desa, pedalaman, primitif, ataupun orang dari suku terbelakang sekalipun, mereka sudah mengenal tulisan. Tulisan itu bisa berupa kata-kata atau simbol-simbol yang memiliki arti khusus, sehingga setiap orang dari kelompoknya bisa mengerti maksud dari tulisannya. Tulisan ini jugalah yang menjadi sarana komunikasi tertulis antar sesama manusia sehingga bisa saling berinteraksi.
Agar dapat menulis, seseorang harus belajar. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti belajar sendiri dengan cara mencontoh dari tulisan-tulisan yang sudah ada, ataupun dengan cara diajari oleh orang lain yang dianggap sebagai guru atau pembimbingnya. Lama belajar menulis itu berbeda-beda, tergantung dari ketekunan dan kesungguhan hati orang itu sendiri. Bila dilakukan dengan tekun dan ada kesungguhan hati, tentunya akan lebih cepat bisa menulis dibandingkan dengan orang yang bermasa bodoh atau belajar menulis karena terpaksa. Bila alasannya karena terpaksa, maka hasil tulisannya juga kurang baik. Sebenarnya seseorang tidak perlu karena terpaksa, apabila sudah menyadari benaar manfaat sesudah belajar menulis. Mungkin setelah beberapa waktu kemudian dia bisa menyadari manfaat dari belajar menulis.
TULISAN DAN KATA-KATA
Setiap tulisan itu terdiri dari kata-kata yang tersusun secara berurutan dan memiliki sebuah arti. Kata-kata itu sendiri tersusun atas beberapa huruf, yang sesudah disusun akan memiliki arti tersendiri. Menurut Alfabet yang kita kenal, ada 26 huruf yang dipakai secara umum. Huruf tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari ke-26 huruf ini kita bisa mengelompokkannya menjadi dua bagian besar, yaitu Vokal dan Konsonan. Kategori huruf yang digolongkan vokal adalah A, I, U, E, dan O. Sedangkan kelompok konsonan adalah B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, Z. Setiap kata-kata yang tersusun akan membentuk sebuah kalimat.
Kalimat juga terdiri atas dua bagian, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Contoh kalimat aktif adalah memakan, menulis, membaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan me-. Sedangkan contoh kalimat pasif adalah dimakan, ditulis, dibaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan di-. Kalimat yang baik biasanya terdiri dari kalimat aktif yang disusun dalam beberapa kata-kata, sehingga memiliki arti yang mendukung satu sama lain dan membentuk sebuah paragraf. Alur cerita setiap kalimat itu mengalir berkaitan satu dengan lainnya.
Dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat ini diperlukan kecermatan dan ketrampilan khusus, yang dapat dipelajari apabila sering menulis. Mereka yang sering menulis sebuah artikel atau sebuah buku, akan memiliki sense atau kepekaan sendiri terhadap kalimat maupun kata-katanya. Sebab agar terbentuk sebuah kalimat yang indah dan enak dibaca, harus bisa menyusun kata-kata dan merangkai kalimat dengan baik. Kata-kata yang dipakai tidak hanya itu-itu melulu, tidak diulang-ulang berkali-kali, sehingga pembaca tidak bosan atau cape membaca tulisan itu, serta untuk menghidupi tulisan itu agar tidak kering.
KATA
Kata merupakan bagian pendukung yang membentuk sebuah kalimat. Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi penulis dalam memilih kata-kata yang baik. Kelima hal tersebut yaitu:
Pertama, gunakan kata-kata yang jelas dan sederhana. Tidak berbelat belit. Tidak menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Hindari penggunaan kata-kata yang sulit dan berbunga-bunga. Jauhi kata yang berbunga-bunga. Tidak boleh bersifat mengkhotbahi. Jangan mengulang-ulang kata terus- menerus.
Kedua, gunakan kata-kata yang aktif, langsung dan kuat. Hindari penggunaan kata pasif. Pelajari tata bahasa dengan sederhana. Hindari penggunaan kata penghubung untuk mengawali sebuah kalimat.
Ketiga, gunakan kata-kata yang tepat dan benar. Pakailah kata-kata yang tepat dan spesifik. Misalnya kata bunga, tuliskan saja bunga ros atau bunga melati.
Keempat, gunakan kata-kata yang menceritakan dan memperlihatkan. Kata-kata yang menggambarkan, mendatangkan bunyi, kata-kata yang menciptakan atau membangkitkan perasaan.
Kelima, gunakan kata-kata atau frase orisinil. Hindarkan penggunaan kata-kata yang sudah lama tidak dipakai atau sudah terlalu umum. Usahakan untuk selalu menggunakan frase yang orisinal, agar terasa sedap dibaca.
KALIMAT
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang didalamnya terdapat huruf-huruf yang memiliki arti dan makna tersendiri setelah digabungkan. Kalimat yang tersusun dalam beberapa kalimat akan membentuk sebuah paragraf. Kalimat yang harus sering dipergunakan dalam Sebagai alat komunikasi, kalimat memiliki lima fungsi dalam suatu tulisan, sebagai berikut: Menjadikan tulisan lebih efektif; membawa pembaca berkenalan pada isi suatu bacaan; mengantar pembaca dengan mudah mengenal apa yang perlu diketahui; kalimat yang baik membuat orang tertarik dan terus membaca bacaan yang ada di tangannya; enak dibaca, sekalipun isinya tidak begitu bagus, hanya karena bahasanya yang komunikatif, membuat orang mau membacanya. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menginformasikan gagasan atau maksud penulis dengan jelas dan tanpa mengandung arti ganda.
Sebuah artikel yang baik didalamnya tersusun atas banyak kalimat efektif dan kata-kata yang bervariasi serta memiliki arti yang dapat dimengerti oleh si pembaca. Bahasanya tidak monoton. Agar bisa mencapai hasil demikian diperlukan latihan yang berkelanjutan. Sebab menulis itu sendiri ibarat sebuah pisau. Bila lama sekali tidak dipakai dan dibiarkan begitu saja, akan berkarat dan tumpul. Seorang penulis juga apabila tidak terus berlatih, akan menjadi tumpul. Sehingga sewaktu akan mulai memakainya kembali perlu dimulai dari awal lagi. Seorang penulis sejati pastilah tidak akan pernah puas dan berhenti berkarya menghasilkan tulisan yang terbentuk menjadi buku. Selain tulisannya diterbitkan diberbagai media massa, tulisannya juga terdapat di berbagai buku yang sudah dia terbitkan.
Seorang pembicara terkenal atau seorang pengkhotbah kondang sangat mahir dalam berpidato atau berceramah di hadapan puluhan, ratusan, bahkan beribu-ribu orang. Namun mereka tidak serta merta bisa menjadi penulis. Memang, beberapa di antara mereka ada juga yang merangkap sebagai penceramah terkenal dan pengkhotbah kondang. Ada alasan tersendiri mengapa beberapa di antara mereka tidak bisa menulis. Kemungkinan ada yang bisa menulis, hanya saja melihat honornya yang kecil, membuat dia malas menulis (saya pernah menulis sebuah artikel yang pernah dimuat BAHANA berjudul ”Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis.” Bisa juga dilihat dalam buku Bingkai Kehidupan karya Tony Tedjo, Penerbit Agape, 2009).
Saya mau katakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi penulis. Lebih tepatnya lagi bahwa Tuhan sudah memberikan kepada setiap manusia kemampuan untuk menulis. Hanya saja hasil akhirnya tetap kepada diri manusianya sendiri. Ada yang memiliki respon bermasa bodoh, cuek, mengabaikan, dan bahkan menjauhkan diri darinya. Dan bagi mereka yang meski awalnya dirasa tidak bisa menulis, tetapi memiliki kerinduan untuk bisa. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk belajar, menggali potensi yang dia miliki tersebut, dia akan mendapatkannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia menjadi seorang penulis produktif dan penulis best seller. Di mana buku-bukunya laris manis di pasar.
Saya punya pengalaman menarik dengan tulisan. Sewaktu sekolah di SD hingga SMA dahulu, ada satu pelajaran yang saya kurang senangi, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap kali diadakan ujian akhir, selalu saja mata pelajaran ini yang nilainya kurang baik. Sebab ada satu bagian yang nilainya sekitar 30% yang saya kerjakan tidak maksimal, yakni bagian mengarang. Kelemahan saya pada waktu itu adalah tidak bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang baik dan menyambung dengan paragraf lainnya, sehingga bisa terbentuk suatu karangan yang utuh dengan cerita yang nyambung dari awal hingga akhir cerita.
Saya mengerjakan soal mengarang ini dengan ”mengarang” alias ngawur. Kata-kata yang saya susun memang membentuk kalimat. Tetapi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak nyambung. Dan saya membuat satu paragraf dengan mengcopy-nya ke paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat. Pokoknya yang terpenting menurut anggapan saya adalah asal satu halaman terisi penuh, dan yang terpenting tidak sampai kosong, supaya mendapat nilai. Memang, bila dilihat sepintas saja tanpa membacanya, sepertinya karangan saya itu memenuhi syarat untuk mendapat nilai. Namun bila dibaca kalimat demi kalimat, karangan tersebut amburadul.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan. Bila dahulu pekerjaan menulis merupakan hal yang menakutkan dan dihindari, sekarang menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan, karena sewaktu saya menulis saya menikmati tulisan saya dan untuk menyelesaikan sebuah artikel dapat diselesaikan hanya dengan sekali waktu saat itu juga. Menantang karena menulis merupakan salah satu pekerjaan yang menguntungkan karena memberikan pemasukan keuangan berupa honor dan royalti.
Saat ini saya sudah menerbitkan 7 buku laku dan sedang mempersiapkan sekitar 10 judul buku baru, yang rata-rata sudah diselesaikan sekitar 40%-75%. Buku-buku saya yang sudah terbit tersebut sudah tersebar hampir di 300 toko buku, di berbagai kota di Indonesia. Saya juga menjadi redaksi dari Tabloid Rohani Keluarga yang diterbitkan di Surabaya dan beredar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dan lagi sekarang sudah terbentuk sekolah menulis SOW, dengan alumni sudah mencapai 157 orang di berbagai kota di Indonesia, seperti: Bandung, Cimahi, Kab. Bandung Barat, Subang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Palembang, dan lainnya. Beberapa orang di antaranya sudah menghasilkan karya berupa buku-buku yang telah diterbitkan dan telah menghasilkan keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut.
(Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bahan ini dapat diperoleh dalam buku Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo. Pesan ke 022-95193187)
GRATIS 2 EDISI
Dapatkan harga khusus bagi anda yang hendak berlangganan Renungan Kabar Baik selama 12 edisi. Bila Anda berlangganan langsung 12 edisi, maka akan mendapatkan GRATiS 2 edisi. Silakan hubungi 081394401799; 022-95193187 atau rhkabarbaik@gmail.com.
Selasa, 22 November 2011
Bagi Berkat
Jadilah berkat bagi saudara seiman kita yang tidak mampu, dengan membelikan mereka buku renungan Kabar Baik ini. Harga Rp7000 (P. Jawa) dan Rp8000 (Luar P. Jawa). Pembelian 25 buku ke atas diskon 20%. Harga di luar Bandung belum termasuk ongkos kirim sebesar Rp30.000.
Kamis, 17 November 2011
Talkshow CBGF 2011
Tanggal. 15 November 2011 lalu, tepatnya jam 15.00-16.00 WIB Bpk. Tony Tedjo, M.Th sebagai narasumber yang membagikan isi buku MENGENAL AGAMA HINDU, BUDDHA, KHONG HU CU yang dimoderatori oleh Sdr. Budi, M.Div. Acara ini berlangsung dengan lancar, beberapa penonton bertanya. Acara ini diadakan di Mall Ciputra, Grogol, Jakarta.
Sabtu, 12 November 2011
Contoh Isi Renungan Kabar Baik
Minggu, 1 Januari 2012
AWAL YANG BAIK
Bacaan: Kejadian 1:1-31
”Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam” (Kejadian 1:31).
Memasuki awal tahun baru dengan hal yang baik, merupakan perbuatan sangat baik. Awal yang baik menambah semangat bagi orang yang sedang menjalani hari-harinya ke depan. Seorang pelari yang mengawali startnya dengan baik, dapat berlari dengan lebih percaya diri, sehingga berpeluang menjadi juara. Namun, apabila mengawali startnya tidak baik, maka kecil kemungkinan bisa menang. Demikian pula halnya dengan mengawali suatu usaha baru, bila diawali dengan hal yang baik, maka peluang usahanya menjadi sukses terbuka lebar.
Allah menciptakan dunia beserta isinya, dari hari pertama hingga hari keenam, semuanya baik. Inisiatif Allah untuk mengawali segala pekerjaan-Nya dengan yang baik memberikan kepada kita teladan untuk diikuti. Meski dalam perjalanan waktu di kemudian hari, manusia ciptaan Tuhan itu jatuh ke dalam dosa, tetapi Dia berusaha memulihkan keadaannya sehingga menjadi baik kembali.
Saudaraku, marilah kita mengawali hari pertama di tahun baru ini dengan hal yang baik. Jangan putus asa, apabila dalam prosesnya mengalami jatuh bangun. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menjadikan keadaan menjadi baik, hingga diakhiri dengan baik pula. Mintalah selalu pimpinan Roh Kudus, agar kita mampu menjalankan awal yang baik tersebut hingga berakhir dengan baik pula. (TT)
Awali dengan baik, maka kesempatan memperoleh hasil yang lebih baik terbuka lebar
Doa: Bapa di sorga, terima kasih buat tahun baru yang Engkau berikan. Saya mau mengawalinya dengan awal yang baik, berikan kemampuan kepadaku untuk mempertahankan awal yang baik hingga berakhir dengan baik pula.
AWAL YANG BAIK
Bacaan: Kejadian 1:1-31
”Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam” (Kejadian 1:31).
Memasuki awal tahun baru dengan hal yang baik, merupakan perbuatan sangat baik. Awal yang baik menambah semangat bagi orang yang sedang menjalani hari-harinya ke depan. Seorang pelari yang mengawali startnya dengan baik, dapat berlari dengan lebih percaya diri, sehingga berpeluang menjadi juara. Namun, apabila mengawali startnya tidak baik, maka kecil kemungkinan bisa menang. Demikian pula halnya dengan mengawali suatu usaha baru, bila diawali dengan hal yang baik, maka peluang usahanya menjadi sukses terbuka lebar.
Allah menciptakan dunia beserta isinya, dari hari pertama hingga hari keenam, semuanya baik. Inisiatif Allah untuk mengawali segala pekerjaan-Nya dengan yang baik memberikan kepada kita teladan untuk diikuti. Meski dalam perjalanan waktu di kemudian hari, manusia ciptaan Tuhan itu jatuh ke dalam dosa, tetapi Dia berusaha memulihkan keadaannya sehingga menjadi baik kembali.
Saudaraku, marilah kita mengawali hari pertama di tahun baru ini dengan hal yang baik. Jangan putus asa, apabila dalam prosesnya mengalami jatuh bangun. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menjadikan keadaan menjadi baik, hingga diakhiri dengan baik pula. Mintalah selalu pimpinan Roh Kudus, agar kita mampu menjalankan awal yang baik tersebut hingga berakhir dengan baik pula. (TT)
Awali dengan baik, maka kesempatan memperoleh hasil yang lebih baik terbuka lebar
Doa: Bapa di sorga, terima kasih buat tahun baru yang Engkau berikan. Saya mau mengawalinya dengan awal yang baik, berikan kemampuan kepadaku untuk mempertahankan awal yang baik hingga berakhir dengan baik pula.
RENUNGAN KABAR BAIK
Awal Desember 2011 telah terbit buku Renungan Kabar Baik. Terbit dua bulanan. Berisi 60 artikel menarik dan memberkati dilengkapi kolom Konsultasi, Kesaksian, Bagi Berkat, Dukung Doa, Kata Motivasi, Gerakan Baca Alkitab Setahun. Ditulis oleh penulis berkualitas, seperti Tony Tedjo, M.Th; Dominggus Naat, M.Th., PhD; Heru Winoto, S.Th, dll. Harga P. Jawa Rp7000 dan luar P. Jawa Rp8000. Pembelian di atas 25 buku diskon 20%. Untuk Bandung bebas ongkos.
Dapatkan dibeberapa toko buku Kristen seperti TB Visi, TB Kalam Hidup, TB Maestro, TB Metanoia BTC Bandung. Atau dapat memesan kepada 081394401799.
Dapatkan dibeberapa toko buku Kristen seperti TB Visi, TB Kalam Hidup, TB Maestro, TB Metanoia BTC Bandung. Atau dapat memesan kepada 081394401799.
Talkshow Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu
Syalom, kami mengundang Anda semua untuk menghadiri acara talkshow yang diadakan dalam rangka acara Christian Books and Gifts Fair 2011 yang akan diadakan di Mall Ciputra Jakarta. Acara talkshow dari buku Mengenal Agama Hindu Buddha Khong Hu Cu bersama Tony Tedjo, S.Th., M.Th (penulis, Pendiri School Of Writing/SOW) akan diadakan tgl. 15 November 2011 jam 15.00-16.00 WIB. Akan dibagikan beberapa buku penulis secara gratis. Jangan lewatkan kesempatan ini.
Sabtu, 29 Oktober 2011
Sejarah Lahirnya Agama Hindu
2.1.1. Latar Belakang India
India dipandang dari sudut ilmu bumi merupakan daerah yang beraneka ragam keadaannya. Beberapa bagian tanahnyabaik sekali untuk ditanami gandum, bagian lain cocok untuk ditanami padi. Tanahnya subur, berupa padang gurun yang luas, dikelilingi pegunungan tinggi yang tertutup salju dan es, dan bersebelahan dengan daerah-daerah yang suhunya sangat panas.
Dipandang dari sudut ilmu bangsa-bangsa, India merupakan daerah dengan beraneka ragam budaya penduduknya. Hal ini dapat terlihat dari agama yang dianut oleh penduduknya. Sekarang ini di India terdapat ratusan agama atau kepercayaan yang dianut oleh rakyatnya. Beberapa di antaranya adalah agama Hindu, agama Budha, agama Sikh, agama Bahai, dan agama Zoroaster.
Sepanjang penyelidikan, sejarah kebudayaan India bermula pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan besar di Mesopotamia dan Mesir. Diperkirakan antara tahun 3000 sM dan 2000 sM, di lembah sungai Sindhu (Indus), telah menetap bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Misalnya, berbagai cap yang terbuat dari gading dan tembikar memiliki tanda tulisan dan lukisan binatang, hal ini menceritakan adanya persesuaian dalam peradaban tersebut.
Dalam masa itu, di sepanjang pantai Laut Tengah sampai ke teluk Benggala, terdapat sejenis peradaban yang sama, bahkan meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di kota Harappa, di Punjab, dengan diketemukakannya kota Mohenjodaro.
Penduduk India pada saat itu dikenal sebagai bangsa Dravida. Awal kehadiran mereka bermula tersebar di seluruh negeri, namun lambat laun hanya tinggal di sebelah utara India saja. Mereka menjadi budak dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri tersebut. Ciri-ciri orang Dravida adalah berkulit hitam, berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting.
Sekitar tahun 2000 sM – 1000 sM masuklah melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu Kush, wilayah India utara, bangsa Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran. Mereka tergolong dalam rumpun bangsa Indo-German.
Setelah tiba di India, mereka menetap di dataran sungai Sindhu, yang pada masa itu merupakan daerah subur. Daerah yang dijumpai orang Arya ini telah memiliki peradaban tua. Bangsa Arya ini berbeda dengan bangsa Dravida. Mereka berkulit putih, berbadan tegap, dan hidungnya melengkung.
Orang-orang Arya memasuki India sampai di tepi sungai Gangga dan di sebelah selatan. Mereka hidup bersama dengan bangsa Dravida, sehingga terjadilah pencampuran dua kebudayaan melalui perkawinan campur. Hasil pencampuran dua kebudayaan ini kemudian membentuk kebudayaan India.
Bangsa Arya terkenal suka berperang, mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan dibandingkan bangsa Dravida. Sewaktu bangsa Arya masuk ke India, mereka masih hidup nomad (berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain). Bagi mereka, kuda dan lembu merupakan binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang tersebut dianggap suci.
Bila dibandingkan dengan bangsa Dravida yang tinggal di kota dan mengelola pertanian dan perniagaan sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu lebih primitif. Jadi, sebenarnya kebudayaan India lebih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa Dravida, dibandingkan bangsa Arya. Contohnya, bangsa Dravida telah memiliki banyak patung dewa-dewa yang disembah, sedangkan bangsa Arya belum memilikinya.
2.1.2. Lahirnya Agama Hindu
Sebutan agama Hindu sepertinya berasal dari nama sungai yang sekarang terletak di Pakistan, bernama ”Sindhu”, yang menurut ucapan orang Parsi disebut ”Hindu”. Agama ini merupakan peleburan dari agama asli penduduk Dravida yang sudah tinggi peradabannya. Di India agama ini sering disebut ”Sanata Dharma” (agama yang kekal) atau ”Waidika Dharma” (agama yang berdasarkan atas kitab suci Weda).
Dalam tulisan-tulisan Hindu tua, unsur-unsur Arya lah yang sangat berpengaruh. Hal ini tidak mengherankan, sebab tulisan-tulisan tersebut berasal dari zaman di mana bangsa Arya mengalami kemenangan dalam peperangan melawan bangsa Dravida. Karena banga Dravida menjadi bangsa yang lebih lemah, maka hidup mereka dijajah bangsa Arya. Hal tersebut berpengaruh terhadap kebijaksanaan dan ketetapan yang diberlakukan pada saat itu, oleh bangsa Arya. Dalam tulisan-tulisan terkemudian, lebih banyak pengaruh kebudayaan pra-Arya tua, yang telah mencapai puncak perkembangan tertinggi, ketika bangsa Arya yang lebih rendah peradabannya memasuki India.
2.1.3. Hindu Sebagai Agama
Pada awalnya, agama Hindu pada awalnya bukanlah suatu agama, melainkan sejumlah agama-agama ynag serupa secara garis besar. Lagipula dalam agama Hindu tercantum juga etika, yang termasuk pada agama-agama ini dan akhirnya juga bentuk masyarakat, yang ada hubungannya dengan etika tersebut. Keseluruhan hal ini dinamakan agama Hindu.
Oleh para pemeluknya di India, agama Hindu disebut Sanatana Dharma, artinya agama yang kekal. Sebab para pengikut agama Hindu yakin bahwa agamanya ini tidak terikat oleh zaman. Agama Hindu juga disebut sebagai Waidika-Dharma, artinya agama Weda.
Dalam agama Hindu sangat sulit untuk mengetahui siapa yang menjadi pendiri atau pembawa pertama, hal ini dikarenakan agama ini turun kepada beberapa Maha Rsi dalam jarak waktu ribuan tahun. Jadi, kapan waktu turunnya wahyu, di mana dan bagaimana caranya tidak dapat diketahui dengan pasti.
Menurut paham agama Hindu, wahyu-wahyu itu diterima oleh para Maha Rsi dengan jalan meditasi, yaitu kemampuan menyelamatkan akal pikirannya, sehingga ia disebut Muni. Dengan jalan bertapa melalui beberapa fase di dalam waktu yang lama, untuk dapat melihat kebenaran, dengan ketenangan, perenungan, pandangan yang mendalam dan mendasar, dalam arti mengalihkan kekuatan-kekuatan batin, tenggelam ke dalam penghayatan perenungan yang khusuk.
Menurut kepercayaan umat Hindu, para Rsi atau Muni itu telah ribuan tahun melakukan meditasi untuk memperolah inspirasinya, sehingga mampu menafsirkan dan menjelaskan ajaran agama Hindu secara terperinci. Ada tujuh Maharsi (Sapta Rsi) yang tercatat dan dikenal, yaitu: Maharesi Grtsamada, Maharesi Wismamitra, Maharesi Wamadewa, Maharesi Atri, Maharesi Bharadwaja, Washita dan Maharesi Kanwa atau Rsi Panini.
Dengan adanya perbedaan penafsiran dalam agama Hindu, maka timbul berbagai mazhab filsafa agama (darsana), yaitu para Ghuru atau Acarya. Apa yang mereka lihat, dengar dan ingat, kemudian dikumpulkan kembali menjadi Smrti, seperti kitab-kitab Bhagawadgita, Brahma Sastra dan Manu Dharmasatra (ditulis dalam aksara dan bahasa Sansekerta). Para Rsi dan para pengikut ajaran-ajaran tersebut disebut Arya atau Sista, maksudnya orang-orang yang sangat taat.
2.1.4. Periodisasi Agama Hindu
Dalam perkembangannya, agama Hindu terbagi menjadi lima periode, yaitu: Pertama, masa tumbuh atau masa Weda Samhita, yaitu dimulai sejak datangnya bangsa Arya di daerah Punjab (1500-1000 sM); Kedua, masa pengaruh ajaran Brahmana, di mana dalam pengajarannya lebih mengutamakan upacara korban (1000-750 sM); Ketiga, masa Upanisad, yakni masa penafsiran dan perubahan (750-500 sM); Keempat, masa agama Budha (500 sM-300 M); Kelima, masa berkembangnya ajaran agama Hindu (berlangsung dari abad ketiga hingga sekarang).
Masa Weda Samhita
Agama bangsa Arya dapat diketahui dari kitab-kitab Weda (Weda artinya ”tahu”). Kitab-kitab Weda sendiri sudah ada sejak 1200 tahun sM. Oleh karena itu, masa tertua dari agama Hindu disebut masa Weda Samhita (agama Weda). Dalam masa ini agama Hindu bersifat polytheisme, yakni mempercayai banyak dewa.
Agama Weda dapat dikatakan sebagai agama alam. Artinya dalam mendekati dan menyelami hal kedewasaan, agama ini sangat berfokus pada alam. Seperti nampak dari nama dewa-dewi mereka yang identik dengan gejala-gejala alam. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan bangsa Arya sewaktu mereka memasuki India. Mereka itu merupakan bangsa setengah nomad (selalu berpindah), yang masuk ke India dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka tidak mengenal kekuasaan politik pusat, dan seringkali saling bermusuhan.
India merupakan daerah luas dan sangat berbahaya. Tertutup hutan rimba yang dihuni binatang buas. Bagi orang Arya, orang-orang yang dijumpainya dianggap sebagai orang asing. Mereka harus berjuang melawan manusia dan binatang, serta harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang masih asing. Orang Arya berbeda dari logat bahasanya, bentuk badan, wajah, kebudayaan dan tata cara hidupnya dengan penduduk setempat.
Bangsa Arya merasa dikelilingi oleh berbagai daya kekuasaan dan daya kekuatan yang berbahaya. Di mana-mana, di dalam alam dan pergaulan, mereka terserang oleh berbagai daya kekuasaan yang dapat memberi berkat atau kesengsaraan kepada perorangan atau persekutuan. Mereka merasa takut kepada daya kekuasaan atau kekuatan alam yang dapat membinasakan hidupnya. Orang Arya memberi nama kepada daya kekuasaan itu dan menggambarkan daya-daya kekuasaan itu sebagai suatu pribadi. Misalnya: di dalam tanah yang akan diolahnya, berdiamlah ”dewa ladang”; di tanah tempat orang mendirikan rumahnya, berdiam ”dewa tempat tinggal”; pada waktu membajak terdapat ”dewa jalur mata bajak”; demikian pula pada waktu menuai harus ingat kepada ”dewa pengumpul”. Ketangkasan kuda, panas matahari, kekuatan luar biasa pada beberapa orang dan kepatuhan memerintah pada kepala kaum adalah daya-daya kekuasaan yang diberi nama tersendiri.
Orang yang pada waktu senja berada di dalam hutan, dia dianggap telah ditangkap oleh ”dewi rimba”. Hal tersebut menggambarkan bahwa dewa-dewa bangsa Arya itu merupakan bayangan yang sangat kabur. Misalnya, Dewa Indra. Dia digambarkan sebagai seorang laki-laki berjanggut kemerah-merahan yang mabuk dan mengalami kejadian-kejadian aneh. Namun sesungguhnya ia merupakan daya kekuasaan yang kabur dan tidak bisa didefinisikan. Menampakkan diri dalam bentuk taufan, guruh, perang, kekerasan, tetapi juga dalam kesuburan. Dewa Indra dilambangkan sebagai lembu jantan.
Dewa-dewa Weda tidak mempunyai patung-patung dan kuil-kuil, tetapi mereka diam di tempat-tempat di mana daya kekuasaannya terlihat. Kedewasaan itu dirasakan dan dialami manusia dalam alam. Oleh karena itu, bagi orang India dari segala zaman, tetaplah agama merupakan suatu perasaan manusia, yakni di dalam segala hal merasakan adanya seusatu daya kekuasaan yang tidak pernah dapat diraba dan terlihat, tetapi dialami sepenuhnya sebagai suatu kenyataan.
Dalam agama Weda, manusia berusaha menempatkan ”daya-daya kekuasaan” itu di bawah kekuasaannya, agar tidak mendatangkan kerugian, melainkan memberi keselamatan. Dalam usaha pencapaiannya, diadakanlah ritus melalui persembahan korban dan kata-kata (berupa kidung pujian, mantra, dan mite-mite yang dikisahkan) untuk menyenangkan daya-daya kekuasaan tersebut.
Dalam agama Weda, orang tidak mengenal kesalehan dalam arti kata yang sebenarnya. Juga tidak mengenal kesusilaan dalam arti yang sewajarnya. Karena di dalam agama ini sebenarnya tidak ada dewa-dewa yang berpribadi. Perkataan dewa senantiasa hanyalah merupakan suatu daya kekuasaan di dalam gejala-gejala alam saja. Ritus hanyalah sebagai alat teknis untuk menggerakkan daya kekuasaan sedemikian rupa, sehingga daya kekuasaan tersebut mendatangkan keselamatan kepada manusia. Dosa atau kesalahan di dalam agama Weda mempunyai arti suatu sikap yang menyalahi tata tertib alam. Dosa bagi mereka adalah terganggunya ketertiban tetap yang ada di dalam segala sesuatu.
Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar yang ada dalam agama Weda, yaitu: Satu, percaya dan takut kepada daya-daya kekuasaan; Dua, ritus untuk mempengaruhi daya-daya kekuasaan; Tiga, kesadaran akan adanya tata tertib kosmos; Empat, kecenderungan kepada mistik.
Masa Brahmana
Ketika kitab-kitab Weda itu sudah tidak dapat dimengerti lagi, maka para Brahmana membuat tafsiran-tafsiran dari kitab tersebut, yaitu kitab-kitab Sutra (kitab penuntun), dan kitab-kitab Dharmasastra (kitab-kitab hukum). Kitab-kitab tersebut ditulis antara tahun 800-500 sM.
Golongan kaum Brahmana memberikan perkembangan baru dalam agama Weda. Perkembangan ini dapat disebut sebagai pengukuhan kekuasaan golongan Brahmana. Perkembangan ini mempengaruhi dan mengubah bentuk seluruh tatanan dalam agama Weda.
Karena banyak orang tidak lagi memahami kitab-kitab Weda, maka para Brahmana mengambil inisiatif untuk menafsirkan sendiri isi dari kitab Weda tersebut menurut kehendak mereka. Tentunya inisiatif para Brahmana ini sangat baik. Namun, di balik itu para Brahmana itu bermaksud memperkokoh kedudukan mereka di antara rakyat, sehingga tidak seorang pun yang meragukan kekuasaan mereka, disebabkan kedekatan hubungan mereka dengan para dewa.
Oleh karena hanya kaum Brahmana saja yang dapat mengetahui isi dari Kitab Weda, maka hanyya merekalah satu-satunya orang yang tahu mengenai upacara-upacara persembahan dan seluk-beluknya. Sebab, bila menyimpang sekecil apapun dari peraturan yang sudah ditetapkan, akan berakibat pada kesia-siaan dalam upacara mereka. Lagipula, para Brahmanalah yang memiliki kekuasaan untuk memaksa dewa menampakkan diri di dalam api persembahan. Seperti yang nampak dalam kutipan salah seorang Brahmana sebagai berikut:
“Ada dua macam dewa, yakni dewa-dewa dan para Brahmana yang terpelajar dan mengajar adalah dewa-dewa insani. Persembahan-persembahan dibagi antara kedua macam dewa itu: Persembahan-persembahan untuk para dewa, pemberian-pemberian untuk dewa para dewa insani, ialah para Brahmana, pandita-pandita yang terpelajar dan yang mengajar itu; dengan persembahan itu manusia membuat senang para dewa, dengan pemberian-pemberian ia menyenangkan para dewa insani (para Brahmana), pandita-pandita yang terpelajar dan yang mengajar kedua jenis dewa itu, jika mereka merasa puas akan memberi manusia merasakan kebahagiaan surga.“
Masa Upanisad
Pada masa ini kepercayaan kepada kekuasaan pengetahuan yang lebih tinggi (jnana) besar pengaruhnya. Kekuasaan pengetahuan ini harus dijadikan kenyataan dengan melakukan ritus atau upacara. Sehingga tidak mengherankan apabila pada masa Upanisad mempunyai lebih banyak pengikut di antara para Ksatria, daripada golonngan Brahmana. Masa Upanisad amat mementingkan pengetahuan batiniah dan filsafat yang tinggi. Pemujaan kepada Tuhan sebagai Trimurti menjadi hal yang umum dalam masa Upanisad ini.
Barangkali Upanisad-upanisad tersebut ditulis antara tahun 600-300 sM. Kata Upanisad diturunkan dari kata upa dan ni, artinya ”dekat, didekatnya”; dan dari sad ”duduk dekat”. Maksud pernyataan tersebut adalah duduk di dekat seorang guru, untuk menerima pandangan atau pengetahuan daripadanya.
Upanisad-upanisad itu termasuk naskkah-naskah (tulisan-tulisan) yang sangat dalam isinya dibandingkan dengan kesusasteraan lainnya di dunia. Orang Hindu, termasuk Hindu modern, memandang Upanisad sebagai tulisan-tulisan ilahi. Sampai kini sebenarnya tidak ada aliran rohani satupun di India yang dapat terlepas dari pengaruh kitab-kitab tersebut.
Upanisad-upanisad yang termasyur antara lain Upanisad Chandogya dan Kathaka-Upanisad. Sebagian besar Kitab Upanisad itu berisi percakapan antara dua orang Brahmana.
Masa Agama Budha
Pada masa agama Budha, ajaran dari Kitab Weda lebih banyak dipengaruhi oleh penafsiran Sidharta Gautama. Pengajaran-pengajaran dari pendiri agama Budha ini telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam pengajaran agama Hindu. Pada masa inilah mulai dikembangkannya istilah logika, yoga, dan samadhi.
Masa Berkembangnya Agama Hindu
Agama Hindu setelah abad ketiga mengalami perkembangan yang cukup berarti. Dalam perkembangannya, agama ini mengalami perubahan, baik penambahan maupun pengurangan mengenai hal para dewa atau upacara-upacara. Pada masa perkembangannya, agama Hindu dikenal dengan konsep Trimurti.
Sebagai upaya menjaring pengikut yang lebih banyak dan luas lagi, para pewarta ajaran Hindu muncul dengan format atau wajah baru. Di mana dalam masa ini yang lebih ditonjolkan adalah yoga (meditasi) dan pengobatan alternatif. Salah satu bentuk yang berkembang pada dasawarsa ini adalah pengajaran Transendental Meditation (yoga) yang diajarkan oleh Maharesi Anand Krisna.
(Dapatkan informasi lebih jauh mengenai Agama Hindu, dalam buku Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu karya Tony Tedjo, M.Th. Harga Rp30.000. Pesan ke 081394401799 ada diskon 20%).
India dipandang dari sudut ilmu bumi merupakan daerah yang beraneka ragam keadaannya. Beberapa bagian tanahnyabaik sekali untuk ditanami gandum, bagian lain cocok untuk ditanami padi. Tanahnya subur, berupa padang gurun yang luas, dikelilingi pegunungan tinggi yang tertutup salju dan es, dan bersebelahan dengan daerah-daerah yang suhunya sangat panas.
Dipandang dari sudut ilmu bangsa-bangsa, India merupakan daerah dengan beraneka ragam budaya penduduknya. Hal ini dapat terlihat dari agama yang dianut oleh penduduknya. Sekarang ini di India terdapat ratusan agama atau kepercayaan yang dianut oleh rakyatnya. Beberapa di antaranya adalah agama Hindu, agama Budha, agama Sikh, agama Bahai, dan agama Zoroaster.
Sepanjang penyelidikan, sejarah kebudayaan India bermula pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan besar di Mesopotamia dan Mesir. Diperkirakan antara tahun 3000 sM dan 2000 sM, di lembah sungai Sindhu (Indus), telah menetap bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Misalnya, berbagai cap yang terbuat dari gading dan tembikar memiliki tanda tulisan dan lukisan binatang, hal ini menceritakan adanya persesuaian dalam peradaban tersebut.
Dalam masa itu, di sepanjang pantai Laut Tengah sampai ke teluk Benggala, terdapat sejenis peradaban yang sama, bahkan meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di kota Harappa, di Punjab, dengan diketemukakannya kota Mohenjodaro.
Penduduk India pada saat itu dikenal sebagai bangsa Dravida. Awal kehadiran mereka bermula tersebar di seluruh negeri, namun lambat laun hanya tinggal di sebelah utara India saja. Mereka menjadi budak dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri tersebut. Ciri-ciri orang Dravida adalah berkulit hitam, berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting.
Sekitar tahun 2000 sM – 1000 sM masuklah melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu Kush, wilayah India utara, bangsa Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran. Mereka tergolong dalam rumpun bangsa Indo-German.
Setelah tiba di India, mereka menetap di dataran sungai Sindhu, yang pada masa itu merupakan daerah subur. Daerah yang dijumpai orang Arya ini telah memiliki peradaban tua. Bangsa Arya ini berbeda dengan bangsa Dravida. Mereka berkulit putih, berbadan tegap, dan hidungnya melengkung.
Orang-orang Arya memasuki India sampai di tepi sungai Gangga dan di sebelah selatan. Mereka hidup bersama dengan bangsa Dravida, sehingga terjadilah pencampuran dua kebudayaan melalui perkawinan campur. Hasil pencampuran dua kebudayaan ini kemudian membentuk kebudayaan India.
Bangsa Arya terkenal suka berperang, mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan dibandingkan bangsa Dravida. Sewaktu bangsa Arya masuk ke India, mereka masih hidup nomad (berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain). Bagi mereka, kuda dan lembu merupakan binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang tersebut dianggap suci.
Bila dibandingkan dengan bangsa Dravida yang tinggal di kota dan mengelola pertanian dan perniagaan sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu lebih primitif. Jadi, sebenarnya kebudayaan India lebih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa Dravida, dibandingkan bangsa Arya. Contohnya, bangsa Dravida telah memiliki banyak patung dewa-dewa yang disembah, sedangkan bangsa Arya belum memilikinya.
2.1.2. Lahirnya Agama Hindu
Sebutan agama Hindu sepertinya berasal dari nama sungai yang sekarang terletak di Pakistan, bernama ”Sindhu”, yang menurut ucapan orang Parsi disebut ”Hindu”. Agama ini merupakan peleburan dari agama asli penduduk Dravida yang sudah tinggi peradabannya. Di India agama ini sering disebut ”Sanata Dharma” (agama yang kekal) atau ”Waidika Dharma” (agama yang berdasarkan atas kitab suci Weda).
Dalam tulisan-tulisan Hindu tua, unsur-unsur Arya lah yang sangat berpengaruh. Hal ini tidak mengherankan, sebab tulisan-tulisan tersebut berasal dari zaman di mana bangsa Arya mengalami kemenangan dalam peperangan melawan bangsa Dravida. Karena banga Dravida menjadi bangsa yang lebih lemah, maka hidup mereka dijajah bangsa Arya. Hal tersebut berpengaruh terhadap kebijaksanaan dan ketetapan yang diberlakukan pada saat itu, oleh bangsa Arya. Dalam tulisan-tulisan terkemudian, lebih banyak pengaruh kebudayaan pra-Arya tua, yang telah mencapai puncak perkembangan tertinggi, ketika bangsa Arya yang lebih rendah peradabannya memasuki India.
2.1.3. Hindu Sebagai Agama
Pada awalnya, agama Hindu pada awalnya bukanlah suatu agama, melainkan sejumlah agama-agama ynag serupa secara garis besar. Lagipula dalam agama Hindu tercantum juga etika, yang termasuk pada agama-agama ini dan akhirnya juga bentuk masyarakat, yang ada hubungannya dengan etika tersebut. Keseluruhan hal ini dinamakan agama Hindu.
Oleh para pemeluknya di India, agama Hindu disebut Sanatana Dharma, artinya agama yang kekal. Sebab para pengikut agama Hindu yakin bahwa agamanya ini tidak terikat oleh zaman. Agama Hindu juga disebut sebagai Waidika-Dharma, artinya agama Weda.
Dalam agama Hindu sangat sulit untuk mengetahui siapa yang menjadi pendiri atau pembawa pertama, hal ini dikarenakan agama ini turun kepada beberapa Maha Rsi dalam jarak waktu ribuan tahun. Jadi, kapan waktu turunnya wahyu, di mana dan bagaimana caranya tidak dapat diketahui dengan pasti.
Menurut paham agama Hindu, wahyu-wahyu itu diterima oleh para Maha Rsi dengan jalan meditasi, yaitu kemampuan menyelamatkan akal pikirannya, sehingga ia disebut Muni. Dengan jalan bertapa melalui beberapa fase di dalam waktu yang lama, untuk dapat melihat kebenaran, dengan ketenangan, perenungan, pandangan yang mendalam dan mendasar, dalam arti mengalihkan kekuatan-kekuatan batin, tenggelam ke dalam penghayatan perenungan yang khusuk.
Menurut kepercayaan umat Hindu, para Rsi atau Muni itu telah ribuan tahun melakukan meditasi untuk memperolah inspirasinya, sehingga mampu menafsirkan dan menjelaskan ajaran agama Hindu secara terperinci. Ada tujuh Maharsi (Sapta Rsi) yang tercatat dan dikenal, yaitu: Maharesi Grtsamada, Maharesi Wismamitra, Maharesi Wamadewa, Maharesi Atri, Maharesi Bharadwaja, Washita dan Maharesi Kanwa atau Rsi Panini.
Dengan adanya perbedaan penafsiran dalam agama Hindu, maka timbul berbagai mazhab filsafa agama (darsana), yaitu para Ghuru atau Acarya. Apa yang mereka lihat, dengar dan ingat, kemudian dikumpulkan kembali menjadi Smrti, seperti kitab-kitab Bhagawadgita, Brahma Sastra dan Manu Dharmasatra (ditulis dalam aksara dan bahasa Sansekerta). Para Rsi dan para pengikut ajaran-ajaran tersebut disebut Arya atau Sista, maksudnya orang-orang yang sangat taat.
2.1.4. Periodisasi Agama Hindu
Dalam perkembangannya, agama Hindu terbagi menjadi lima periode, yaitu: Pertama, masa tumbuh atau masa Weda Samhita, yaitu dimulai sejak datangnya bangsa Arya di daerah Punjab (1500-1000 sM); Kedua, masa pengaruh ajaran Brahmana, di mana dalam pengajarannya lebih mengutamakan upacara korban (1000-750 sM); Ketiga, masa Upanisad, yakni masa penafsiran dan perubahan (750-500 sM); Keempat, masa agama Budha (500 sM-300 M); Kelima, masa berkembangnya ajaran agama Hindu (berlangsung dari abad ketiga hingga sekarang).
Masa Weda Samhita
Agama bangsa Arya dapat diketahui dari kitab-kitab Weda (Weda artinya ”tahu”). Kitab-kitab Weda sendiri sudah ada sejak 1200 tahun sM. Oleh karena itu, masa tertua dari agama Hindu disebut masa Weda Samhita (agama Weda). Dalam masa ini agama Hindu bersifat polytheisme, yakni mempercayai banyak dewa.
Agama Weda dapat dikatakan sebagai agama alam. Artinya dalam mendekati dan menyelami hal kedewasaan, agama ini sangat berfokus pada alam. Seperti nampak dari nama dewa-dewi mereka yang identik dengan gejala-gejala alam. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan bangsa Arya sewaktu mereka memasuki India. Mereka itu merupakan bangsa setengah nomad (selalu berpindah), yang masuk ke India dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka tidak mengenal kekuasaan politik pusat, dan seringkali saling bermusuhan.
India merupakan daerah luas dan sangat berbahaya. Tertutup hutan rimba yang dihuni binatang buas. Bagi orang Arya, orang-orang yang dijumpainya dianggap sebagai orang asing. Mereka harus berjuang melawan manusia dan binatang, serta harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang masih asing. Orang Arya berbeda dari logat bahasanya, bentuk badan, wajah, kebudayaan dan tata cara hidupnya dengan penduduk setempat.
Bangsa Arya merasa dikelilingi oleh berbagai daya kekuasaan dan daya kekuatan yang berbahaya. Di mana-mana, di dalam alam dan pergaulan, mereka terserang oleh berbagai daya kekuasaan yang dapat memberi berkat atau kesengsaraan kepada perorangan atau persekutuan. Mereka merasa takut kepada daya kekuasaan atau kekuatan alam yang dapat membinasakan hidupnya. Orang Arya memberi nama kepada daya kekuasaan itu dan menggambarkan daya-daya kekuasaan itu sebagai suatu pribadi. Misalnya: di dalam tanah yang akan diolahnya, berdiamlah ”dewa ladang”; di tanah tempat orang mendirikan rumahnya, berdiam ”dewa tempat tinggal”; pada waktu membajak terdapat ”dewa jalur mata bajak”; demikian pula pada waktu menuai harus ingat kepada ”dewa pengumpul”. Ketangkasan kuda, panas matahari, kekuatan luar biasa pada beberapa orang dan kepatuhan memerintah pada kepala kaum adalah daya-daya kekuasaan yang diberi nama tersendiri.
Orang yang pada waktu senja berada di dalam hutan, dia dianggap telah ditangkap oleh ”dewi rimba”. Hal tersebut menggambarkan bahwa dewa-dewa bangsa Arya itu merupakan bayangan yang sangat kabur. Misalnya, Dewa Indra. Dia digambarkan sebagai seorang laki-laki berjanggut kemerah-merahan yang mabuk dan mengalami kejadian-kejadian aneh. Namun sesungguhnya ia merupakan daya kekuasaan yang kabur dan tidak bisa didefinisikan. Menampakkan diri dalam bentuk taufan, guruh, perang, kekerasan, tetapi juga dalam kesuburan. Dewa Indra dilambangkan sebagai lembu jantan.
Dewa-dewa Weda tidak mempunyai patung-patung dan kuil-kuil, tetapi mereka diam di tempat-tempat di mana daya kekuasaannya terlihat. Kedewasaan itu dirasakan dan dialami manusia dalam alam. Oleh karena itu, bagi orang India dari segala zaman, tetaplah agama merupakan suatu perasaan manusia, yakni di dalam segala hal merasakan adanya seusatu daya kekuasaan yang tidak pernah dapat diraba dan terlihat, tetapi dialami sepenuhnya sebagai suatu kenyataan.
Dalam agama Weda, manusia berusaha menempatkan ”daya-daya kekuasaan” itu di bawah kekuasaannya, agar tidak mendatangkan kerugian, melainkan memberi keselamatan. Dalam usaha pencapaiannya, diadakanlah ritus melalui persembahan korban dan kata-kata (berupa kidung pujian, mantra, dan mite-mite yang dikisahkan) untuk menyenangkan daya-daya kekuasaan tersebut.
Dalam agama Weda, orang tidak mengenal kesalehan dalam arti kata yang sebenarnya. Juga tidak mengenal kesusilaan dalam arti yang sewajarnya. Karena di dalam agama ini sebenarnya tidak ada dewa-dewa yang berpribadi. Perkataan dewa senantiasa hanyalah merupakan suatu daya kekuasaan di dalam gejala-gejala alam saja. Ritus hanyalah sebagai alat teknis untuk menggerakkan daya kekuasaan sedemikian rupa, sehingga daya kekuasaan tersebut mendatangkan keselamatan kepada manusia. Dosa atau kesalahan di dalam agama Weda mempunyai arti suatu sikap yang menyalahi tata tertib alam. Dosa bagi mereka adalah terganggunya ketertiban tetap yang ada di dalam segala sesuatu.
Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar yang ada dalam agama Weda, yaitu: Satu, percaya dan takut kepada daya-daya kekuasaan; Dua, ritus untuk mempengaruhi daya-daya kekuasaan; Tiga, kesadaran akan adanya tata tertib kosmos; Empat, kecenderungan kepada mistik.
Masa Brahmana
Ketika kitab-kitab Weda itu sudah tidak dapat dimengerti lagi, maka para Brahmana membuat tafsiran-tafsiran dari kitab tersebut, yaitu kitab-kitab Sutra (kitab penuntun), dan kitab-kitab Dharmasastra (kitab-kitab hukum). Kitab-kitab tersebut ditulis antara tahun 800-500 sM.
Golongan kaum Brahmana memberikan perkembangan baru dalam agama Weda. Perkembangan ini dapat disebut sebagai pengukuhan kekuasaan golongan Brahmana. Perkembangan ini mempengaruhi dan mengubah bentuk seluruh tatanan dalam agama Weda.
Karena banyak orang tidak lagi memahami kitab-kitab Weda, maka para Brahmana mengambil inisiatif untuk menafsirkan sendiri isi dari kitab Weda tersebut menurut kehendak mereka. Tentunya inisiatif para Brahmana ini sangat baik. Namun, di balik itu para Brahmana itu bermaksud memperkokoh kedudukan mereka di antara rakyat, sehingga tidak seorang pun yang meragukan kekuasaan mereka, disebabkan kedekatan hubungan mereka dengan para dewa.
Oleh karena hanya kaum Brahmana saja yang dapat mengetahui isi dari Kitab Weda, maka hanyya merekalah satu-satunya orang yang tahu mengenai upacara-upacara persembahan dan seluk-beluknya. Sebab, bila menyimpang sekecil apapun dari peraturan yang sudah ditetapkan, akan berakibat pada kesia-siaan dalam upacara mereka. Lagipula, para Brahmanalah yang memiliki kekuasaan untuk memaksa dewa menampakkan diri di dalam api persembahan. Seperti yang nampak dalam kutipan salah seorang Brahmana sebagai berikut:
“Ada dua macam dewa, yakni dewa-dewa dan para Brahmana yang terpelajar dan mengajar adalah dewa-dewa insani. Persembahan-persembahan dibagi antara kedua macam dewa itu: Persembahan-persembahan untuk para dewa, pemberian-pemberian untuk dewa para dewa insani, ialah para Brahmana, pandita-pandita yang terpelajar dan yang mengajar itu; dengan persembahan itu manusia membuat senang para dewa, dengan pemberian-pemberian ia menyenangkan para dewa insani (para Brahmana), pandita-pandita yang terpelajar dan yang mengajar kedua jenis dewa itu, jika mereka merasa puas akan memberi manusia merasakan kebahagiaan surga.“
Masa Upanisad
Pada masa ini kepercayaan kepada kekuasaan pengetahuan yang lebih tinggi (jnana) besar pengaruhnya. Kekuasaan pengetahuan ini harus dijadikan kenyataan dengan melakukan ritus atau upacara. Sehingga tidak mengherankan apabila pada masa Upanisad mempunyai lebih banyak pengikut di antara para Ksatria, daripada golonngan Brahmana. Masa Upanisad amat mementingkan pengetahuan batiniah dan filsafat yang tinggi. Pemujaan kepada Tuhan sebagai Trimurti menjadi hal yang umum dalam masa Upanisad ini.
Barangkali Upanisad-upanisad tersebut ditulis antara tahun 600-300 sM. Kata Upanisad diturunkan dari kata upa dan ni, artinya ”dekat, didekatnya”; dan dari sad ”duduk dekat”. Maksud pernyataan tersebut adalah duduk di dekat seorang guru, untuk menerima pandangan atau pengetahuan daripadanya.
Upanisad-upanisad itu termasuk naskkah-naskah (tulisan-tulisan) yang sangat dalam isinya dibandingkan dengan kesusasteraan lainnya di dunia. Orang Hindu, termasuk Hindu modern, memandang Upanisad sebagai tulisan-tulisan ilahi. Sampai kini sebenarnya tidak ada aliran rohani satupun di India yang dapat terlepas dari pengaruh kitab-kitab tersebut.
Upanisad-upanisad yang termasyur antara lain Upanisad Chandogya dan Kathaka-Upanisad. Sebagian besar Kitab Upanisad itu berisi percakapan antara dua orang Brahmana.
Masa Agama Budha
Pada masa agama Budha, ajaran dari Kitab Weda lebih banyak dipengaruhi oleh penafsiran Sidharta Gautama. Pengajaran-pengajaran dari pendiri agama Budha ini telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam pengajaran agama Hindu. Pada masa inilah mulai dikembangkannya istilah logika, yoga, dan samadhi.
Masa Berkembangnya Agama Hindu
Agama Hindu setelah abad ketiga mengalami perkembangan yang cukup berarti. Dalam perkembangannya, agama ini mengalami perubahan, baik penambahan maupun pengurangan mengenai hal para dewa atau upacara-upacara. Pada masa perkembangannya, agama Hindu dikenal dengan konsep Trimurti.
Sebagai upaya menjaring pengikut yang lebih banyak dan luas lagi, para pewarta ajaran Hindu muncul dengan format atau wajah baru. Di mana dalam masa ini yang lebih ditonjolkan adalah yoga (meditasi) dan pengobatan alternatif. Salah satu bentuk yang berkembang pada dasawarsa ini adalah pengajaran Transendental Meditation (yoga) yang diajarkan oleh Maharesi Anand Krisna.
(Dapatkan informasi lebih jauh mengenai Agama Hindu, dalam buku Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu karya Tony Tedjo, M.Th. Harga Rp30.000. Pesan ke 081394401799 ada diskon 20%).
Kamis, 20 Oktober 2011
Pertanyaan Praktis Iman Kristen
1. Apakah Allah itu ada?
• Allah itu benar-benar ada. Sebagai bukti bahwa Allah ada adalah adanya manusia, hewan, binatang, tumbuh-tumbuhan, cakrawala, bulan, dan bintang (Mazmur 19:2; Roma 1:20). Adanya hujan, musim, dan peredaran waktu yang berjalan dengan teratur, membuktikan adanya Allah (Kisah Para Rasul 14:15, 17). Adanya kehidupan, menandakan bahwa adanya si pencipta (Allah), yang memberikan kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan itu tidak mungkin ada dengan sendirinya. Manusia bisa menciptakan robot, tetapi manusia tidak bisa memberikan nafas hidup ke dalam dirinya. Hanya Allah sajalah yang mampu melakukannya.
• Untuk mempercayai Allah yang tidak kelihatan, diperlukan iman (Ibrani 11:6). Jika kita percaya, maka kita akan melihat kemuliaan Allah (Yohanes 11:40). ”Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi” (Hosea 6:3).
• Alkitab dimulai dengan perkataan ”pada mulanya Allah” (Kejadian 1:1; Yohanes 1:1-3) yang menandakan bahwa permulaan dari alam semesta beserta isinya adalah Allah. Orang yang berkata bahwa Allah itu tidak ada adalah orang yang tidak pernah menyadari bahwa dirinya ada saat ini karena Allah yang menciptakannya. Alkitab mengatakan bahwa orang yang demikian adalah orang bebal (Mazmur 14:1b dan 53:2a). Hanya orang angkuh yang tidak mempedulikan Allah (Mazmur 54:5).
• Orang ateis adalah mereka yang percaya bahwa Allah tidak ada. Orang ateis tidak percaya bahwa Allah menciptakan manusia. Sebaliknya, mereka percaya bahwa manusialah yang menciptakan gagasan tentang Allah.
2. Apakah Allah memiliki tangan, mata, kaki, atau telinga?
• Allah tidak memiliki tangan, kaki, atau telinga, karena Dia adalah Roh (Yohanes 4:24; 2 Korintus 3:17). Roh tidak berdaging dan tidak bertulang (Lukas 24:39).
• Pernyataan seperti ”tangan Tuhan” (Hakim-hakim 2:15; 1 Samuel 5:6; 2 Samuel 24:14; 1 Tawarikh 21:13; Yesaya 59:1; Kisah Para Rasul 11:21; 13:11), ”tangan Allah” (Keluaran 8:19; Ezra 8:22; Ayub 12:9; 19:21; Pengkhotbah 9:1), ”tangan-Mu” (Mazmur 119:73; 139:10), ”mata Tuhan” (Ulangan 11:12; 2 Tawarikh 16:9; Mazmur 33:18; Amsal 15:3; Zakharia 4:10), ”kaki-Nya” (Wahyu 1:15), ”telinga Tuhan” (Yakobus 5:4), ”Aku telah turun” (Keluaran 3:8). Semua itu menyatakan bahwaa Allah dianggap seolah-olah memiliki anggota tubuh seperti manusia, agar mereka mengenal Allah lebih dekat.
3. Allah seringkali disebut sebagai Yehova Jireh, Yehova Rafa, Yehova Syalom, dan sebagainya. Arti dari sebutan itu sendiri apa?
• Yehova Jireh: Tuhan akan mencukupkan (Kejadian 22:14).
• Yehova Rafa: Tuhan adalah penyembuh (Keluaran 15:26).
• Yehova Nissi: Tuhan adalah pemenang (Keluaran 17:15).
• Yehova Syalom: Tuhan adalah keselamatanku (Hakim-hakim 6:24).
• Yehova Raah: Tuhan adalah gembalaku (Mazmur 23:1).
• Yehova Tsidkenu: Tuhan adalah kebenaran kami (Yeremia 23:6).
• Yehova Syemmah: Tuhan menyertai (Yehezkiel 48:35).
• Yehova Tsebhaoth: Tuhan semesta alam (Mazmur 24:10).
• El-Shadai: Allah yang Mahakuasa (Kejadian 17:1; Wahyu 4:8).
• El-Elyon: Allah yang Mahatinggi (Kejadian 14:18-20; Yesaya 14:14).
• El-Gibor: Allah yang Perkasa (Keluaran 7:11).
• Adonai: Allah Penjaga dan Pembela (Yesaya 6:1; Mazmur 35:23).
• Elohim: Allah Pencipta (Kejadian 1:26, 31).
• Yahweh/Yehova: Tuhan, Allah yang kekal yang sudah ada, yang ada dan yang akan datang (1 Yohanes 1:1-2, 14).
4. Apakah benar bahwa Allah memiliki ciri-ciri psikologis seperti yang dimiliki manusia?
• Benar. Allah memiliki ciri-ciri psikologis yang sama dengan manusia, seperti intelek (Kejadian 18:19; Keluaran 3:7; Kisah Para Rasul 15:18); perasaan (Kejadian 6:6; Mazmur 103:8-14; Yohanes 3:16), dan kemauan (Kejadian 3:15; Mazmur 115:3; Yohanes 6:38).
• Allah juga ditampilkan dapat berbicara (Kejadian 1:3), melihat (Kejadian 11:5), mendengar (Mazmur 94:9), berduka (Kejadian 6:6), menyesal (Kejadian 6:6), marah (Ulangan 1:37), cemburu (Keluaran 20:5), dan iba (Mazmur 111:4).
5. Benarkah Allahnya orang Kristen ada tiga?
• Tidak benar. Orang Kristen hanya percaya satu Allah saja (monotheisme).
• Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah Allah yang Esa (Ulangan 6:4). Satu yang jamak. Di mana masing-masing memiliki pribadi dan tugasnya sendiri.
• Perhitungan matematika menurut manusia itu 1+1+1= 3. Tapi perhitungan matematika Allah adalah 1x1x1= 1. Jadi, meski 1 –nya ada 3, tetap saja 1.
• Sebutan Allah Bapa dan Allah Anak tidak berarti menandakan bahwa Allah itu punya bapa dan anak. Sebab Allah dalam ajaran Kristen tidak sama dengan allah-allah agama lain. Sebutan bapa dan anak tersebut hanyalah untuk menunjukkan identitas Allah.
• Allah itu Esa (Ulangan 4:35; 6:4; Yesaya 45:5; Zakharia 14:9; Markus 12:29-32; Yohanes 17:3; 1 Korintus 8:4-6; Efesus 4:4-6; 1 Timotius 2:5).
6. Apakah Allah dalam Perjanjian Lama (PL) berbeda dengan Allah dalam Perjanjian Baru (PB)?
• Allah tetap sama, baik dalam PL maupun dalam PB. Memang, sepertinya Allah dalam PL terkesan lebih sadis dibandingkan dengan Allah dalam PB yang terkesan penuh kasih. Namun, sebenarnya Allah yang sama baik dalam PL maupun PB.
• Ajaran yang mengatakan bahwa Allah dalam PL tidak sama dengan Allah dalam PB merupakan ajaran Marcion, seorang pengajar sesat. Ajarannya menyatakan bahwa kitab PL mengajarkan Allah sebagai pencipta langit dan bumi, Allah sebagai Hakim, Allah yang murka dan gemar berperang, dan tidak mengenal kasih. Sedangkan Allah dalam PB yang diajarkan oleh Yesus Kristus, merupakan Allah yang memiliki kasih dan murah hati.
• Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, dan sampai selamanya (Ibrani 13:8). Allah tidak berubah (Ayub 23:13; Maleakhi 3:6).
7. Apakah Allah itu berjenis kelamin? Mengapa kok dikatakan Bapa?
• Allah itu Roh, tidak mempunyai kelamin.
• Sebutan Bapa hanya untuk menandakan kedekatan hubungan antara Allah dan kita, seperti seorang ayah kepada anaknya (Mazmur 103:13; Yesaya 63:16; Yeremia 31:9). Setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, diangkat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12) dan layak menyebut Allah dengan sebutan Bapa (Roma 8:15; Galatia 4:6).
• Allah itu dalam peran-Nya di dunia tidak hanya memiliki sifat-sifat seorang bapak, yaitu: melindungi, menjaga, disiplin, pembela, dan sebagainya; tetapi memiliki sifat-sifat seorang ibu juga, seperti: menghibur, membimbing, merawat, mengasihi dan sebagainya. Hanya saja, yang lebih ditonjolkan adalah sifat-sifat seorang bapak, sehingga dikatakan Bapa.
• Sifat-sifat seorang bapa: Asal-usul, kita semua berasal dari ayah kita. Apabila sesuatu hal diketemukan oleh orang pertama kali, maka kita biasa menyebut orang tersebut dengan sebutan”bapak atau bapa.” Misalnya: Thomas Alfa Edison disebut sebagai ”bapa lampu listrik”; George Washington disebut ”bapa Amerika Serikat”; pemimpin gereja mula-mula disebut ”bapa-bapa gereja.” Kepribadian seorang bapa adalah seorang pribadi yang nyata. Ia berpikir, mengasihi, bekerja, dan mengutarakan isi hatinya kepada orang lain.
(Diambil dari buku ANDA BERTANYA SAYA MENJAWAB: 101 Tanya-Jawab PRaktis Seputar Pokok Iman Kristen, karya Pdp. Tony Tedjo, M.Th. Buku ini dapat dipesan ke 081394401799, dapatkan diskon 20%-30%).
• Allah itu benar-benar ada. Sebagai bukti bahwa Allah ada adalah adanya manusia, hewan, binatang, tumbuh-tumbuhan, cakrawala, bulan, dan bintang (Mazmur 19:2; Roma 1:20). Adanya hujan, musim, dan peredaran waktu yang berjalan dengan teratur, membuktikan adanya Allah (Kisah Para Rasul 14:15, 17). Adanya kehidupan, menandakan bahwa adanya si pencipta (Allah), yang memberikan kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan itu tidak mungkin ada dengan sendirinya. Manusia bisa menciptakan robot, tetapi manusia tidak bisa memberikan nafas hidup ke dalam dirinya. Hanya Allah sajalah yang mampu melakukannya.
• Untuk mempercayai Allah yang tidak kelihatan, diperlukan iman (Ibrani 11:6). Jika kita percaya, maka kita akan melihat kemuliaan Allah (Yohanes 11:40). ”Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi” (Hosea 6:3).
• Alkitab dimulai dengan perkataan ”pada mulanya Allah” (Kejadian 1:1; Yohanes 1:1-3) yang menandakan bahwa permulaan dari alam semesta beserta isinya adalah Allah. Orang yang berkata bahwa Allah itu tidak ada adalah orang yang tidak pernah menyadari bahwa dirinya ada saat ini karena Allah yang menciptakannya. Alkitab mengatakan bahwa orang yang demikian adalah orang bebal (Mazmur 14:1b dan 53:2a). Hanya orang angkuh yang tidak mempedulikan Allah (Mazmur 54:5).
• Orang ateis adalah mereka yang percaya bahwa Allah tidak ada. Orang ateis tidak percaya bahwa Allah menciptakan manusia. Sebaliknya, mereka percaya bahwa manusialah yang menciptakan gagasan tentang Allah.
2. Apakah Allah memiliki tangan, mata, kaki, atau telinga?
• Allah tidak memiliki tangan, kaki, atau telinga, karena Dia adalah Roh (Yohanes 4:24; 2 Korintus 3:17). Roh tidak berdaging dan tidak bertulang (Lukas 24:39).
• Pernyataan seperti ”tangan Tuhan” (Hakim-hakim 2:15; 1 Samuel 5:6; 2 Samuel 24:14; 1 Tawarikh 21:13; Yesaya 59:1; Kisah Para Rasul 11:21; 13:11), ”tangan Allah” (Keluaran 8:19; Ezra 8:22; Ayub 12:9; 19:21; Pengkhotbah 9:1), ”tangan-Mu” (Mazmur 119:73; 139:10), ”mata Tuhan” (Ulangan 11:12; 2 Tawarikh 16:9; Mazmur 33:18; Amsal 15:3; Zakharia 4:10), ”kaki-Nya” (Wahyu 1:15), ”telinga Tuhan” (Yakobus 5:4), ”Aku telah turun” (Keluaran 3:8). Semua itu menyatakan bahwaa Allah dianggap seolah-olah memiliki anggota tubuh seperti manusia, agar mereka mengenal Allah lebih dekat.
3. Allah seringkali disebut sebagai Yehova Jireh, Yehova Rafa, Yehova Syalom, dan sebagainya. Arti dari sebutan itu sendiri apa?
• Yehova Jireh: Tuhan akan mencukupkan (Kejadian 22:14).
• Yehova Rafa: Tuhan adalah penyembuh (Keluaran 15:26).
• Yehova Nissi: Tuhan adalah pemenang (Keluaran 17:15).
• Yehova Syalom: Tuhan adalah keselamatanku (Hakim-hakim 6:24).
• Yehova Raah: Tuhan adalah gembalaku (Mazmur 23:1).
• Yehova Tsidkenu: Tuhan adalah kebenaran kami (Yeremia 23:6).
• Yehova Syemmah: Tuhan menyertai (Yehezkiel 48:35).
• Yehova Tsebhaoth: Tuhan semesta alam (Mazmur 24:10).
• El-Shadai: Allah yang Mahakuasa (Kejadian 17:1; Wahyu 4:8).
• El-Elyon: Allah yang Mahatinggi (Kejadian 14:18-20; Yesaya 14:14).
• El-Gibor: Allah yang Perkasa (Keluaran 7:11).
• Adonai: Allah Penjaga dan Pembela (Yesaya 6:1; Mazmur 35:23).
• Elohim: Allah Pencipta (Kejadian 1:26, 31).
• Yahweh/Yehova: Tuhan, Allah yang kekal yang sudah ada, yang ada dan yang akan datang (1 Yohanes 1:1-2, 14).
4. Apakah benar bahwa Allah memiliki ciri-ciri psikologis seperti yang dimiliki manusia?
• Benar. Allah memiliki ciri-ciri psikologis yang sama dengan manusia, seperti intelek (Kejadian 18:19; Keluaran 3:7; Kisah Para Rasul 15:18); perasaan (Kejadian 6:6; Mazmur 103:8-14; Yohanes 3:16), dan kemauan (Kejadian 3:15; Mazmur 115:3; Yohanes 6:38).
• Allah juga ditampilkan dapat berbicara (Kejadian 1:3), melihat (Kejadian 11:5), mendengar (Mazmur 94:9), berduka (Kejadian 6:6), menyesal (Kejadian 6:6), marah (Ulangan 1:37), cemburu (Keluaran 20:5), dan iba (Mazmur 111:4).
5. Benarkah Allahnya orang Kristen ada tiga?
• Tidak benar. Orang Kristen hanya percaya satu Allah saja (monotheisme).
• Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus adalah Allah yang Esa (Ulangan 6:4). Satu yang jamak. Di mana masing-masing memiliki pribadi dan tugasnya sendiri.
• Perhitungan matematika menurut manusia itu 1+1+1= 3. Tapi perhitungan matematika Allah adalah 1x1x1= 1. Jadi, meski 1 –nya ada 3, tetap saja 1.
• Sebutan Allah Bapa dan Allah Anak tidak berarti menandakan bahwa Allah itu punya bapa dan anak. Sebab Allah dalam ajaran Kristen tidak sama dengan allah-allah agama lain. Sebutan bapa dan anak tersebut hanyalah untuk menunjukkan identitas Allah.
• Allah itu Esa (Ulangan 4:35; 6:4; Yesaya 45:5; Zakharia 14:9; Markus 12:29-32; Yohanes 17:3; 1 Korintus 8:4-6; Efesus 4:4-6; 1 Timotius 2:5).
6. Apakah Allah dalam Perjanjian Lama (PL) berbeda dengan Allah dalam Perjanjian Baru (PB)?
• Allah tetap sama, baik dalam PL maupun dalam PB. Memang, sepertinya Allah dalam PL terkesan lebih sadis dibandingkan dengan Allah dalam PB yang terkesan penuh kasih. Namun, sebenarnya Allah yang sama baik dalam PL maupun PB.
• Ajaran yang mengatakan bahwa Allah dalam PL tidak sama dengan Allah dalam PB merupakan ajaran Marcion, seorang pengajar sesat. Ajarannya menyatakan bahwa kitab PL mengajarkan Allah sebagai pencipta langit dan bumi, Allah sebagai Hakim, Allah yang murka dan gemar berperang, dan tidak mengenal kasih. Sedangkan Allah dalam PB yang diajarkan oleh Yesus Kristus, merupakan Allah yang memiliki kasih dan murah hati.
• Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, dan sampai selamanya (Ibrani 13:8). Allah tidak berubah (Ayub 23:13; Maleakhi 3:6).
7. Apakah Allah itu berjenis kelamin? Mengapa kok dikatakan Bapa?
• Allah itu Roh, tidak mempunyai kelamin.
• Sebutan Bapa hanya untuk menandakan kedekatan hubungan antara Allah dan kita, seperti seorang ayah kepada anaknya (Mazmur 103:13; Yesaya 63:16; Yeremia 31:9). Setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, diangkat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12) dan layak menyebut Allah dengan sebutan Bapa (Roma 8:15; Galatia 4:6).
• Allah itu dalam peran-Nya di dunia tidak hanya memiliki sifat-sifat seorang bapak, yaitu: melindungi, menjaga, disiplin, pembela, dan sebagainya; tetapi memiliki sifat-sifat seorang ibu juga, seperti: menghibur, membimbing, merawat, mengasihi dan sebagainya. Hanya saja, yang lebih ditonjolkan adalah sifat-sifat seorang bapak, sehingga dikatakan Bapa.
• Sifat-sifat seorang bapa: Asal-usul, kita semua berasal dari ayah kita. Apabila sesuatu hal diketemukan oleh orang pertama kali, maka kita biasa menyebut orang tersebut dengan sebutan”bapak atau bapa.” Misalnya: Thomas Alfa Edison disebut sebagai ”bapa lampu listrik”; George Washington disebut ”bapa Amerika Serikat”; pemimpin gereja mula-mula disebut ”bapa-bapa gereja.” Kepribadian seorang bapa adalah seorang pribadi yang nyata. Ia berpikir, mengasihi, bekerja, dan mengutarakan isi hatinya kepada orang lain.
(Diambil dari buku ANDA BERTANYA SAYA MENJAWAB: 101 Tanya-Jawab PRaktis Seputar Pokok Iman Kristen, karya Pdp. Tony Tedjo, M.Th. Buku ini dapat dipesan ke 081394401799, dapatkan diskon 20%-30%).
SEKOLAH MENULIS ALKITABIAH (SOW)
PROGRAM SERTIFIKAT ANGKATAN KE-2
Motto: Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau“
SOW mengadakan Program Sertifikat dengan materi LITERATUR dan ALKITAB: MENYUSUN KATA-KATA MERANGKAI KALIMAT, MENGATASI HAMBATAN MENULIS, MENULIS BUKU, MENULIS RENUNGAN, MENULIS BIOGRAFI, MENULIS CERPEN, SENI PENYUNTINGAN, MANAJEMEN PENERBITAN BUKU, STRATEGI PEMASARAN, PEMBIMBING PL, PEMBIMBING PB, STUDI TENTANG ALLAH DAN ROH KUDUS, STUDI TENTANG KRISTUS DAN KESELAMATAN, STUDI TENTANG AKHIR ZAMAN.
PENGAJAR:
Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th.; Johny Tedjo, S.Th.; Agus Nugroho, S.Th., M.PdK; Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th., D.Min; Pdm. Toto Somali, S.Th., MA; Parel, S.Th.
BIAYA:
Biaya Pendaftaran Rp100.000; Biaya Pendidikan Rp2.000.000 (bisa dicicil 3x).
FASILITAS:
Setiap peserta akan mendapatkan: Member Card, Makalah, Makan Malam, Paket Buku Agape, Sertifikat, Konsultasi Gratis Penerbitan.
Kelas akan dimulai 3 Februari 2012 hingga 20 Juli 2012 (24x pertemuan). Belajar tiap JUMAT, jam 17.00-20.00 WIB. Kelas dibatasi HANYA 20 ORANG. Pendaftaran 081394401799 atau tonytedjo@gmail.com. www.sekolahmenulisalkitabiah.blogspot.com dan www.agapemedia.blogspot.com.
Motto: Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau“
SOW mengadakan Program Sertifikat dengan materi LITERATUR dan ALKITAB: MENYUSUN KATA-KATA MERANGKAI KALIMAT, MENGATASI HAMBATAN MENULIS, MENULIS BUKU, MENULIS RENUNGAN, MENULIS BIOGRAFI, MENULIS CERPEN, SENI PENYUNTINGAN, MANAJEMEN PENERBITAN BUKU, STRATEGI PEMASARAN, PEMBIMBING PL, PEMBIMBING PB, STUDI TENTANG ALLAH DAN ROH KUDUS, STUDI TENTANG KRISTUS DAN KESELAMATAN, STUDI TENTANG AKHIR ZAMAN.
PENGAJAR:
Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th.; Johny Tedjo, S.Th.; Agus Nugroho, S.Th., M.PdK; Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th., D.Min; Pdm. Toto Somali, S.Th., MA; Parel, S.Th.
BIAYA:
Biaya Pendaftaran Rp100.000; Biaya Pendidikan Rp2.000.000 (bisa dicicil 3x).
FASILITAS:
Setiap peserta akan mendapatkan: Member Card, Makalah, Makan Malam, Paket Buku Agape, Sertifikat, Konsultasi Gratis Penerbitan.
Kelas akan dimulai 3 Februari 2012 hingga 20 Juli 2012 (24x pertemuan). Belajar tiap JUMAT, jam 17.00-20.00 WIB. Kelas dibatasi HANYA 20 ORANG. Pendaftaran 081394401799 atau tonytedjo@gmail.com. www.sekolahmenulisalkitabiah.blogspot.com dan www.agapemedia.blogspot.com.
Kamis, 08 September 2011
AGAPE NEWS Sept-Des 2011
REDAKSI
Puji Tuhan, kita telah berada di penghujung tahun 2011. Berbagai peristiwa dan pengalaman berharga telah dijalani dan dilalui. Bersama Yesus, pasti ada jalan keluar dan ada pertolongan. Segala beban dan persoalan hidup kita serahkan ke dalam tangan-Nya (Matius 11:28). Dalam Agape News edisi ini akan memberikan informasi: 1) Terobosan peserta SOW angkatan ke-1 di Palembang, yakni Pdp. Eddy Yonathan yang telah menuliskan dua buah buku (Kebenaran, Doa, dan Janji Firman Tuhan serta buku Yunus: Merpati Utusan); 2) SOW Sertifikat 6 bulan telah dimulai sejak 1 Juli 2011; 3) Penerbit Agape menerbitkan buku Potret Kehidupan; Cetakan ke-2 buku Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu; Cetakan ke-2 buku 400 Mutiara Berharga.
Segenap pengurus dan Tim Agape SOW mengucapkan Selamat NATAL 2011. Tuhan Yesus memberkati dan melindungi kita senantiasa!
Tony Tedjo
SEKOLAH MENULIS ALKITAB (SOW)
1. SOW Sertifikat telah dimulai sejak 1 Juli 2011 dan akan berakhir 16 Desember 2011. Pertemuan selama 6 bulan ini diadakan setiap hari Jumat, jam 17.00-20.00 WIB. Selama Juli diadakan di Jl. Cibadak 275 Bandung, kemudian Agustus dan seterusnya diadakan di Cafe D’Homie, Jl. Sadewa 14 Bandung. Sambil makan malam, setiap peserta dapat diperlengkapi dengan ketrampilan menulis dan pengetahuan Alkitab. Dengan materi: Menyusun Kata Merangkai Kalimat, Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Cerpen, Menulis Biografi, Menulis Renungan Harian, Menulis Buku, Seni Penyuntingan, Manajemen Penerbitan Buku, Manajemen Penerbitan Majalah, Strategi Pemasaran, Studi Tentang Kristus dan Keselamatan, Studi Tentang Allah dan Roh Kudus, Studi Tentang Akhir Zaman, Pembimbing PL, dan Pembimbing PB. Dengan para pengajar: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., Bp. Agus Nugroho, S.Th., M.Pd.K, Bp. Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th., D.Min., Johny Tedjo, S.Th., Heru Winoto, S.Th., Parel, S.Th.
Komentar sebagian peserta:
1) ”Mengikuti SOW banyak manfaatnya. Saya banyak belajar tentang teknik menulis, membuat cerpen, menulis renungan, membuat artikel, menulis buku, dll. Saya dimotivasi dan dibimbing untuk selalu menulis. Waktu praktek menulis banyak mendapat masukan dari pembimbing dan teman-teman semua. Suasana belajar menyenangkan, diisi dengan sharing, sehingga menambah wawasan. Saya banyak belajar tentang Alkitab, jadi lewat tulisan saya dapat membagi berkat bagi orang-orang di manapun mereka berada. Semua pembimbing ramah, penuh perhatian, dan mudah dihubungi. Teman-temannya juga akrab dan kami bisa saling membangun. SOW luar biasa! GBU” (Dra. Teresia Utami Gunawan, MSi).
2) ”Awal Juli 2011 merupakan titik balik dalam pola pikir pribadi saya. SOW bukan hanya menulis, tetapi juga bermakna tentang menabur. Di sini saya diajarkan untuk mengatasi kendala menulis dan menemukan ide-ide untuk menulis. SOW mengajarkan bahwa kita semua diberkati untuk menjadi berkat. SOW meyakinkan saya bahwa setiap orang memiliki bakat untuk menulis. Maju terus SOW. Tuhan Yesus berkati” (Henry Yohanes, SE).
2. SOW akan mengadakan Seminar Praktis: MENULIS BUKU (19 & 26 Sept 2011); SENI PENYUNTINGAN (7 & 14 Okt 2011); MENULIS BIOGRAFI (21 & 28 Okt 2011); MANAJEMEN PENERBITAN BUKU (18 & 25 Nov 2011); STRATEGI PEMASARAN BUKU (16 Des 2011). Semua diadakan di Cafe D’Homie, Jl. Sadewa 14 Bandung. Dapat diikuti salah satu materi saja. Biaya Rp150rb per materi (Makan malam, member card, sertifikat, paket buku Agape). Terbatas HANYA 20 peserta saja. Daftar ke 0813 9440 1799 atau 022-9518 7968.
3. Alumni Peserta SOW ke-1 di Palembang, Pdm. Eddy Yonathan telah berhasil menulis 2 buku, masing-masing: Kebenaran, Doa, dan Janji Firman Tuhan serta buku Yunus: Merpati Utusan. Selamat Pak, tetap antusias dan produktif! GBU
PENERBIT AGAPE
1) Bulan Juli 2011 lalu Penerbit Agape bekerjasama dengan Penerbit Pionir menerbitkan buku “Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu” karya Tony Tedjo. Buku ini telah dipakai oleh dosen dan mahasiswa di berbagai Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia dan 10 University di Amerika Serikat ( Selain itu telah dibeli dan disimpan di Kedutaan Besar Amerika Serikat (disimpan di Library Of Congress), Kedutaan Belanda dan Kedutaan Australia. Dikemas dengan kertas impor dari Finlandia. Harga Rp30rb, untuk beli 5 bk ke atas diskon 20%-30%. Pesan ke 0813 9440 1799.
2) Terbit di bulan September 2011 buku cetakan kedua ”400 Mutiara Berharga” karya Tony Tedjo, kerjasama dengan Penerbit Visi. Berisi kata-kata mutiara lebih dari 250 tokoh. Telah dibaca ribuan orang. Sangat memberkati, cocok untuk hadiah ulang tahun. Dapatkan diskon hingga 30% untuk pembelian sebelum 31 Desember 2011 ke nomor 0813 9440 1799.
3) Rencana terbit bulan Oktober 2011 buku ”Potret Kehidupan” yang berisi 50 arrtikel menarik dan memberkati. Harga Rp26.000. Terbit bulan November 2011 cetakan kedua buku ”Anda Bertanya Saya Menjawab” yang telah dibaca ribuan orang di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara. Dapatkan diskon hingga 40% untuk pemesanan sebelum tanggal 25 Desember 2011. pesan sekarang ke 0813 9440 1799 atau tonytedjo@gmail.com.
4. Penerbit Agape berencana menerbitkan buku renungan ”AGAPE”, edisi Triwulan. Awal terbit edisi no 1. Januari-Maret 2012 beredar pertengahan November 2011. Anda yang memiliki kesaksian unik dapat mengirimkan ke penerbitagape@gmail.com.
GELEGAR DISKON
Dapatkan diskon khusus sebesar 30%-50% untuk pembelian buku-buku terbitan Agape ke nomor 022-95187968; 0813 9440 1799 atau ke penerbitagape@gmail.com:
Buku-buku karya Tony Tedjo (Diskon 30%-50%):
1. 400 Intan Bermakna Rp16.000
2. Bingkai Kehidupan Rp25.000
3. Menerbitkan Buku Renungan Rp15.000
4. Kasih Menembus Batas Rp36.000
5. Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat Rp20.000
Buku-buku karya Johny Tedjo (Diskon 30%):
6. All About Moses Rp40.000
7. All About David Rp40.000
8. All About Jesus Rp40.000
9. 70 Topik Menarik dalam Alkitab Rp50.000
10. 3000 Kata Motivasi dan Bijak Rp60.000
Buku Cerita Anak karya Ivone Chow (diskon 30%-40%):
11. Si Cicak Rp20.000
12. Si Kancil Rp20.000
13. Kura-kura Kecil Rp20.000
14. Fido si Ikan Kecil Rp18.000
SOW bekerjasama dengan Penerbit Agape menyediakan jasa layanan:
1. Pembuatan buku. Anda cukup mengirimkan naskahnya, maka kami proses hingga menjadi buku lengkap dengan ISBN dan Barcode.
2. Pelatihan Penulisan, seperti: Menulis Cerpen, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Menulis Artikel, Manajemen Penerbitan Buku, dll.
3. Artikel gratis yang dapat didownload. Kunjungi: www.agapemedia.blogspot.com; www.sekolahmenulisalkitabiah.blogspot.com; www.schoolofwriting.blogspot.com. Untuk berlangganan Agape News hubungi 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.
Puji Tuhan, kita telah berada di penghujung tahun 2011. Berbagai peristiwa dan pengalaman berharga telah dijalani dan dilalui. Bersama Yesus, pasti ada jalan keluar dan ada pertolongan. Segala beban dan persoalan hidup kita serahkan ke dalam tangan-Nya (Matius 11:28). Dalam Agape News edisi ini akan memberikan informasi: 1) Terobosan peserta SOW angkatan ke-1 di Palembang, yakni Pdp. Eddy Yonathan yang telah menuliskan dua buah buku (Kebenaran, Doa, dan Janji Firman Tuhan serta buku Yunus: Merpati Utusan); 2) SOW Sertifikat 6 bulan telah dimulai sejak 1 Juli 2011; 3) Penerbit Agape menerbitkan buku Potret Kehidupan; Cetakan ke-2 buku Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu; Cetakan ke-2 buku 400 Mutiara Berharga.
Segenap pengurus dan Tim Agape SOW mengucapkan Selamat NATAL 2011. Tuhan Yesus memberkati dan melindungi kita senantiasa!
Tony Tedjo
SEKOLAH MENULIS ALKITAB (SOW)
1. SOW Sertifikat telah dimulai sejak 1 Juli 2011 dan akan berakhir 16 Desember 2011. Pertemuan selama 6 bulan ini diadakan setiap hari Jumat, jam 17.00-20.00 WIB. Selama Juli diadakan di Jl. Cibadak 275 Bandung, kemudian Agustus dan seterusnya diadakan di Cafe D’Homie, Jl. Sadewa 14 Bandung. Sambil makan malam, setiap peserta dapat diperlengkapi dengan ketrampilan menulis dan pengetahuan Alkitab. Dengan materi: Menyusun Kata Merangkai Kalimat, Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Cerpen, Menulis Biografi, Menulis Renungan Harian, Menulis Buku, Seni Penyuntingan, Manajemen Penerbitan Buku, Manajemen Penerbitan Majalah, Strategi Pemasaran, Studi Tentang Kristus dan Keselamatan, Studi Tentang Allah dan Roh Kudus, Studi Tentang Akhir Zaman, Pembimbing PL, dan Pembimbing PB. Dengan para pengajar: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., Bp. Agus Nugroho, S.Th., M.Pd.K, Bp. Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th., D.Min., Johny Tedjo, S.Th., Heru Winoto, S.Th., Parel, S.Th.
Komentar sebagian peserta:
1) ”Mengikuti SOW banyak manfaatnya. Saya banyak belajar tentang teknik menulis, membuat cerpen, menulis renungan, membuat artikel, menulis buku, dll. Saya dimotivasi dan dibimbing untuk selalu menulis. Waktu praktek menulis banyak mendapat masukan dari pembimbing dan teman-teman semua. Suasana belajar menyenangkan, diisi dengan sharing, sehingga menambah wawasan. Saya banyak belajar tentang Alkitab, jadi lewat tulisan saya dapat membagi berkat bagi orang-orang di manapun mereka berada. Semua pembimbing ramah, penuh perhatian, dan mudah dihubungi. Teman-temannya juga akrab dan kami bisa saling membangun. SOW luar biasa! GBU” (Dra. Teresia Utami Gunawan, MSi).
2) ”Awal Juli 2011 merupakan titik balik dalam pola pikir pribadi saya. SOW bukan hanya menulis, tetapi juga bermakna tentang menabur. Di sini saya diajarkan untuk mengatasi kendala menulis dan menemukan ide-ide untuk menulis. SOW mengajarkan bahwa kita semua diberkati untuk menjadi berkat. SOW meyakinkan saya bahwa setiap orang memiliki bakat untuk menulis. Maju terus SOW. Tuhan Yesus berkati” (Henry Yohanes, SE).
2. SOW akan mengadakan Seminar Praktis: MENULIS BUKU (19 & 26 Sept 2011); SENI PENYUNTINGAN (7 & 14 Okt 2011); MENULIS BIOGRAFI (21 & 28 Okt 2011); MANAJEMEN PENERBITAN BUKU (18 & 25 Nov 2011); STRATEGI PEMASARAN BUKU (16 Des 2011). Semua diadakan di Cafe D’Homie, Jl. Sadewa 14 Bandung. Dapat diikuti salah satu materi saja. Biaya Rp150rb per materi (Makan malam, member card, sertifikat, paket buku Agape). Terbatas HANYA 20 peserta saja. Daftar ke 0813 9440 1799 atau 022-9518 7968.
3. Alumni Peserta SOW ke-1 di Palembang, Pdm. Eddy Yonathan telah berhasil menulis 2 buku, masing-masing: Kebenaran, Doa, dan Janji Firman Tuhan serta buku Yunus: Merpati Utusan. Selamat Pak, tetap antusias dan produktif! GBU
PENERBIT AGAPE
1) Bulan Juli 2011 lalu Penerbit Agape bekerjasama dengan Penerbit Pionir menerbitkan buku “Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu” karya Tony Tedjo. Buku ini telah dipakai oleh dosen dan mahasiswa di berbagai Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia dan 10 University di Amerika Serikat ( Selain itu telah dibeli dan disimpan di Kedutaan Besar Amerika Serikat (disimpan di Library Of Congress), Kedutaan Belanda dan Kedutaan Australia. Dikemas dengan kertas impor dari Finlandia. Harga Rp30rb, untuk beli 5 bk ke atas diskon 20%-30%. Pesan ke 0813 9440 1799.
2) Terbit di bulan September 2011 buku cetakan kedua ”400 Mutiara Berharga” karya Tony Tedjo, kerjasama dengan Penerbit Visi. Berisi kata-kata mutiara lebih dari 250 tokoh. Telah dibaca ribuan orang. Sangat memberkati, cocok untuk hadiah ulang tahun. Dapatkan diskon hingga 30% untuk pembelian sebelum 31 Desember 2011 ke nomor 0813 9440 1799.
3) Rencana terbit bulan Oktober 2011 buku ”Potret Kehidupan” yang berisi 50 arrtikel menarik dan memberkati. Harga Rp26.000. Terbit bulan November 2011 cetakan kedua buku ”Anda Bertanya Saya Menjawab” yang telah dibaca ribuan orang di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara. Dapatkan diskon hingga 40% untuk pemesanan sebelum tanggal 25 Desember 2011. pesan sekarang ke 0813 9440 1799 atau tonytedjo@gmail.com.
4. Penerbit Agape berencana menerbitkan buku renungan ”AGAPE”, edisi Triwulan. Awal terbit edisi no 1. Januari-Maret 2012 beredar pertengahan November 2011. Anda yang memiliki kesaksian unik dapat mengirimkan ke penerbitagape@gmail.com.
GELEGAR DISKON
Dapatkan diskon khusus sebesar 30%-50% untuk pembelian buku-buku terbitan Agape ke nomor 022-95187968; 0813 9440 1799 atau ke penerbitagape@gmail.com:
Buku-buku karya Tony Tedjo (Diskon 30%-50%):
1. 400 Intan Bermakna Rp16.000
2. Bingkai Kehidupan Rp25.000
3. Menerbitkan Buku Renungan Rp15.000
4. Kasih Menembus Batas Rp36.000
5. Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat Rp20.000
Buku-buku karya Johny Tedjo (Diskon 30%):
6. All About Moses Rp40.000
7. All About David Rp40.000
8. All About Jesus Rp40.000
9. 70 Topik Menarik dalam Alkitab Rp50.000
10. 3000 Kata Motivasi dan Bijak Rp60.000
Buku Cerita Anak karya Ivone Chow (diskon 30%-40%):
11. Si Cicak Rp20.000
12. Si Kancil Rp20.000
13. Kura-kura Kecil Rp20.000
14. Fido si Ikan Kecil Rp18.000
SOW bekerjasama dengan Penerbit Agape menyediakan jasa layanan:
1. Pembuatan buku. Anda cukup mengirimkan naskahnya, maka kami proses hingga menjadi buku lengkap dengan ISBN dan Barcode.
2. Pelatihan Penulisan, seperti: Menulis Cerpen, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Menulis Artikel, Manajemen Penerbitan Buku, dll.
3. Artikel gratis yang dapat didownload. Kunjungi: www.agapemedia.blogspot.com; www.sekolahmenulisalkitabiah.blogspot.com; www.schoolofwriting.blogspot.com. Untuk berlangganan Agape News hubungi 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.
Kamis, 23 Juni 2011
Orang Terkaya di Dunia
KOMPAS.com — Taipan asal Meksiko, Carlos Slim Helu, tahun ini tetap menjadi orang terkaya di dunia. Kekayaan konglomerat telekomunikasi ini bertambah 20,5 miliar dollar AS dibandingkan tahun lalu menjadi 74 miliar dollar AS sehingga berada di pucuk orang terkaya sedunia berdasarkan daftar 2011 Billionaires List yang dikeluarkan Forbes, Rabu (9/3/2011) waktu setempat.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, dan pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffet, yang hartanya "hanya" bertambah 3 miliar dollar AS harus puas berada di posis kedua dan ketiga dengan masing-masing nilai kekayaan sebesar 56 miliar dollar AS dan 50 miliar dollar AS.
Yang menarik, 70 persen sumber kekayaan Gates ternyata bukan dari Microsoft, melainkan dari hasil investasi di Meksiko. Gates berinvestasi di pasar saham, perusahaan minuman ringan Femsa dan Grupo Televisa di negeri tersebut.
Posisi keempat ditempati pria Perancis sekaligus orang terkaya di Eropa, Bernard Arnault, yang mempunyai harta senilai 41 miliar dollar AS. Harta Arnault melonjak 13,5 miliar dollar AS berkat kepemilikan sahamnya di perusahaan produk-produk mewah Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH).
Di posisi kelima ada Larry Ellison, pendiri perusahaan Oracle, dengan kekayaan 39,5 miliar dollar AS. Di urutan keenam adalah Lakshmi Mittal, konglomerat baja India dengan nilai 31,1 miliar dollar AS.
Adapun Amancio Ortega dari Spanyol dengan kekayaan 31 miliar dollar AS menduduki posisi tujuh, kedelapan Eiko Batista dari Brasil (30 miliar dollar AS), kesembilan Mukesh Ambani dari India (27 miliar dollar AS), dan di posisi 10 ditempati pemilik ritel raksasa Walmart Keluarga Christy Walton dengan harta 26,5 miliar dollar AS.
Pada tahun ke-25 ini, Billionaires List memecahkan dua rekor, yakni dari segi jumlah miliarder yang terdaftar dengan 1.210 orang dan nilai kekayaan yang mencapai 4,5 triliun dollar AS.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, dan pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffet, yang hartanya "hanya" bertambah 3 miliar dollar AS harus puas berada di posis kedua dan ketiga dengan masing-masing nilai kekayaan sebesar 56 miliar dollar AS dan 50 miliar dollar AS.
Yang menarik, 70 persen sumber kekayaan Gates ternyata bukan dari Microsoft, melainkan dari hasil investasi di Meksiko. Gates berinvestasi di pasar saham, perusahaan minuman ringan Femsa dan Grupo Televisa di negeri tersebut.
Posisi keempat ditempati pria Perancis sekaligus orang terkaya di Eropa, Bernard Arnault, yang mempunyai harta senilai 41 miliar dollar AS. Harta Arnault melonjak 13,5 miliar dollar AS berkat kepemilikan sahamnya di perusahaan produk-produk mewah Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH).
Di posisi kelima ada Larry Ellison, pendiri perusahaan Oracle, dengan kekayaan 39,5 miliar dollar AS. Di urutan keenam adalah Lakshmi Mittal, konglomerat baja India dengan nilai 31,1 miliar dollar AS.
Adapun Amancio Ortega dari Spanyol dengan kekayaan 31 miliar dollar AS menduduki posisi tujuh, kedelapan Eiko Batista dari Brasil (30 miliar dollar AS), kesembilan Mukesh Ambani dari India (27 miliar dollar AS), dan di posisi 10 ditempati pemilik ritel raksasa Walmart Keluarga Christy Walton dengan harta 26,5 miliar dollar AS.
Pada tahun ke-25 ini, Billionaires List memecahkan dua rekor, yakni dari segi jumlah miliarder yang terdaftar dengan 1.210 orang dan nilai kekayaan yang mencapai 4,5 triliun dollar AS.
Orang Terkaya di Indonesia Versi Forbes
KOMPAS.com — Tahun ini, dua bersaudara pewaris perusahaan Djarum masih menjadi orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan 2011 Billionaires List yang dikeluarkan Forbes, Rabu (9/3/2011) waktu setempat, posisi ke-1 dan ke-2 orang terkaya di Indonesia ditempati Budi Hartono dan Michael Hartono. Mereka sama-sama memiliki harta senilai 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 45 triliun (kurs Rp 9.000 per dollar AS). Keduanya berada di posisi ke-208 dari 1.210 orang terkaya sejagat.
Dibanding dari kepulan asap rokok Djarum, pundi-pundi kekayaan mereka sebagian besar berasal dari Bank Central Asia. Selain itu, mereka juga menguasai perkebunan sawit seluas 65.000 hektar di Kalimantan Barat sejak tahun 2008. Keduanya juga memiliki properti Grand Indonesia. Djarum yang sudah dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama sejumlah rokok kretek lainnya meluncurkan Dos Hermanos, sebuah cerutu premium hasil racikan tembakau Indonesia dan Brasil.
Di posisi ketiga orang terkaya di Indonesia atau urutan ke-304 dunia ada Low Tuck Kwong dengan kekayaaan senilai 3,6 miliar dollar AS. Mesin uang pria berusia 62 tahun ini berasal dari Bayan Resources. Saham perusahaan tambang ini sudah meningkat tiga kali lipat dibanding saat IPO tahun 2008. Belum lama ini Bayan mengeluarkan 270 juta dollar AS untuk mengakuisisi tambang Australia. Pria kelahiran Singapura ini pindah ke Indonesia tahun 1972. Ia juga memiliki saham di Manhattan Resources dan Singapore HealthPartners.
Tempat keempat (ke-420 dunia) diduduki Martua Sitorus dengan kekayaan 2,7 miliar dollar AS. Pria yang bertempat tinggal di Singapura ini memiliki Wilmar International, perusahaan penghasil minyak sawit nomor satu dunia.
Berikut urutan lengkap WNI yang masuk ke dalam daftar orang terkaya 2011 versi Forbes:
5. (488) Peter Sondakh (Grup Rajawali), kekayaan 2,4 miliar dollar AS.
6. (564) Sri Prakash Lohia (Indorama), kekayaan 2,1 miliar dollar AS.
7. (595) Kiki Barki (Harum Energy), kekayaan 2 miliar dollar AS.
8. (651) Sukanto Tanoto (Raja Garuda Emas), kekayaan 1,9 dollar AS.
9. (782) Edwin Soeryadjaya (Saratoga), kekayaan 1,6 miliar dollar AS.
10. (833) Garibaldi Thohir (Adaro Energy), kekayaan 1,5 miliar dollar AS.
11. (938) Theodore Rachmat (Adaro Energy), kekayaan 1,3 miliar dollar AS.
12. (1057) Chairul Tanjung (Para Group), kekayaan 1,1 miliar dollar AS.
13. (1057) Murdaya Poo (Metropolitan Kentjana),kekayaan 1,1 miliar dollar.
14. (1140) Benny Subianto (Adaro Energy), kekayaan 1 miliar dollar AS.
Dibanding dari kepulan asap rokok Djarum, pundi-pundi kekayaan mereka sebagian besar berasal dari Bank Central Asia. Selain itu, mereka juga menguasai perkebunan sawit seluas 65.000 hektar di Kalimantan Barat sejak tahun 2008. Keduanya juga memiliki properti Grand Indonesia. Djarum yang sudah dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama sejumlah rokok kretek lainnya meluncurkan Dos Hermanos, sebuah cerutu premium hasil racikan tembakau Indonesia dan Brasil.
Di posisi ketiga orang terkaya di Indonesia atau urutan ke-304 dunia ada Low Tuck Kwong dengan kekayaaan senilai 3,6 miliar dollar AS. Mesin uang pria berusia 62 tahun ini berasal dari Bayan Resources. Saham perusahaan tambang ini sudah meningkat tiga kali lipat dibanding saat IPO tahun 2008. Belum lama ini Bayan mengeluarkan 270 juta dollar AS untuk mengakuisisi tambang Australia. Pria kelahiran Singapura ini pindah ke Indonesia tahun 1972. Ia juga memiliki saham di Manhattan Resources dan Singapore HealthPartners.
Tempat keempat (ke-420 dunia) diduduki Martua Sitorus dengan kekayaan 2,7 miliar dollar AS. Pria yang bertempat tinggal di Singapura ini memiliki Wilmar International, perusahaan penghasil minyak sawit nomor satu dunia.
Berikut urutan lengkap WNI yang masuk ke dalam daftar orang terkaya 2011 versi Forbes:
5. (488) Peter Sondakh (Grup Rajawali), kekayaan 2,4 miliar dollar AS.
6. (564) Sri Prakash Lohia (Indorama), kekayaan 2,1 miliar dollar AS.
7. (595) Kiki Barki (Harum Energy), kekayaan 2 miliar dollar AS.
8. (651) Sukanto Tanoto (Raja Garuda Emas), kekayaan 1,9 dollar AS.
9. (782) Edwin Soeryadjaya (Saratoga), kekayaan 1,6 miliar dollar AS.
10. (833) Garibaldi Thohir (Adaro Energy), kekayaan 1,5 miliar dollar AS.
11. (938) Theodore Rachmat (Adaro Energy), kekayaan 1,3 miliar dollar AS.
12. (1057) Chairul Tanjung (Para Group), kekayaan 1,1 miliar dollar AS.
13. (1057) Murdaya Poo (Metropolitan Kentjana),kekayaan 1,1 miliar dollar.
14. (1140) Benny Subianto (Adaro Energy), kekayaan 1 miliar dollar AS.
Jadwal SOW Sertifikat Juli-Agustus 2011
Syalom, berikut merupakan jadwal perkuliahan selama bulan Juli-Agustus 2011
Juli 2011
tgl. 1 : Menyusun Kata Merangkai Kalimat; Pengajar Pdp. Tony Tedjo,M.Th
tgl. 8 : Mengatasi Hambatan Menulis; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 15: Studi Tentang Kristus & Keselamatan; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 22: Studi Tentang Kristus & Keselamatan; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 29: Menulis Cerpen; Pengajar Bp. Agus Nugroho, M.Th
Agustus 2011
tgl. 5 : Menulis Cerpen; Pengajar Bp. Agus Nugroho, M.Th
tgl. 12: Pengantar PL; Pengajar Bp. S. Heru Winoto, S.Th
tgl. 19: Pengantar PL; Pengajar Bp. Heru Winoto, S.Th
tgl. 26: Menulis Renungan; Pengajar Bp. Tony Tedjo, M.Th
Bagi Saudara yang hendak mengikuti kelas ini, Anda bisa mendaftarkan diri menjadi peserta untuk tiap mata kuliah. Informasi hubungi 081394401799 atau tonytedjo@ggmail.com. GBU
Juli 2011
tgl. 1 : Menyusun Kata Merangkai Kalimat; Pengajar Pdp. Tony Tedjo,M.Th
tgl. 8 : Mengatasi Hambatan Menulis; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 15: Studi Tentang Kristus & Keselamatan; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 22: Studi Tentang Kristus & Keselamatan; Pengajar Pdp. Tony Tedjo, M.Th
tgl. 29: Menulis Cerpen; Pengajar Bp. Agus Nugroho, M.Th
Agustus 2011
tgl. 5 : Menulis Cerpen; Pengajar Bp. Agus Nugroho, M.Th
tgl. 12: Pengantar PL; Pengajar Bp. S. Heru Winoto, S.Th
tgl. 19: Pengantar PL; Pengajar Bp. Heru Winoto, S.Th
tgl. 26: Menulis Renungan; Pengajar Bp. Tony Tedjo, M.Th
Bagi Saudara yang hendak mengikuti kelas ini, Anda bisa mendaftarkan diri menjadi peserta untuk tiap mata kuliah. Informasi hubungi 081394401799 atau tonytedjo@ggmail.com. GBU
Rabu, 01 Juni 2011
SOW Program Sertifikat
Salam dahsyat penulis!
Semua anak-anak Tuhan dan para pelayan Tuhan yang rindu diperlengkapi dengan ketrampilan menulis dan dasar firman Tuhan, mari bergabung bersama kami dalam kelas Sertifikat yang akan diadakan tgl. 1 Juli-Desember 2011. Kelas diadakan setiap Jumat jam 17.00-20.00 di Jalan Cibadak 275 Bandung. Diajarkan oleh para pengajar yang sudah berpengalaman di bidangnya dengan gelar minimal sarjana teologi. Para pengajar tersebut yaitu: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., D.Th (cand), Pdm. Juanda, S.Sos., MA., M.Th, Ps. Dr. Steven Goutama, S.Th., M.Th, M.Sc., Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th, D.Min., Johny Tedjo, S.Th, Agus Nugroho, S.Th., M.PdK, Heru Winoto, S.Th.
Materi dibagi menjadi dua bagian: Alkitab meliputi Pembimbing Perjanjian Lama (2x), Pembimbing Perjanjian Baru (2x), Studi Allah dan Roh Kudus (2x), Studi Kristus dan Keselamatan (2x), Studi Akhir Zaman (2x). Literatur meliputi Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat (1x), Mengatasi Hambatan Menulis (1x), Menulis Cerpen (2x), Menulis Buku (4x), Menulis Biografi (2x), Menulis Renungan (2x), Seni Penyuntingan (2x), Manajemen Penerbitan Buku (2x), Strategi Pemasaran (1x).
Biaya pendaftaran Rp100rb, Uang Gedung Rp600rb, Uang Pendidikan Rp1.100.000 9diskon Rp200rb bagi yg mendaftar sebelum 10 Juni 2011), dan Uang Perpustakaan Rp50rb.
Setiap Mahasiswa akan mendapatkan: Member Card, Snack, Modul, Paket Buku, Sertifikat, dan Konsultasi Gratis.
Informasi dan Pendaftaran: 081394401799 atau 022-95187968; tony_kharis@yahoo.com dan tonytedjo@gmail.com. Pendaftaran terakhis 20 Juni 2011. Jangan terlewat.
Semua anak-anak Tuhan dan para pelayan Tuhan yang rindu diperlengkapi dengan ketrampilan menulis dan dasar firman Tuhan, mari bergabung bersama kami dalam kelas Sertifikat yang akan diadakan tgl. 1 Juli-Desember 2011. Kelas diadakan setiap Jumat jam 17.00-20.00 di Jalan Cibadak 275 Bandung. Diajarkan oleh para pengajar yang sudah berpengalaman di bidangnya dengan gelar minimal sarjana teologi. Para pengajar tersebut yaitu: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., D.Th (cand), Pdm. Juanda, S.Sos., MA., M.Th, Ps. Dr. Steven Goutama, S.Th., M.Th, M.Sc., Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th, D.Min., Johny Tedjo, S.Th, Agus Nugroho, S.Th., M.PdK, Heru Winoto, S.Th.
Materi dibagi menjadi dua bagian: Alkitab meliputi Pembimbing Perjanjian Lama (2x), Pembimbing Perjanjian Baru (2x), Studi Allah dan Roh Kudus (2x), Studi Kristus dan Keselamatan (2x), Studi Akhir Zaman (2x). Literatur meliputi Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat (1x), Mengatasi Hambatan Menulis (1x), Menulis Cerpen (2x), Menulis Buku (4x), Menulis Biografi (2x), Menulis Renungan (2x), Seni Penyuntingan (2x), Manajemen Penerbitan Buku (2x), Strategi Pemasaran (1x).
Biaya pendaftaran Rp100rb, Uang Gedung Rp600rb, Uang Pendidikan Rp1.100.000 9diskon Rp200rb bagi yg mendaftar sebelum 10 Juni 2011), dan Uang Perpustakaan Rp50rb.
Setiap Mahasiswa akan mendapatkan: Member Card, Snack, Modul, Paket Buku, Sertifikat, dan Konsultasi Gratis.
Informasi dan Pendaftaran: 081394401799 atau 022-95187968; tony_kharis@yahoo.com dan tonytedjo@gmail.com. Pendaftaran terakhis 20 Juni 2011. Jangan terlewat.
Senin, 16 Mei 2011
The Power OfHope
Manusia hidup harus mempunyai pengharapan. Mengharapkan sesuatu yang sudah kelihatan dan nyata bukanlah pengharapan. Demikian pula mengharapkan sesuatu yang tidak pasti bukanlah sebuah pengharapan juga. Dengan demikian, apa yang dimaksud pengharapan? Pengharapan adalah menantikan sesuatu yang tidak kelihatan namun pasti (Roma 8:24). Pengharapan itu akan terasa kekuatannya apabila dialami secara pribadi. Bukan sekadar teori atau kata orang lain. Sehingga kekuatannya yang dahsyat benar-benar terasa. Ada tiga hal sehubungan dengan kekuatan sebuah pengharapan (the power of hope):
Pertama, pengharapan membuat seseorang bertahan di kala yang lain meninggal akibat kekejaman dan aniaya yang dihadapi. Seperti yang dialami oleh seorang tawanan Nazi Jerman yang selamat dari kekejaman Hitler. Tawanan ini dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang pengap dan gelap, di mana kemungkinannya untuk bisa keluar hidup-hidup dari sana sangat kecil. Selain kondisi penjara yang bisa membuat nyali seseorang menjadi ciut, para tawanan ini pun diharuskan menjalankan kerja rodi dan kerapkali menerima hukuman yang berat dan sadis. Keadaan demikian menyebabkan para tawanan kamp konsentrasi Nazi itu satu persatu mati. Kematian mereka karena berbagai faktor, entah mati dikarenakan sakit, stress, tak mampu menahan siksaan yang kejam, atau lainnya. Dari sekian banyak para tawanan, hanya satu orang tawanan yang mampu bertahan hidup meski sudah 11 tahun mengalami penderitaan di kamp konsentrasi tersebut. Sampai akhirnya dia bebas dalam keadaan sehat. Hal yang mendukung pembebasannya disebabkan kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II melawan tentara Sekutu. Orang-orang yang menyaksikan tawanan ini menjadi bertanya-tanya, apa rahasianya dia mampu bertahan hidup. Setelah ditanyakan, ternyata jawabannya adalah karena dia memiliki pengharapan. Dia berpengharapan bahwa suatu kali nanti penderitaan ini akan berakhir dan bisa menikmati udara segar di luar sana. Pengharapannya tidaklah sia-sia. Dia dibebaskan.
Kedua, pengharapan mampu membuat orang berhasil, meski berkali-kali gagal. Tanpa memiliki pengharapan manusia akan mengalami kegagalan yang berujung pada kehancuran. Seperti halnya kejadian yang menimpa seorang atlet renang internasional. Atlet ini telah berulangkali berhasil berenang dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik tanpa menggunakan alat Bantu. Karena prestasinya ini, namanya tercatat dalam Guines Book of Record. Namun pada suatu kali dia gagal menyelesaikan tugasnya berenang dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik. Setelah sampai di darat, para wartawan bertanya. Mengapa dia gagal? Jawabannya karena dia tidak mempunyai pengharapan. Dia tak melihat ujung dari pada lautan tersebut, semua yang dilihatnya hanyalah lautan. Akhirnya dia putus pengharapan. Hal ini membuatnya gagal mempertahankan rekornya sebagai atlet renang yang dapat mengarungi lautan bebas tanpa alat Bantu.
Ketiga, pengharapan membuat seseorang tetap tegar meski kematian sudah mendekat. Hal ini dialami teman saya sendiri. Dia menderita penyakit kanker stadium IV, dokter memvonisnya bahwa usianya hanya tinggal tiga bulan saja. Badannya kurus dan pucat. Berkali-kali dia menjalani chemotherapy tapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Bersyukur akhirnya dia bisa disembuhkan Tuhan melalui seorang hamba Tuhan. Meski rambutnya sudah dua kali digunduli, tapi dia pantang menyerah. Dalam menjalani sisa hidupnya dia setia melayani sebagai singer dan aktif di kelompo sel. Dan kepada teman-temannya yang senasib, dia juga memberikan penghiburan dan kekuatan. Semangat dalam pengharapannya ditularkan kepada teman-temannya dengan harapan agar mereka juga mampu tegar menghadapi kenyataan. Puji Tuhan, usia yang semula divonis hanya tiga bulan, mampu bertahan hingga tiga tahun. Hal ini tak lain karena pengharapannya kepada Tuhan begitu kuat. Sehingga mampu melawan penyakitnya. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.
Alkitab menuliskan bahwa pengharapan itu diibaratkan seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Tanpa sauh yang kuat, sebuah kapal tidak akan mungkin dapat berlayar dengan baik. Kapal itu akan terombang-ambing oleh gelombang lautan dan bahkan akan karam diterjang badai. Sebagai orang percaya, Yesuslah yang menjadi dasar pengharapan bagi setiap orang percaya (I Timotius 1:1). Yusuf merupakan salah satu figur orang yang sudah menikmati kekuatan sebuah pengharapan. Dia tidak menjadi goyah atau bimbang dengan keadaannya yang seolah semakin bertambah buruk secara manusia. Dia harus dibuang ke dalam sumur kering, dijual sebagai budak di negeri asing, menjadi budak Potifar, difitnah dan dimasukkan penjara. Padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Yusuf akan menjadi orang besar dan berpengaruh. Sesuai dengan mimpi yang dimimpikannya. Meski harus melalui proses yang panjang, akhirnya pengharapannya itu terbukti dan tidak menjadi sia-sia. Dia menjadi orang nomor dua di Mesir. Semua orang sujud menyembah padanya. Mimpinya menjadi kenyataan. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.
Kunci untuk mengalami kekuatan sebuah pengharapan adalah taat dan sabar menunggu waktunya Tuhan. Pengharapan itu sifatnya bukan sekarang, tapi yang akan datang. Oleh karena itu perlu kesabaran dalam menunggu pengharapan itu menjadi kenyataan. Dalam proses menunggu, dituntut ketaatan. Mengikuti rencana dan kehendak Tuhan. Tidak berjalan semau-maunya sendiri. Harus mengikuti jalur yang sudah ditetapkan Tuhan baginya. Dengan demikian, kuasa pengharapan itu akan terasa kekuatannya. Silakan coba rasakan dahsyatnya kekuatan sebuah pengharapan? (Diambil dari buku BINGKAI KEHIDUPAN karya Tony Tedjo, Penerbit AGAPE. Untuk pemesanan ke 081394401799 selama bulan Mei 2011 beli 2 gratis 1
)
Pertama, pengharapan membuat seseorang bertahan di kala yang lain meninggal akibat kekejaman dan aniaya yang dihadapi. Seperti yang dialami oleh seorang tawanan Nazi Jerman yang selamat dari kekejaman Hitler. Tawanan ini dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang pengap dan gelap, di mana kemungkinannya untuk bisa keluar hidup-hidup dari sana sangat kecil. Selain kondisi penjara yang bisa membuat nyali seseorang menjadi ciut, para tawanan ini pun diharuskan menjalankan kerja rodi dan kerapkali menerima hukuman yang berat dan sadis. Keadaan demikian menyebabkan para tawanan kamp konsentrasi Nazi itu satu persatu mati. Kematian mereka karena berbagai faktor, entah mati dikarenakan sakit, stress, tak mampu menahan siksaan yang kejam, atau lainnya. Dari sekian banyak para tawanan, hanya satu orang tawanan yang mampu bertahan hidup meski sudah 11 tahun mengalami penderitaan di kamp konsentrasi tersebut. Sampai akhirnya dia bebas dalam keadaan sehat. Hal yang mendukung pembebasannya disebabkan kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II melawan tentara Sekutu. Orang-orang yang menyaksikan tawanan ini menjadi bertanya-tanya, apa rahasianya dia mampu bertahan hidup. Setelah ditanyakan, ternyata jawabannya adalah karena dia memiliki pengharapan. Dia berpengharapan bahwa suatu kali nanti penderitaan ini akan berakhir dan bisa menikmati udara segar di luar sana. Pengharapannya tidaklah sia-sia. Dia dibebaskan.
Kedua, pengharapan mampu membuat orang berhasil, meski berkali-kali gagal. Tanpa memiliki pengharapan manusia akan mengalami kegagalan yang berujung pada kehancuran. Seperti halnya kejadian yang menimpa seorang atlet renang internasional. Atlet ini telah berulangkali berhasil berenang dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik tanpa menggunakan alat Bantu. Karena prestasinya ini, namanya tercatat dalam Guines Book of Record. Namun pada suatu kali dia gagal menyelesaikan tugasnya berenang dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik. Setelah sampai di darat, para wartawan bertanya. Mengapa dia gagal? Jawabannya karena dia tidak mempunyai pengharapan. Dia tak melihat ujung dari pada lautan tersebut, semua yang dilihatnya hanyalah lautan. Akhirnya dia putus pengharapan. Hal ini membuatnya gagal mempertahankan rekornya sebagai atlet renang yang dapat mengarungi lautan bebas tanpa alat Bantu.
Ketiga, pengharapan membuat seseorang tetap tegar meski kematian sudah mendekat. Hal ini dialami teman saya sendiri. Dia menderita penyakit kanker stadium IV, dokter memvonisnya bahwa usianya hanya tinggal tiga bulan saja. Badannya kurus dan pucat. Berkali-kali dia menjalani chemotherapy tapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Bersyukur akhirnya dia bisa disembuhkan Tuhan melalui seorang hamba Tuhan. Meski rambutnya sudah dua kali digunduli, tapi dia pantang menyerah. Dalam menjalani sisa hidupnya dia setia melayani sebagai singer dan aktif di kelompo sel. Dan kepada teman-temannya yang senasib, dia juga memberikan penghiburan dan kekuatan. Semangat dalam pengharapannya ditularkan kepada teman-temannya dengan harapan agar mereka juga mampu tegar menghadapi kenyataan. Puji Tuhan, usia yang semula divonis hanya tiga bulan, mampu bertahan hingga tiga tahun. Hal ini tak lain karena pengharapannya kepada Tuhan begitu kuat. Sehingga mampu melawan penyakitnya. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.
Alkitab menuliskan bahwa pengharapan itu diibaratkan seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Tanpa sauh yang kuat, sebuah kapal tidak akan mungkin dapat berlayar dengan baik. Kapal itu akan terombang-ambing oleh gelombang lautan dan bahkan akan karam diterjang badai. Sebagai orang percaya, Yesuslah yang menjadi dasar pengharapan bagi setiap orang percaya (I Timotius 1:1). Yusuf merupakan salah satu figur orang yang sudah menikmati kekuatan sebuah pengharapan. Dia tidak menjadi goyah atau bimbang dengan keadaannya yang seolah semakin bertambah buruk secara manusia. Dia harus dibuang ke dalam sumur kering, dijual sebagai budak di negeri asing, menjadi budak Potifar, difitnah dan dimasukkan penjara. Padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Yusuf akan menjadi orang besar dan berpengaruh. Sesuai dengan mimpi yang dimimpikannya. Meski harus melalui proses yang panjang, akhirnya pengharapannya itu terbukti dan tidak menjadi sia-sia. Dia menjadi orang nomor dua di Mesir. Semua orang sujud menyembah padanya. Mimpinya menjadi kenyataan. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.
Kunci untuk mengalami kekuatan sebuah pengharapan adalah taat dan sabar menunggu waktunya Tuhan. Pengharapan itu sifatnya bukan sekarang, tapi yang akan datang. Oleh karena itu perlu kesabaran dalam menunggu pengharapan itu menjadi kenyataan. Dalam proses menunggu, dituntut ketaatan. Mengikuti rencana dan kehendak Tuhan. Tidak berjalan semau-maunya sendiri. Harus mengikuti jalur yang sudah ditetapkan Tuhan baginya. Dengan demikian, kuasa pengharapan itu akan terasa kekuatannya. Silakan coba rasakan dahsyatnya kekuatan sebuah pengharapan? (Diambil dari buku BINGKAI KEHIDUPAN karya Tony Tedjo, Penerbit AGAPE. Untuk pemesanan ke 081394401799 selama bulan Mei 2011 beli 2 gratis 1
)
Dibuka Kelas Sertifikat
Sekolah Menulis Alkitabiah (SOW) akan membuka kelas Sertifikat yang akan diadakan mulai tgl. 1 Juli 2011 selama 28 kali pertemuan @3 jam. Diadakan setiap Jumat jam 17.000-20.00 WIB bertempat di Jalan Cibadak 275 Bandung. Adapun materi yang akan diajarkan antara lain: Pengantar Perjanjian Baru, Pengantar Perjanjian Lama, Studi mengenai Allah dan Roh KUdus, Studi Mengenai Kristus dan KEselamatan, Studi Mengenai Akhir Zaman, Menulis Cerpen, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Menyusun kata-kata, Mengatasi Hambatan Menulis, Manajemen Penerbitan Buku, Strategi Pemasaran, Seni Penyuntingan. Dengan para pengajar yang sudah berpengalaman di bidangnya (minimal berlatar belakang Sarjana Teologi). Daftarkan segera ke 081394401799 atau tonytedjo@gmail.com. Terbatas hanya 20 orang saja.
Minggu, 08 Mei 2011
Kata-kata Mutiara
Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16)
“The Bible is the best gift God has ever given to man. All the good form the Savior of the world is communicated to us through this book.”
“Alkitab adalah pemberian Allah terbaik yang tidak bisa diberikan manusia. Semua yang baik dari juruselamat dunia diceritakan melalui buku ini.”
”Anda tidak akan mampu membangun sebuah karakter dan keberanian seseorang dengan merampas inisiatif dan kebebasannya.”
”Saya memang seorang yang melangkah dengan lambat, tetapi saya tidak akan pernah berjalan mundur ke belakang.”
”Pada akhirnya bukanlah tahun-tahun sepanjang hidupmu yang bermakna, namun hidupmu sepanjang tahun-tahun itu.”
”Saya lebih baik gagal dalam suatu tujuan yang pada akhirnya akan berhasil, daripada berhasil dalam suatu tujuan yang akhirnya akan gagal.”
”Hampir semua orang mampu menanggung kemalangan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan.”
(diambil dari buku 400 Mutiara Berharga karya Tony Tedjo. Untuk pemesanan hub. 081394401799, ada diskon khusus).
“The Bible is the best gift God has ever given to man. All the good form the Savior of the world is communicated to us through this book.”
“Alkitab adalah pemberian Allah terbaik yang tidak bisa diberikan manusia. Semua yang baik dari juruselamat dunia diceritakan melalui buku ini.”
”Anda tidak akan mampu membangun sebuah karakter dan keberanian seseorang dengan merampas inisiatif dan kebebasannya.”
”Saya memang seorang yang melangkah dengan lambat, tetapi saya tidak akan pernah berjalan mundur ke belakang.”
”Pada akhirnya bukanlah tahun-tahun sepanjang hidupmu yang bermakna, namun hidupmu sepanjang tahun-tahun itu.”
”Saya lebih baik gagal dalam suatu tujuan yang pada akhirnya akan berhasil, daripada berhasil dalam suatu tujuan yang akhirnya akan gagal.”
”Hampir semua orang mampu menanggung kemalangan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan.”
(diambil dari buku 400 Mutiara Berharga karya Tony Tedjo. Untuk pemesanan hub. 081394401799, ada diskon khusus).
Mengenal Agama Hindu, Buddha Khong Hu Cu
BAB 1.
PENGERTIAN AGAMA
Agama secara umum memiliki makna percaya kepada Tuhan atau kepada sesuatu kuasa yang gaib dan sakti, seperti dewa. Agama dan kepercayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun sangat berhubungan. Agama memiliki makna yang lebih luas, yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang kohesif (melekat satu dengan yang lain) mengenai aspek ketuhanan. Sedangkan kepercayaan hanya melibatkan seorang individu, umumnya tidak bisa dianggap sebagai sebuah agama. Sebaliknya, agama haruslah melibatkan sebuah komunitas atau kumpulan manusia.
Selain itu, agama juga merupakan sebuah fenomena masyarakat yang dapat terlihat melalui beberapa hal berikut:
- Perlakuan. Seperti sembahyang, membuat sesaji, perayaan hari raya dan upacara;
- Sikap. Seperti rasa hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa yang luar biasa, serta anggapan suci dan bersih terhadap agama;
- Pernyataan. Seperti jampi, mantera dan kalimat suci (ayat-ayat kitab suci);
- Benda-benda material. Nampak secara lahiriah seperti bangunan, (tempat ibadah). Contoh pure, kelenteng, atau vihara.
Kepercayaan yang dipercaya oleh umat beragama terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu monoteisme dan politeisme. Monoteisme (berasal dari kata Yunani, monon = tunggal dan Theos = Tuhan), yaitu kepercayaan yang mempercayai bahwa Tuhan itu satu/tunggal, berkuasa penuh atas segala sesuatu.
Ada beberapa bentuk kepercayaan monoteisme, yaitu:
- Teisme, suatu istilah yang mengacu kepada keyakinan akan Tuhan yang ’pribadi’, artinya satu Tuhan dengana kepribadian yang khas, bukan sekadar suatu kekuatan ilahi saja;
- Deisme, merupakan bentuk monoteisme yang meyakini bahwa Tuhan itu ada, tetapi menolak gagasan bahwa Tuhan ini ikut campur di dalam dunia. Sifat Tuhan hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam. Mereka menolak hal-hal yang ajaib dan mengklaim bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan Tuhan;
- Teisme monistik, merupakan suatu bentuk monoteisme yang ada dalam agama Hindu, mencakup panenteisme (paham yang beranggapan bahwa Tuhan adalah ciptaan jiwa dalam suatu tubuh); monisme (paham yang beranggapan bahwa semua kehidupan adalah satu zat) dan pada saat yang sama juga mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi, Mahakuasa, dan universal; panteisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa alam sendiri itulah Tuhan.
Sedangkan politeisme (berasal dari kata Yunani polus = jamak dan Theos = Tuhan) adalah kepercayaan bahwa ada banyak Tuhan. Secara historis, banyak pemeluk politeis percaya akan keberadaan banyak Tuhan, tetapi mereka hanya menyembah satu saja, yang dianggap oleh si pemeluk itu sebagai Tuhan yang Mahatinggi. Praktek ini disebut henoteisme (paham yang percaya kepada satu dewa yang dipuja dalam banyak keberadaan); Panenteisme, yaitu suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidaklah identik dengan alam. Menurut Hindu, alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam, melainkan mentrandensikannya; Monoteisme substansi berpendapat bahwa Tuhan yang banyak itu adalah perwujudan dari substansi yang satu, yang ada di belakangnya, bahwa substansi yang ada di belakangnya itulah Allah.
Selain orang-orang yang menganut monoteisme dan politeisme, ada juga yang menganut pandangan agnotisme dan ateisme. Agnotisme adalah pengakuan ketidaktahuan tentang Allah. Agnotisme tidak mengatakan bahwa tidak ada Allah, tetapi ia juga tidak menyatakan bahwa Allah ada. Ajaran ini menyatakan bahwa mustahil untuk mengetahui tentang Allah. Sedangkan ateisme adalah mereka yang percaya bahwa Allah tidak ada. Orang ateis tidak percaya bahwa Allah menciptakan manusia, sebaliknya mereka percaya bahwa manusialah yang menciptakan gagasan tentang Allah.
Sebagai umat beragama dalam meresponi umat beragama lain ada 4 sikap, yaitu: Ekslusivisme, bersikap bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang benar, sedangkan di dalam kepercayaan lain tidak mengandung kebenaran; Inklusivisme, yakni meyakini bahwa agamanya yang benar, namun di luar kepercayaannya tersebut terdapat juga kebenaran; Pararelisme, yaitu menyejajarkan bagian-bagian yang memiliki kesamaan tanpa mempertentangkannya; Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama yang baik, serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan. (diambil dari buku Mengenal Agama Hindu, Buddha,Khong Hu Cu karya Tony Tedjo. Untuk pemesanan hubungi 081394401799. ada diskon khusus)
PENGERTIAN AGAMA
Agama secara umum memiliki makna percaya kepada Tuhan atau kepada sesuatu kuasa yang gaib dan sakti, seperti dewa. Agama dan kepercayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun sangat berhubungan. Agama memiliki makna yang lebih luas, yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang kohesif (melekat satu dengan yang lain) mengenai aspek ketuhanan. Sedangkan kepercayaan hanya melibatkan seorang individu, umumnya tidak bisa dianggap sebagai sebuah agama. Sebaliknya, agama haruslah melibatkan sebuah komunitas atau kumpulan manusia.
Selain itu, agama juga merupakan sebuah fenomena masyarakat yang dapat terlihat melalui beberapa hal berikut:
- Perlakuan. Seperti sembahyang, membuat sesaji, perayaan hari raya dan upacara;
- Sikap. Seperti rasa hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa yang luar biasa, serta anggapan suci dan bersih terhadap agama;
- Pernyataan. Seperti jampi, mantera dan kalimat suci (ayat-ayat kitab suci);
- Benda-benda material. Nampak secara lahiriah seperti bangunan, (tempat ibadah). Contoh pure, kelenteng, atau vihara.
Kepercayaan yang dipercaya oleh umat beragama terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu monoteisme dan politeisme. Monoteisme (berasal dari kata Yunani, monon = tunggal dan Theos = Tuhan), yaitu kepercayaan yang mempercayai bahwa Tuhan itu satu/tunggal, berkuasa penuh atas segala sesuatu.
Ada beberapa bentuk kepercayaan monoteisme, yaitu:
- Teisme, suatu istilah yang mengacu kepada keyakinan akan Tuhan yang ’pribadi’, artinya satu Tuhan dengana kepribadian yang khas, bukan sekadar suatu kekuatan ilahi saja;
- Deisme, merupakan bentuk monoteisme yang meyakini bahwa Tuhan itu ada, tetapi menolak gagasan bahwa Tuhan ini ikut campur di dalam dunia. Sifat Tuhan hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam. Mereka menolak hal-hal yang ajaib dan mengklaim bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan Tuhan;
- Teisme monistik, merupakan suatu bentuk monoteisme yang ada dalam agama Hindu, mencakup panenteisme (paham yang beranggapan bahwa Tuhan adalah ciptaan jiwa dalam suatu tubuh); monisme (paham yang beranggapan bahwa semua kehidupan adalah satu zat) dan pada saat yang sama juga mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi, Mahakuasa, dan universal; panteisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa alam sendiri itulah Tuhan.
Sedangkan politeisme (berasal dari kata Yunani polus = jamak dan Theos = Tuhan) adalah kepercayaan bahwa ada banyak Tuhan. Secara historis, banyak pemeluk politeis percaya akan keberadaan banyak Tuhan, tetapi mereka hanya menyembah satu saja, yang dianggap oleh si pemeluk itu sebagai Tuhan yang Mahatinggi. Praktek ini disebut henoteisme (paham yang percaya kepada satu dewa yang dipuja dalam banyak keberadaan); Panenteisme, yaitu suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidaklah identik dengan alam. Menurut Hindu, alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam, melainkan mentrandensikannya; Monoteisme substansi berpendapat bahwa Tuhan yang banyak itu adalah perwujudan dari substansi yang satu, yang ada di belakangnya, bahwa substansi yang ada di belakangnya itulah Allah.
Selain orang-orang yang menganut monoteisme dan politeisme, ada juga yang menganut pandangan agnotisme dan ateisme. Agnotisme adalah pengakuan ketidaktahuan tentang Allah. Agnotisme tidak mengatakan bahwa tidak ada Allah, tetapi ia juga tidak menyatakan bahwa Allah ada. Ajaran ini menyatakan bahwa mustahil untuk mengetahui tentang Allah. Sedangkan ateisme adalah mereka yang percaya bahwa Allah tidak ada. Orang ateis tidak percaya bahwa Allah menciptakan manusia, sebaliknya mereka percaya bahwa manusialah yang menciptakan gagasan tentang Allah.
Sebagai umat beragama dalam meresponi umat beragama lain ada 4 sikap, yaitu: Ekslusivisme, bersikap bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang benar, sedangkan di dalam kepercayaan lain tidak mengandung kebenaran; Inklusivisme, yakni meyakini bahwa agamanya yang benar, namun di luar kepercayaannya tersebut terdapat juga kebenaran; Pararelisme, yaitu menyejajarkan bagian-bagian yang memiliki kesamaan tanpa mempertentangkannya; Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama yang baik, serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan. (diambil dari buku Mengenal Agama Hindu, Buddha,Khong Hu Cu karya Tony Tedjo. Untuk pemesanan hubungi 081394401799. ada diskon khusus)
Kata Pengantar buku Mengenal Agama Hindu, Buddha Khong Hu Cu
KATA PENGANTAR EDISI KEDUA
Mempelajari latar belakang, pengajaran, serta perkembangan dari tiga agama besar duni, yaitu: Agama Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu, sangatlah menarik dan penting sebagai suatu study perbandingan agama. Apalagi ketiga agama besar tersebut di Indonesia telah disahkan menjadi agama resmi oleh negara. Perlu untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa sebenarnya agama-agama tersebut. Sehingga di kemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman dalam menilai ajaran mereka.
Ada beberapa keuntungan sewaktu kita mempelajari agama-agama di luar Kristen, yaitu: Pertama, untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan menghormati sesama pemeluk agama. Kedua, dapat menjadi jembatan penginjilan. Apabila di kemudian hari berhadapan dengan orang yang berlatar belakang kepercayaan dari ketiga agama ini, maka berita Injil dapat disampaikan melalui cara berpikir dari kepercayaan yang mereka anut.
Dengan berbekal pengetahuan dari berbagai sumber, baik kepustakaan buku-buku dan bahan dari internet, penulis juga mengumpulkan bahan-bahan buku ini melalui study banding dengan mewawancarai para tokoh dari masing-masing agama tersebut. Selain itu diperkaya dengan hasil pemikiran dan diskusi dengan para mahasiswa sewaktu mengampu mata kuliah Teologi Agama-agama: Agama Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu. Dari beberapa sumber inilah penulis memberanikan diri menyusun buku ini sebagai bahan referensi untuk mengenal lebih dekat ketiga agama tersebut.
Akhirnya, harapan penulis kiranya buku sederhana yang masih terdapat kekurangan ini dapat memberikan sumbangsih bagi para hamba Tuhan, dosen, mahasiswa, dan semua kalangan yang hendak mengenal lebih dekat dari ketiga agama besar dunia ini dengan mempelajari agama-agama di luar Kristen (Teologi Religionum/teologi perbandingan agama). Saran dan kritik saudara sangat membantu dalam meningkatkan isi buku ini.
Bandung, April 2011
Penulis
Tony Tedjo
Mempelajari latar belakang, pengajaran, serta perkembangan dari tiga agama besar duni, yaitu: Agama Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu, sangatlah menarik dan penting sebagai suatu study perbandingan agama. Apalagi ketiga agama besar tersebut di Indonesia telah disahkan menjadi agama resmi oleh negara. Perlu untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa sebenarnya agama-agama tersebut. Sehingga di kemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman dalam menilai ajaran mereka.
Ada beberapa keuntungan sewaktu kita mempelajari agama-agama di luar Kristen, yaitu: Pertama, untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan menghormati sesama pemeluk agama. Kedua, dapat menjadi jembatan penginjilan. Apabila di kemudian hari berhadapan dengan orang yang berlatar belakang kepercayaan dari ketiga agama ini, maka berita Injil dapat disampaikan melalui cara berpikir dari kepercayaan yang mereka anut.
Dengan berbekal pengetahuan dari berbagai sumber, baik kepustakaan buku-buku dan bahan dari internet, penulis juga mengumpulkan bahan-bahan buku ini melalui study banding dengan mewawancarai para tokoh dari masing-masing agama tersebut. Selain itu diperkaya dengan hasil pemikiran dan diskusi dengan para mahasiswa sewaktu mengampu mata kuliah Teologi Agama-agama: Agama Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu. Dari beberapa sumber inilah penulis memberanikan diri menyusun buku ini sebagai bahan referensi untuk mengenal lebih dekat ketiga agama tersebut.
Akhirnya, harapan penulis kiranya buku sederhana yang masih terdapat kekurangan ini dapat memberikan sumbangsih bagi para hamba Tuhan, dosen, mahasiswa, dan semua kalangan yang hendak mengenal lebih dekat dari ketiga agama besar dunia ini dengan mempelajari agama-agama di luar Kristen (Teologi Religionum/teologi perbandingan agama). Saran dan kritik saudara sangat membantu dalam meningkatkan isi buku ini.
Bandung, April 2011
Penulis
Tony Tedjo
Jumat, 15 April 2011
Untuk Apa Menulis?
Ada seorang pemuda bertanya kepada saya, sebenarnya untuk apa sih kita bersusah payah menulis? Bukankah cukup hanya diceramahkan atau dikhotbahkan saya, tanpa perlu bersusah payah menuliskannya? Kalau hanya dikhotbahkan atau diceramahkan saja kan hanya tinggal bersuara saja. Bukankah orang lebih senang mendengarkan cerita atau berita daripada membaca. Atau orang akan lebih senang menonton vcd atau dvd saja, daripada membaca. Kebanyakan orang malas membaca. Jadi lebih baik bila bahan pengajaran atau bahan pelajaran yang hendak disampaikan itu dibagikan saja dalam bentuk audio yang bisa didengar, atau ke dalam bentuk visual sehingga dapat dilihat dan langsung mengerti isi ceritanya? Lalu mengapa kita perlu menulis, bila melalui audio dan visual saja orang sudah bisa mengerti maksud pesan si sutradara, melalui suara atau pertunjukan yang ditampilkan.
Sepintas memang alasan tersebut benar, namun sebenarnya tidak semuanya benar. Apabila ditelaah lebih jauh, sebenarnya dengan menuliskan bahan-bahan dari audio visual tersebut ke dalam bentuk tulisan, maka akan semakin lebih banyak orang yang bisa dijangkau. Terutama daerah-daerah yang masih belum dimasuki listrik. Sebab orang bisa membaca buku atau bahan bacaan tertulis, meski di daerah tersebut tidak ada listrik. Lagipula, bahan bacaan tidak cepat rusak dibandingkan bahan audio visual. Dan terdapat berbagai kemudahan lainnya dari bahan tulisan.
Seorang pemerhati makna kata memberikan pandangan: Tulisan jauh lebih akurat, tahan lama, dan efisien dalam melahirkan, menyimpan, memproses, dan memperkembangkan gagasan, sampai yang serumit-rumitnya dan seluas-luasnya. Dari gagasan ke tindakan hanya selangkah. Tanpa tulisan tidak ada dunia modern, ilmu pengetahuan lambat berkembang, teknologi sebatas sederhana, komunikasi sejauh teriakan.
Selain hal tadi ada hal lain yang menjadi tujuan mengapa seseorang menulis, sebagai berikut: Pertama, untuk menyalurkan hobi. Beberapa orang memiliki hobi menulis. Setiap ada hal-hal apa saja yang dirasa menarik, dia pasti menuliskannya. Ciri orang yang hobi menulis, umumnya ke mana-mana selalu membawa catatan dan bolpen. Mencatat apa yang dia lihat dan dirasakan. Setiap saat ada ide-ide baru yang muncul, dan bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Sesudah sampai di rumah, baru catatan-catatan kecil tadi dikumpulkan, dipilah, dan kemudian mengembangkan bagian-bagian dari catatan kecil tadi untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang utuh. Bahkan, tidak hanya sekadar ide, beberapa orang menjadikan menulis sebagai pekerjaan mereka. Sehingga kehidupan mereka bergantung dari seberapa aktif mereka menulis yang kemudian dikirimkan kepada penerbit atau kepada rekdasi surat kabar untuk diterbitkan. Beberapa orang telah membuktikan keberhasilannya dan menikmati uang hasil tulisannya yang sudah diterbitkan.
Kedua, menyalurkan pendapat pribadi. Terkadang beberapa orang yang memiliki suatu pendapat, tetapi tidak dapat menyalurkannya. Sehingga menjadikannya stres. Dengan menulis, maka pendapat-pendapat pribadinya bisa tersalurkan, sekaligus bisa membagikan berkat dari pengalaman maupun pengetahuan yang diketahuinya tentang satu hal tertentu yang diketahuinya. Sehingga banyak orang yang menjadi tahu sesudah membaca tulisannya.
Dampak negatifnya, ada juga orang yang menyalahgunakan untuk hal yang tidak baik, hanya demi menyalurkan kepentingan pribadinya saja. Dengan tulisan yang berisi pendapat-pendapat pribadinya, dia mengajak orang lain untuk mengikuti suatu pengajaran menyesatkan. Atau dipakai untuk mempropaganda orang banyak agar mengikuti pendapat dirinya, dengan harapan mereka bisa menjadi pengikutnya. Dia menjadi pemimpin mereka.
Ketiga, menginformasikan hal-hal yang baru. Karena keterbatasan fasilitas yang ada, sebuah informasi mengenai suatu program baru dapat disebarluaskan melalui tulisan. Seperti penyuluhan-penyuluhan mengenai manfaat Keluarga Berencana (KB) dapat disebarluaskan melalui tulisan-tulisan yang disusun ke dalam bentuk traktat atau brosur singkat. Sehingga masyarakat di Indonesia, baik kota dan desa maupun di pedalaman, bisa mengetahui benar manfaat dari penggunaan KB tersebut. Atau informasi mengenai pencegahann bahaya demam berdarah. Dengan adanya brosur singkat yang disebarluaskan ke berbagai pelosok di Indonesia, masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai bahaya penyakit ini dan bagaimana cara pencegahannya.
Keempat, mencegah kepikunan. Benar sekali. Mereka yang sering menulis akan terhindar dari kepikunan. Sebagai penulis tentunya dia akan banyak berhubungan dengan buku-buku bacaan. Setidaknya ada beberapa buku yang telah dibacanya. Dengan banyak membaca, maka otak akan bekerja. Sehingga penyakit pikun itu dapat dihindari.
Seorang jemaat kami berusia sekitar 93 tahun, masih tetap kuat dan segar. Semangatnya untuk beribadah masih luar biasa. Suatu kali kami berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengannya. Rupanya dia baru saja membaca koran hari itu. Dia malah bercerita kepada kami mengenai banjir yang sedang melanda ibukota Jakarta. Sungguh luar biasa, pantas saja dia tidak pikun meski usianya sudah uzur. Karena dia suka membaca.
Kelima, menambah pengetahuan. The Liang Gie memberikan keterangan bahwa menulis atau mengarang akan menghasilkan sedikitnya nilai kecerdasan, nilai pendidikan, nilai kejiwaan, nilai kemasyarakatan, nilai keuangan, dan nilai kefilsafatan. Bertambahnya nilai-nilai ini disesuaikan dengan buku bacaan apa yang dibaca. Semakin berbobot buku-buku yang dibaca, maka semakin bertambah pandai pengetahuan yang diperoleh. (Diambil dari buku Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo diterbitkan oleh Penerbit Agape. Untuk pemesanan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com. kunjungi juga www.agapemedia.blogspot.com)
Buku Baru
Nantikan kehadiran buku istimewa ini "Menulis dan Menerbitkan Buku, Siapa Takut?"
. Anda yang mau belajar menulis buku sekaligus menerbitkan bukunya sendiri, menjadi lebih mudah. Buku ini akan mengungkapkan hal-hal praktis yang setiap orang bisa melakukannya, menulis buku dan menerbitkan bukunya sendiri. Dilengkapi dengan sejarah perbukuan dan perkembangannya hingga sekarang. Rencana akan terbit Juni 2011. Bagi yang berminat, silakan pesan dari sekarang. Dapatkan harga khusus, diskon 35%. Pesan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.
. Anda yang mau belajar menulis buku sekaligus menerbitkan bukunya sendiri, menjadi lebih mudah. Buku ini akan mengungkapkan hal-hal praktis yang setiap orang bisa melakukannya, menulis buku dan menerbitkan bukunya sendiri. Dilengkapi dengan sejarah perbukuan dan perkembangannya hingga sekarang. Rencana akan terbit Juni 2011. Bagi yang berminat, silakan pesan dari sekarang. Dapatkan harga khusus, diskon 35%. Pesan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.
Rabu, 06 April 2011
BAB 1. APA Itu MENULIS ?
Setiap manusia pasti telah membaca atau melihat sebuah tulisan, minimal sekali sepanjang hidupnya, baik yang tertulis di selembar kertas, daun lontar, pahatan batu, lempengan logam, dan sebagainya. Manusia kota, desa, pedalaman, primitif, ataupun orang dari suku terbelakang sekalipun, mereka sudah mengenal tulisan. Tulisan itu bisa berupa kata-kata atau simbol-simbol yang memiliki arti khusus, sehingga setiap orang dari kelompoknya bisa mengerti maksud dari tulisannya. Tulisan ini jugalah yang menjadi sarana komunikasi tertulis antar sesama manusia sehingga bisa saling berinteraksi.
Agar dapat menulis, seseorang harus belajar. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti belajar sendiri dengan cara mencontoh dari tulisan-tulisan yang sudah ada, ataupun dengan cara diajari oleh orang lain yang dianggap sebagai guru atau pembimbingnya. Lama belajar menulis itu berbeda-beda, tergantung dari ketekunan dan kesungguhan hati orang itu sendiri. Bila dilakukan dengan tekun dan ada kesungguhan hati, tentunya akan lebih cepat bisa menulis dibandingkan dengan orang yang bermasa bodoh atau belajar menulis karena terpaksa. Bila alasannya karena terpaksa, maka hasil tulisannya juga kurang baik. Sebenarnya seseorang tidak perlu karena terpaksa, apabila sudah menyadari benaar manfaat sesudah belajar menulis. Mungkin setelah beberapa waktu kemudian dia bisa menyadari manfaat dari belajar menulis.
TULISAN DAN KATA-KATA
Setiap tulisan itu terdiri dari kata-kata yang tersusun secara berurutan dan memiliki sebuah arti. Kata-kata itu sendiri tersusun atas beberapa huruf, yang sesudah disusun akan memiliki arti tersendiri. Menurut Alfabet yang kita kenal, ada 26 huruf yang dipakai secara umum. Huruf tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari ke-26 huruf ini kita bisa mengelompokkannya menjadi dua bagian besar, yaitu Vokal dan Konsonan. Kategori huruf yang digolongkan vokal adalah A, I, U, E, dan O. Sedangkan kelompok konsonan adalah B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, Z. Setiap kata-kata yang tersusun akan membentuk sebuah kalimat.
Kalimat juga terdiri atas dua bagian, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Contoh kalimat aktif adalah memakan, menulis, membaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan me-. Sedangkan contoh kalimat pasif adalah dimakan, ditulis, dibaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan di-. Kalimat yang baik biasanya terdiri dari kalimat aktif yang disusun dalam beberapa kata-kata, sehingga memiliki arti yang mendukung satu sama lain dan membentuk sebuah paragraf. Alur cerita setiap kalimat itu mengalir berkaitan satu dengan lainnya.
Dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat ini diperlukan kecermatan dan ketrampilan khusus, yang dapat dipelajari apabila sering menulis. Mereka yang sering menulis sebuah artikel atau sebuah buku, akan memiliki sense atau kepekaan sendiri terhadap kalimat maupun kata-katanya. Sebab agar terbentuk sebuah kalimat yang indah dan enak dibaca, harus bisa menyusun kata-kata dan merangkai kalimat dengan baik. Kata-kata yang dipakai tidak hanya itu-itu melulu, tidak diulang-ulang berkali-kali, sehingga pembaca tidak bosan atau cape membaca tulisan itu, serta untuk menghidupi tulisan itu agar tidak kering.
KATA
Kata merupakan bagian pendukung yang membentuk sebuah kalimat. Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi penulis dalam memilih kata-kata yang baik. Kelima hal tersebut yaitu:
Pertama, gunakan kata-kata yang jelas dan sederhana. Tidak berbelat belit. Tidak menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Hindari penggunaan kata-kata yang sulit dan berbunga-bunga. Jauhi kata yang berbunga-bunga. Tidak boleh bersifat mengkhotbahi. Jangan mengulang-ulang kata terus- menerus.
Kedua, gunakan kata-kata yang aktif, langsung dan kuat. Hindari penggunaan kata pasif. Pelajari tata bahasa dengan sederhana. Hindari penggunaan kata penghubung untuk mengawali sebuah kalimat.
Ketiga, gunakan kata-kata yang tepat dan benar. Pakailah kata-kata yang tepat dan spesifik. Misalnya kata bunga, tuliskan saja bunga ros atau bunga melati.
Keempat, gunakan kata-kata yang menceritakan dan memperlihatkan. Kata-kata yang menggambarkan, mendatangkan bunyi, kata-kata yang menciptakan atau membangkitkan perasaan.
Kelima, gunakan kata-kata atau frase orisinil. Hindarkan penggunaan kata-kata yang sudah lama tidak dipakai atau sudah terlalu umum. Usahakan untuk selalu menggunakan frase yang orisinal, agar terasa sedap dibaca.
KALIMAT
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang didalamnya terdapat huruf-huruf yang memiliki arti dan makna tersendiri setelah digabungkan. Kalimat yang tersusun dalam beberapa kalimat akan membentuk sebuah paragraf. Kalimat yang harus sering dipergunakan dalam Sebagai alat komunikasi, kalimat memiliki lima fungsi dalam suatu tulisan, sebagai berikut: Menjadikan tulisan lebih efektif; membawa pembaca berkenalan pada isi suatu bacaan; mengantar pembaca dengan mudah mengenal apa yang perlu diketahui; kalimat yang baik membuat orang tertarik dan terus membaca bacaan yang ada di tangannya; enak dibaca, sekalipun isinya tidak begitu bagus, hanya karena bahasanya yang komunikatif, membuat orang mau membacanya. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menginformasikan gagasan atau maksud penulis dengan jelas dan tanpa mengandung arti ganda.
Sebuah artikel yang baik didalamnya tersusun atas banyak kalimat efektif dan kata-kata yang bervariasi serta memiliki arti yang dapat dimengerti oleh si pembaca. Bahasanya tidak monoton. Agar bisa mencapai hasil demikian diperlukan latihan yang berkelanjutan. Sebab menulis itu sendiri ibarat sebuah pisau. Bila lama sekali tidak dipakai dan dibiarkan begitu saja, akan berkarat dan tumpul. Seorang penulis juga apabila tidak terus berlatih, akan menjadi tumpul. Sehingga sewaktu akan mulai memakainya kembali perlu dimulai dari awal lagi. Seorang penulis sejati pastilah tidak akan pernah puas dan berhenti berkarya menghasilkan tulisan yang terbentuk menjadi buku. Selain tulisannya diterbitkan diberbagai media massa, tulisannya juga terdapat di berbagai buku yang sudah dia terbitkan.
Seorang pembicara terkenal atau seorang pengkhotbah kondang sangat mahir dalam berpidato atau berceramah di hadapan puluhan, ratusan, bahkan beribu-ribu orang. Namun mereka tidak serta merta bisa menjadi penulis. Memang, beberapa di antara mereka ada juga yang merangkap sebagai penceramah terkenal dan pengkhotbah kondang. Ada alasan tersendiri mengapa beberapa di antara mereka tidak bisa menulis. Kemungkinan ada yang bisa menulis, hanya saja melihat honornya yang kecil, membuat dia malas menulis (saya pernah menulis sebuah artikel yang pernah dimuat BAHANA berjudul ”Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis.” Bisa juga dilihat dalam buku Bingkai Kehidupan karya Tony Tedjo, Penerbit Agape, 2009).
Saya mau katakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi penulis. Lebih tepatnya lagi bahwa Tuhan sudah memberikan kepada setiap manusia kemampuan untuk menulis. Hanya saja hasil akhirnya tetap kepada diri manusianya sendiri. Ada yang memiliki respon bermasa bodoh, cuek, mengabaikan, dan bahkan menjauhkan diri darinya. Dan bagi mereka yang meski awalnya dirasa tidak bisa menulis, tetapi memiliki kerinduan untuk bisa. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk belajar, menggali potensi yang dia miliki tersebut, dia akan mendapatkannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia menjadi seorang penulis produktif dan penulis best seller. Di mana buku-bukunya laris manis di pasar.
Saya punya pengalaman menarik dengan tulisan. Sewaktu sekolah di SD hingga SMA dahulu, ada satu pelajaran yang saya kurang senangi, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap kali diadakan ujian akhir, selalu saja mata pelajaran ini yang nilainya kurang baik. Sebab ada satu bagian yang nilainya sekitar 30% yang saya kerjakan tidak maksimal, yakni bagian mengarang. Kelemahan saya pada waktu itu adalah tidak bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang baik dan menyambung dengan paragraf lainnya, sehingga bisa terbentuk suatu karangan yang utuh dengan cerita yang nyambung dari awal hingga akhir cerita.
Saya mengerjakan soal mengarang ini dengan ”mengarang” alias ngawur. Kata-kata yang saya susun memang membentuk kalimat. Tetapi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak nyambung. Dan saya membuat satu paragraf dengan mengcopy-nya ke paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat. Pokoknya yang terpenting menurut anggapan saya adalah asal satu halaman terisi penuh, dan yang terpenting tidak sampai kosong, supaya mendapat nilai. Memang, bila dilihat sepintas saja tanpa membacanya, sepertinya karangan saya itu memenuhi syarat untuk mendapat nilai. Namun bila dibaca kalimat demi kalimat, karangan tersebut amburadul.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan. Bila dahulu pekerjaan menulis merupakan hal yang menakutkan dan dihindari, sekarang menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan, karena sewaktu saya menulis saya menikmati tulisan saya dan untuk menyelesaikan sebuah artikel dapat diselesaikan hanya dengan sekali waktu saat itu juga. Menantang karena menulis merupakan salah satu pekerjaan yang menguntungkan karena memberikan pemasukan keuangan berupa honor dan royalti.
Saat ini saya sudah menerbitkan 7 buku laku dan sedang mempersiapkan sekitar 10 judul buku baru, yang rata-rata sudah diselesaikan sekitar 40%-75%. Buku-buku saya yang sudah terbit tersebut sudah tersebar hampir di 300 toko buku, di berbagai kota di Indonesia. Saya juga menjadi redaksi dari Tabloid Rohani Keluarga yang diterbitkan di Surabaya dan beredar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dan lagi sekarang sudah terbentuk sekolah menulis SOW, dengan alumni sudah mencapai 157 orang di berbagai kota di Indonesia, seperti: Bandung, Cimahi, Kab. Bandung Barat, Subang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Palembang, dan lainnya. Beberapa orang di antaranya sudah menghasilkan karya berupa buku-buku yang telah diterbitkan dan telah menghasilkan keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut. (Diambil dari buku Menyusun Kata-Kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo, terbitan Penerbit Agape Bandung. Bisa dihubungi di penerbitagape@gmail.com).
Agar dapat menulis, seseorang harus belajar. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti belajar sendiri dengan cara mencontoh dari tulisan-tulisan yang sudah ada, ataupun dengan cara diajari oleh orang lain yang dianggap sebagai guru atau pembimbingnya. Lama belajar menulis itu berbeda-beda, tergantung dari ketekunan dan kesungguhan hati orang itu sendiri. Bila dilakukan dengan tekun dan ada kesungguhan hati, tentunya akan lebih cepat bisa menulis dibandingkan dengan orang yang bermasa bodoh atau belajar menulis karena terpaksa. Bila alasannya karena terpaksa, maka hasil tulisannya juga kurang baik. Sebenarnya seseorang tidak perlu karena terpaksa, apabila sudah menyadari benaar manfaat sesudah belajar menulis. Mungkin setelah beberapa waktu kemudian dia bisa menyadari manfaat dari belajar menulis.
TULISAN DAN KATA-KATA
Setiap tulisan itu terdiri dari kata-kata yang tersusun secara berurutan dan memiliki sebuah arti. Kata-kata itu sendiri tersusun atas beberapa huruf, yang sesudah disusun akan memiliki arti tersendiri. Menurut Alfabet yang kita kenal, ada 26 huruf yang dipakai secara umum. Huruf tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari ke-26 huruf ini kita bisa mengelompokkannya menjadi dua bagian besar, yaitu Vokal dan Konsonan. Kategori huruf yang digolongkan vokal adalah A, I, U, E, dan O. Sedangkan kelompok konsonan adalah B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, Z. Setiap kata-kata yang tersusun akan membentuk sebuah kalimat.
Kalimat juga terdiri atas dua bagian, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Contoh kalimat aktif adalah memakan, menulis, membaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan me-. Sedangkan contoh kalimat pasif adalah dimakan, ditulis, dibaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan di-. Kalimat yang baik biasanya terdiri dari kalimat aktif yang disusun dalam beberapa kata-kata, sehingga memiliki arti yang mendukung satu sama lain dan membentuk sebuah paragraf. Alur cerita setiap kalimat itu mengalir berkaitan satu dengan lainnya.
Dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat ini diperlukan kecermatan dan ketrampilan khusus, yang dapat dipelajari apabila sering menulis. Mereka yang sering menulis sebuah artikel atau sebuah buku, akan memiliki sense atau kepekaan sendiri terhadap kalimat maupun kata-katanya. Sebab agar terbentuk sebuah kalimat yang indah dan enak dibaca, harus bisa menyusun kata-kata dan merangkai kalimat dengan baik. Kata-kata yang dipakai tidak hanya itu-itu melulu, tidak diulang-ulang berkali-kali, sehingga pembaca tidak bosan atau cape membaca tulisan itu, serta untuk menghidupi tulisan itu agar tidak kering.
KATA
Kata merupakan bagian pendukung yang membentuk sebuah kalimat. Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi penulis dalam memilih kata-kata yang baik. Kelima hal tersebut yaitu:
Pertama, gunakan kata-kata yang jelas dan sederhana. Tidak berbelat belit. Tidak menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Hindari penggunaan kata-kata yang sulit dan berbunga-bunga. Jauhi kata yang berbunga-bunga. Tidak boleh bersifat mengkhotbahi. Jangan mengulang-ulang kata terus- menerus.
Kedua, gunakan kata-kata yang aktif, langsung dan kuat. Hindari penggunaan kata pasif. Pelajari tata bahasa dengan sederhana. Hindari penggunaan kata penghubung untuk mengawali sebuah kalimat.
Ketiga, gunakan kata-kata yang tepat dan benar. Pakailah kata-kata yang tepat dan spesifik. Misalnya kata bunga, tuliskan saja bunga ros atau bunga melati.
Keempat, gunakan kata-kata yang menceritakan dan memperlihatkan. Kata-kata yang menggambarkan, mendatangkan bunyi, kata-kata yang menciptakan atau membangkitkan perasaan.
Kelima, gunakan kata-kata atau frase orisinil. Hindarkan penggunaan kata-kata yang sudah lama tidak dipakai atau sudah terlalu umum. Usahakan untuk selalu menggunakan frase yang orisinal, agar terasa sedap dibaca.
KALIMAT
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang didalamnya terdapat huruf-huruf yang memiliki arti dan makna tersendiri setelah digabungkan. Kalimat yang tersusun dalam beberapa kalimat akan membentuk sebuah paragraf. Kalimat yang harus sering dipergunakan dalam Sebagai alat komunikasi, kalimat memiliki lima fungsi dalam suatu tulisan, sebagai berikut: Menjadikan tulisan lebih efektif; membawa pembaca berkenalan pada isi suatu bacaan; mengantar pembaca dengan mudah mengenal apa yang perlu diketahui; kalimat yang baik membuat orang tertarik dan terus membaca bacaan yang ada di tangannya; enak dibaca, sekalipun isinya tidak begitu bagus, hanya karena bahasanya yang komunikatif, membuat orang mau membacanya. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menginformasikan gagasan atau maksud penulis dengan jelas dan tanpa mengandung arti ganda.
Sebuah artikel yang baik didalamnya tersusun atas banyak kalimat efektif dan kata-kata yang bervariasi serta memiliki arti yang dapat dimengerti oleh si pembaca. Bahasanya tidak monoton. Agar bisa mencapai hasil demikian diperlukan latihan yang berkelanjutan. Sebab menulis itu sendiri ibarat sebuah pisau. Bila lama sekali tidak dipakai dan dibiarkan begitu saja, akan berkarat dan tumpul. Seorang penulis juga apabila tidak terus berlatih, akan menjadi tumpul. Sehingga sewaktu akan mulai memakainya kembali perlu dimulai dari awal lagi. Seorang penulis sejati pastilah tidak akan pernah puas dan berhenti berkarya menghasilkan tulisan yang terbentuk menjadi buku. Selain tulisannya diterbitkan diberbagai media massa, tulisannya juga terdapat di berbagai buku yang sudah dia terbitkan.
Seorang pembicara terkenal atau seorang pengkhotbah kondang sangat mahir dalam berpidato atau berceramah di hadapan puluhan, ratusan, bahkan beribu-ribu orang. Namun mereka tidak serta merta bisa menjadi penulis. Memang, beberapa di antara mereka ada juga yang merangkap sebagai penceramah terkenal dan pengkhotbah kondang. Ada alasan tersendiri mengapa beberapa di antara mereka tidak bisa menulis. Kemungkinan ada yang bisa menulis, hanya saja melihat honornya yang kecil, membuat dia malas menulis (saya pernah menulis sebuah artikel yang pernah dimuat BAHANA berjudul ”Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis.” Bisa juga dilihat dalam buku Bingkai Kehidupan karya Tony Tedjo, Penerbit Agape, 2009).
Saya mau katakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi penulis. Lebih tepatnya lagi bahwa Tuhan sudah memberikan kepada setiap manusia kemampuan untuk menulis. Hanya saja hasil akhirnya tetap kepada diri manusianya sendiri. Ada yang memiliki respon bermasa bodoh, cuek, mengabaikan, dan bahkan menjauhkan diri darinya. Dan bagi mereka yang meski awalnya dirasa tidak bisa menulis, tetapi memiliki kerinduan untuk bisa. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk belajar, menggali potensi yang dia miliki tersebut, dia akan mendapatkannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia menjadi seorang penulis produktif dan penulis best seller. Di mana buku-bukunya laris manis di pasar.
Saya punya pengalaman menarik dengan tulisan. Sewaktu sekolah di SD hingga SMA dahulu, ada satu pelajaran yang saya kurang senangi, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap kali diadakan ujian akhir, selalu saja mata pelajaran ini yang nilainya kurang baik. Sebab ada satu bagian yang nilainya sekitar 30% yang saya kerjakan tidak maksimal, yakni bagian mengarang. Kelemahan saya pada waktu itu adalah tidak bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang baik dan menyambung dengan paragraf lainnya, sehingga bisa terbentuk suatu karangan yang utuh dengan cerita yang nyambung dari awal hingga akhir cerita.
Saya mengerjakan soal mengarang ini dengan ”mengarang” alias ngawur. Kata-kata yang saya susun memang membentuk kalimat. Tetapi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak nyambung. Dan saya membuat satu paragraf dengan mengcopy-nya ke paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat. Pokoknya yang terpenting menurut anggapan saya adalah asal satu halaman terisi penuh, dan yang terpenting tidak sampai kosong, supaya mendapat nilai. Memang, bila dilihat sepintas saja tanpa membacanya, sepertinya karangan saya itu memenuhi syarat untuk mendapat nilai. Namun bila dibaca kalimat demi kalimat, karangan tersebut amburadul.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan. Bila dahulu pekerjaan menulis merupakan hal yang menakutkan dan dihindari, sekarang menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan, karena sewaktu saya menulis saya menikmati tulisan saya dan untuk menyelesaikan sebuah artikel dapat diselesaikan hanya dengan sekali waktu saat itu juga. Menantang karena menulis merupakan salah satu pekerjaan yang menguntungkan karena memberikan pemasukan keuangan berupa honor dan royalti.
Saat ini saya sudah menerbitkan 7 buku laku dan sedang mempersiapkan sekitar 10 judul buku baru, yang rata-rata sudah diselesaikan sekitar 40%-75%. Buku-buku saya yang sudah terbit tersebut sudah tersebar hampir di 300 toko buku, di berbagai kota di Indonesia. Saya juga menjadi redaksi dari Tabloid Rohani Keluarga yang diterbitkan di Surabaya dan beredar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dan lagi sekarang sudah terbentuk sekolah menulis SOW, dengan alumni sudah mencapai 157 orang di berbagai kota di Indonesia, seperti: Bandung, Cimahi, Kab. Bandung Barat, Subang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Palembang, dan lainnya. Beberapa orang di antaranya sudah menghasilkan karya berupa buku-buku yang telah diterbitkan dan telah menghasilkan keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut. (Diambil dari buku Menyusun Kata-Kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo, terbitan Penerbit Agape Bandung. Bisa dihubungi di penerbitagape@gmail.com).
Langganan:
Postingan (Atom)