Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"
Rabu, 18 September 2013
ANAK MENIRU ORANGTUA
Kita seringkali mendengar nasehat orangtua yang mengatakan, ”Nak, kamu tidak boleh merokok ya karena merokok itu racun, dapat merusak paru-parumu.” Anak ini mengangguk pertanda menyetujui nasehat orangtuanya. Beberapa menit kemudian, ayah anak ini mengambil sebatang rokok dari saku bajunya dan menyulutnya memakai korek api. Tanpa disengaja si anak melihat apa yang baru saja diperbuat ayahnya. Peristiwa yang baru saja dilihatnya membentuk pola berpikir yang salah dalam diri anak. Anggapannya, merokok itu memang berbahaya, tetapi bila kamu menyukainya maka merokok diperbolehkan. Buktinya adalah ayahnya sendiri yang sudah mengetahui bahwa merokok itu dapat merusak paru-parunya, namun masih tetap merokok. Harusnya sang ayah tidak boleh merokok juga, eh malah dia sendiri juga merokok. Tak heran, ketika si anak masih di SMP sudah merokok. Si anak merokok bukan karena diajarkan, melainkan karena meniru orangtuanya. Orangtua malah jadi teladan yang buruk bagi anak-anaknya. Hal demikian tidak boleh terjadi atas hidup kita.
Orangtua menghendaki agar anak-anaknya menjadi orang baik dan sukses di kemudian hari. Namun, seringkali apa yang diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya justru dilanggar oleh orangtua itu sendiri. Sehingga si anak bukannya menuruti nasehat orangtuanya, malah menuruti apa yang diperbuat orangtuanya. Akibatnya, segala kebiasaan buruk yang diperbuat orangtua, ditiru oleh anak-anaknya.
Raja Daud merupakan seorang raja besar yang telah menjabat sebagai raja selama 40 tahun di Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel. Ada banyak hal positif yang diperbuat Daud semasa hidupnya yang menyukakan hati Tuhan. Hal ini membuat Tuhan membawa Daud mengalami kemenangan demi kemenangan terhadap setiap peperangan melawan musuh-musuhnya. Tetapi sangat disayangkan, dibalik kesuksesan tersebut Daud memiliki kegagalan.
Beberapa kegagalan yang dicatat dalam Alkitab antara lain: Pertama, Daud mempraktekkan poligami, dengan memperisteri lebih dari satu orang; Kedua, Daud banyak melakukan penumpahan darah, sehingga dia tidak diperkenan Tuhan untuk membangun Bait Allah; Ketiga, Daud tidak dapat mengatur keluarganya dengan baik, terbukti anaknya yang bernama Absalom memberontak kepadanya dengan merebut kerajaan dari Daud; Keempat, Daud tidak mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup takut akan Tuhan. Hal ini membuat anak-anak Daud dari isteri-isterinya cenderung hidup seenaknya tanpa memiliki rasa hormat kepada Tuhan.
Sikap buruk tersebut rupanya ditiru oleh Salomo, anak Daud dari Batsyeba. Padahal Salomo merupakan pewaris tahta kerajaan Daud. Raja Salomo juga mempraktekkan poligami dengan memiliki 300 isteri dan 700 gundik. Meskipun Salomo tidak melakukan peperangan seperti Daud, tetapi kehidupannya kacau balau. Keturunan Salomo tidak tercatat dalam Alkitab. Kerajaannya terpecah dua setelah dipegang oleh anaknya yang bernama Rehabeam. Kemudian Salomo hidup menduakan Tuhan, dengan mengijinkan dan memperaktekkan penyembahan berhala di sepanjang hidupnya. Hal ini sangat disesalkan.
Contoh kehidupan Daud yang ditiru oleh Salomo membawa kerugian yang berujung pada kehancuran. Kerajaan Israel yang dipimpin oleh cucu Daud, bernama Raja Rehabeam, harus terpecah dua. Kerajaan Daud tidak lagi langgeng, melainkan harus mengalami jatuh bangun, sampai akhirnya mereka harus dibuang ke Kerajaan Babel.
Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan dan etika yang baik kepada anak-anaknya sangat penting. Sebab bila orangtua tidak perduli dan mengabaikan untuk mengajarkan hal-hal yang positif dan baik kepada anak-anak, maka
Tentu saja orangtua harus memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya dengan menunjukkan sikap, tutur kata, dan tindakan yang sopan serta penuh integritas. Tidak sekadar kata-kata, melainkan disertai dengan tindakan. Supaya anak-anak bisa menerima nasehat kita dan mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Sebab kita pun berbuat sesuai dengan nasehat yang diberikan kepada anak-anak kita. Sehingga orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-cucunya di kemudian hari.
Rasul Paulus menasehati kepada ”anak-anak rohaninya” untuk menuruti teladannya. ”Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu” (Fil. 3:17).
*Penulis menjadi Pendiri dan Ketua School Of Writing (SOW), Ketua Redaksi Renungan Kabar Baik, Penulis 11 buku, Dosen di STT KHARISMA, dan Konsultan Penerbitan. Dapat dihubungi di tonytedjo@gmail.com.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar