Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"
Rabu, 18 September 2013
HARI GINI MASIH NYONTEK?
Dilarang mencontek. Tulisan ini umumnya terpampang pada pengumuman ketika para pelajar dan mahasiswa hendak mengikuti ujian mata pelajaran di sekolah. Meski sudah ada larangan secara tertulis dan guru atau dosen memperingatkan secara lisan dengan memberikan sanksi bagi mereka yang ketahuan mencontek, namun tetap masih saja ada murid yang nyontek.
Mencontek merupakan kebiasaan buruk yang harus dijauhi oleh para siswa dan mahasiswa. Sebab orang-orang yang suka menyontek merugikan dirinya sendiri. Memang pada awalnya mencontek itu kelihatan menguntungkan. Misalnya seorang siswa yang mencontek dari buku catatan pada waktu ulangan Matematika. Perbuatan buruknya saat itu tidak ketahuan. Setelah dibagikan hasilnya, ternyata nilai yang diperolehnya bagus. Tentu saja membuat orang yang mencontek tersebut keenakan. Sebab tidak perlu cape-cape belajar, tapi mendapat nilai bagus. Tentu saja bukan membuat jera, malah mengulangi mencontek terhadap ulangan mata pelajaran lain. Sehingga mencontek menjadi kebiasaannya. Akibatnya, dia malas belajar dan menjadi bodoh. Sehingga meski nilai Matematikanya di rapor 90, namun tidak bisa berhitung dan tidak mengerti perhitungan Matematika.
Mencontek juga pernah dilakukan oleh sekitar 60 mahasiswa dari Harvard University. Harvard University yang terletak di Cambridge, Massachusetts ini dikenal sebagai salah satu universitas paling bergengsi di dunia. Setiap mahasiswa yang belajar di universitas ini bukan mahasiswa biasa. Mereka harus membayar uang kuliah sebesar US$ 63 ribu (Rp611 juta) per tahun.
Enam puluh mahasiswa yang mencontek tersebut ketahuan saat berbuat curang sewaktu mengikuti ujian akhir. Mahasiswa-mahasiswa ini pun dikenai sanksi skorsing, sementara pihak kampus melakukan penyelidikan. Media kampus setempat, Harvard Crimson, mengutip pernyataan Dekan Fakultas Ilmiah dan Seni, Michael Smith yang mengatakan sebagian kasus ini telah diselidiki oleh otoritas kampus.
Skandal mencontek massal ini terungkap ke publik pada Agustus 2012 lalu. Saat dilaporkan bahwa sekitar 125 mahasiswa Harvard saling mencontek ketika mengikuti ujian akhir. “Mereka mungkin telah mengkolaborasikan jawaban secara tidak layak, atau saling menyalin jawaban teman sekelasnya, pada ujian akhir,” demikian pernyataan pihak kampus.
Kerugian Mencontek
Jujur saja, mencontek lebih banyak merugikan daripada menguntungkan orang yang mempraktekkannya. Tanpa disadari, sewaktu seseorang mencontek sebenarnya dia sedang menaburkan benih yang buruk. Setelah beberapa waktu kemudian pasti dia akan menuai hasil dari apa yang sudah ditaburkan. ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermalukan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7).
Apabila orang tersebut tidak berhenti melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut, maka kerugian yang diderita semakin besar. Memang, dampak yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan tidak dirasakan saat itu juga. Namun yang pasti bahwa semua yang diperbuatnya akan ditanggung sendiri.
Pelajaran yang didapat dari hal mencontek, yaitu: Pertama, jangan pernah menginginkan sesuatu secara instan. Misalnya hendak memperoleh kekayaan berlimpah tetapi tidak mau bekerja keras. Akhirnya tergiur dengan melakukan korupsi, penggelapan laporan keuangan, menjual narkoba, melakukan penipuan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentu harus melalui proses belajar atau bekerja secara sungguh-sungguh. Tidak ada istilah instan;
Kedua, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, seperti mendapatkan nilai sempurna, tentu harus mau berkorban. Ada pengorbanan yang dilakukan, misalnya berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan uang untuk membeli buku; Ketiga, dalam melakukan suatu perbuatan perlu memperhatikan dampaknya di kemudian hari. Apabila dirasakan akan membawa dampak buruk dan merugikan, sebaiknya berhenti sebelum semuanya menjadi terlambat; Keempat, jangan berusaha menghindari proses yang harus dijalani meski harus bekerja keras, sebab memang hanya itu jalan satu-satunya menuju pada keberhasilan. Sebab seseorang tidak mungkin mengalami keberhasilan tanpa melalui kerja keras.
Kelima, ingat selalu bahwa kegagalan sekali tidak akan membuat hidupmu berakhir dalam kegagalan. Sekalipun gagal karena mendapat nilai buruk, padahal sudah belajar, tidak usah berkecil hati. Masih ada kesempatan kedua untuk memperbaiki nilai. Seringkali ada banyak keberhasilan besar diperoleh yang diawali dengan beberapa kali kegagalan.
”Segala sesuatu yang dikerjakan secara instan tanpa melalui proses, hasil akhirnya akan sangat jauh berbeda dibandingkan dengan sesuatu yang dikerjakan sesuai proses”
Tony Tedjo telah menulis ratusan artikel dan ratusan renungan, 11 buku, konsultan penerbitan, Pendiri dan Ketua School Of Writing (SOW), Ketua Redaksi Renungan Kabar Baik, dosen di STT Kharisma Bandung, dapat ditemui di 0878 2333 8208 Pin BB 22441169.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar