“Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk’” (Markus 16:15).
Setiap pengikut Kristus dipanggil untuk melanjutkan karya-Nya yang masih belum selesai, yakni memberitakan Injil kepada semua orang. Amanat Agung yang tercatat dalam Matius 28:19-20 menggugah kita untuk senantiasa bergairah dalam memberitakan Injil. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, perintah untuk memberitakan Injil ini seharusnya kita kerjakan. Waktu kita mengerjakannya, ada upah atas jerih lelah kita tersebut (1 Korintus 15:58). Kita juga percaya bahwa setiap benih firman Tuhan yang kita taburkan tidak akan kembali dengan sia-sia, suatu saat benih firman Tuhan yang sudah ditaburkan itu akan bertumbuh.
Pada waktu Tuhan Yesus mengutus kepada murid-murid-Nya, Dia memberikan kuasa kepada mereka (Lukas 9:1). Kuasa Allah ini sangat penting sewaktu kita memberitakan Injil. Kuasa Allah ini bisa kita dapatkan apabila kita sudah dipenuhi oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8). Tanpa kuasa Allah, maka yang terjadi adalah penyangkalan. Seperti yang pernah terjadi pada diri Petrus. Baru setelah Roh Kudus turun dan memenuhi Petrus, maka dia menjadi seorang pemberani. Meski masuk penjara dan diancam akan dibunuh, dia tetap saja memberitakan Injil. Dan buah dari pemberitaan Injilnya tidak sia-sia. Pertama kali dia berkhotbah ada 3000 orang bertobat dan dibaptiskan (Kisah Para Rasul 2:41). Memang, sekalipun akhir hidup Petrus mengenaskan, dia mati disalibkan secara terbalik di Roma. Namun buah pelayanannya tidak sia-sia.
Suatu penghiburan bahwa Tuhan berjanji untuk senantiasa menyertai sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20b). Termasuk sewaktu kita sedang memberitakan Injil di berbagai tempat. Meski ada tekanan, ancaman, dan aniaya, namun tetap gigih memberitakan Injil. Seperti yang dialami oleh Paul-Le-Bao-Tinh, seorang percaya Vietnam yang dieksekusi mati tahun 1843 karena memberitakan Injil kepada orang-orang sebangsanya.
Memang, sewaktu kita memberitakan Injil di lapangan, tidak semudah yang dibayangkan. Kita akan menemui berbagai kesulitan dan tantangan yang berat. Akan tetapi dengan kuasa dan pertolongan Roh Kudus, maka kita bisa tetap memberitakan Injil dengan berani. Sampai “setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa“ (Filipi 2:10-11). Kita pun diberi kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan mengadakan berbagai mukjizat dalam nama-Nya (Markus 16:17-18).
Hargailah panggilan mulia ini, yaitu meneruskan karya Yesus di bumi, untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi kemuliaan nama-Nya. Ingatlah bahwa satu jiwa sangat berharga di mata Tuhan. Selamat menjadi mitra kerja-Nya. (Tony Tedjo seorang penulis 10 buku, Pendiri dan Ketua SOW, dapat ditemui di tonytedjo@gmail.com atau tony_kharis@yahoo.com)
Setiap pengikut Kristus dipanggil untuk melanjutkan karya-Nya yang masih belum selesai, yakni memberitakan Injil kepada semua orang. Amanat Agung yang tercatat dalam Matius 28:19-20 menggugah kita untuk senantiasa bergairah dalam memberitakan Injil. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, perintah untuk memberitakan Injil ini seharusnya kita kerjakan. Waktu kita mengerjakannya, ada upah atas jerih lelah kita tersebut (1 Korintus 15:58). Kita juga percaya bahwa setiap benih firman Tuhan yang kita taburkan tidak akan kembali dengan sia-sia, suatu saat benih firman Tuhan yang sudah ditaburkan itu akan bertumbuh.
Pada waktu Tuhan Yesus mengutus kepada murid-murid-Nya, Dia memberikan kuasa kepada mereka (Lukas 9:1). Kuasa Allah ini sangat penting sewaktu kita memberitakan Injil. Kuasa Allah ini bisa kita dapatkan apabila kita sudah dipenuhi oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8). Tanpa kuasa Allah, maka yang terjadi adalah penyangkalan. Seperti yang pernah terjadi pada diri Petrus. Baru setelah Roh Kudus turun dan memenuhi Petrus, maka dia menjadi seorang pemberani. Meski masuk penjara dan diancam akan dibunuh, dia tetap saja memberitakan Injil. Dan buah dari pemberitaan Injilnya tidak sia-sia. Pertama kali dia berkhotbah ada 3000 orang bertobat dan dibaptiskan (Kisah Para Rasul 2:41). Memang, sekalipun akhir hidup Petrus mengenaskan, dia mati disalibkan secara terbalik di Roma. Namun buah pelayanannya tidak sia-sia.
Suatu penghiburan bahwa Tuhan berjanji untuk senantiasa menyertai sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20b). Termasuk sewaktu kita sedang memberitakan Injil di berbagai tempat. Meski ada tekanan, ancaman, dan aniaya, namun tetap gigih memberitakan Injil. Seperti yang dialami oleh Paul-Le-Bao-Tinh, seorang percaya Vietnam yang dieksekusi mati tahun 1843 karena memberitakan Injil kepada orang-orang sebangsanya.
Memang, sewaktu kita memberitakan Injil di lapangan, tidak semudah yang dibayangkan. Kita akan menemui berbagai kesulitan dan tantangan yang berat. Akan tetapi dengan kuasa dan pertolongan Roh Kudus, maka kita bisa tetap memberitakan Injil dengan berani. Sampai “setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa“ (Filipi 2:10-11). Kita pun diberi kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan mengadakan berbagai mukjizat dalam nama-Nya (Markus 16:17-18).
Hargailah panggilan mulia ini, yaitu meneruskan karya Yesus di bumi, untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi kemuliaan nama-Nya. Ingatlah bahwa satu jiwa sangat berharga di mata Tuhan. Selamat menjadi mitra kerja-Nya. (Tony Tedjo seorang penulis 10 buku, Pendiri dan Ketua SOW, dapat ditemui di tonytedjo@gmail.com atau tony_kharis@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar