Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"

Senin, 21 Februari 2011

Mahasiswa dan Tulisannya

Budaya menulis menjadi “barang langka” di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan pendidikan. Menulis merupakan suatu hal mengerikan bagi sebagian orang, sehingga mereka berusaha menjauhi dan menghindarinya.
Mahasiswa sekarang sangat jarang sekali yang memiliki minat untuk menulis. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab jangankan untuk menulis, untuk membaca saja sulitnya minta ampun. Orang lebih senang menonton atau mendengarkan, ketimbang harus membaca apalagi menulis. Sehingga tak mengherankan apabila kondisi seperti ini dibiarkan terus-menerus akan membuat bodoh mahasiswa itu sendiri. Sebenarnya, dengan membiasakan diri untuk menulis, secara tidak langsung membantu mahasiswa itu sendiri untuk membiasakan diri juga dalam membaca. Sebagaimana kewajibannya sebagai mahasiswa yang setiap hari berkutat dengan buku. Membaca, membaca dan membaca merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang mahasiswa.
Mahasiswa, sebagai seorang inteletual, bisa menuangkan hasil yang dia peroleh sehabis membaca dan meneliti ke dalam sebuah tulisan. Sehingga ide-ide dan usulan-usulan yang ada dalam benaknya bisa diketahui banyak orang. Dan bisa berguna bagi ilmu pegetahuan.
Permasalahannya, kebanyakan mahasiswa enggan menuliskannya, sehingga ide-ide orisinil yang seharusnya bisa dikembangkan dan bermanfaat, malah sia-sia terbuang percuma. Ada tiga hal yang dapat merangsang mahasiswa untuk menulis:
Pertama, para dosen memaksa mahasiswa untuk menulis melalui tugas pembuatan paper atau makalah. Karena merupakan salah satu syarat kelulusan, maka mau tidak mau mahasiswa akan menulis. Tentunya sebelum itu dengan membaca berbagai buku dan sumber lainnya terlebih dahulu.
Kedua, mengubah konsep bahwa menulis itu susah dan hanya diperuntukkan bagi mereka yang punya bakat menulis saja. Berikan pandangan bahwa menulis itu mudah, semudah mengungkapkan perasaan hati ke dalam tulisan. Jika demikian, siapapun bisa saja menjadi penulis, asalkan ada kemauan dan kerja keras. Kemauan inilah yang menghantarkan seseorang untuk bisa menjadi penulis yang berbobot dan profesional.
Ketiga, dengan memberikan dorongan berupa reward atau penghargaan. Setiap hasil karya tulis mahasiswa akan dipajang di mading. Bila ada perlombaan menulis, maka setiap mahasiswa didorong untuk mengikuti. Dan bagi mahasiswa yang artikel tulisannya telah dimuat di surat kabar atau berhasil membuat sebuah buku, maka akan diberikan sertifikat dan diumumkan pada pertemuan khusus antara pihak sekolah dan mahasiswa. Selain itu, tulisan yang dimuatpun tentunya akan mendapatkan honor atau royalti.
Dengan adanya rangsangan ini niscara mahasiswa akan tertarik dan tertantang. Sehingga generasi mahasiswa sekarang setingkat lebih maju dengan membiasakan mereka untuk menulis. (Karya Tony Tedjo: Pendiri dan Ketua SOW. Dapat dihubungi di 081394401799 atau tonytedjo@gmail.com)

Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis?

Setiap tanggal 9 Februari kita memperingati Hari Pers Nasional. Kita seharusnya bangga bahwa kita memiliki hari pers nasional. Namun, budaya membaca, terlebih budaya menulis sangat kurang diminati. Kecenderungan orang pada masa kini adalah budaya dengar dan lihat. Apa yang didengar dan apa yang dilihatlah yang biasa diterapkan. Dengan asumsi bahwa mendengar dan melohat (menonton) tidak perlu memeras otak. Asumsi ini didukung pula oleh pandangan sekelompok orang yang memegang prinsip “serba praktis dan instant”. Maksudnya tidak usah cape-cape membaca atau menulis, toh dengan mendengar atau melihat saja kan lebih mudah dimengerti.
Anggapan-anggapan senada juga diajukan tidak hanya di kalangan pelajar atau mahasiswa, di lingkungan gereja pun budaya ini bertumbuh subur. Kita bisa melihatnya berdasarkan dugaan secara umum, bahwa kebanyakan para pendeta lebih senang untuk mengutarakan pesan firman Tuhan melalui kaset atau vcd ketimbang buku. Ada beberapa kemungkinan yang bias dijadikan alasan.
Pertama, tidak ada waktu. Jadual pelayanan yang padat, kurangnya waktu untuk mencatat, sibuknya melayani orang sakit, banyaknya jemaat yang mau dibaptiskan, padatnya acara kebaktian dan kesibukan membimbing jemaat yang akan menikah, menjadi alasan yang masuk akal mengapa para pendeta tidak ada waktu untuk menulis.
Kedua, tidak terbiasa. Kebiasaan seseorang sangat mempengaruhi kehidupannya. Ada banyak pendeta yang setiap kali berkhotbah tidak membuat kerangka khotbah yang akan dikhotbahkan terlebih dahulu. Mereka sudah terbiasa membawakan firman Tuhan secara langsung. Istilahnya, mengalir apa maunya Roh Kudus. Ini memang benar, namun sangat disayangkan bila bahan khotbah yang hendak disampaikan itu tidak didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan. Bahan-bahan khotbah yang sudah dituliskan tersebut kan bisa dikumpulkan dan dibukukan, sehingga lebih efektif dan efisien untuk membina pertumbuhan jemaat.
Ketiga, tidak bisa. Memang, sebagian orang berpendapat bahwa menulis itu diperlukan suatu bakat khusus atau paling tidak harus belajar dahulu bagaimana untuk menulis. Namun sebenarnya, bila ada kemauan orang yang tadinya tidak bisa akan menjadi bias, bila sudah mencobanya berulangkali. Sama halnya dengan seorang anak kecil berusia empat tahun yang sedang belajar mengendarai sepeda. Bukankah tidak diperlukan bakat khusus untuk bisa mengendarai sepeda? Cukup dengan ketekunan untuk tidak cepat menyerah, maka akhirnya dia bias mengendarai sepeda dengan baik. Demikian pula dengan menulis. Tekun dan giat berlatih akan mengasah ketrampilan untuk menulis sehingga mahir.
Empat, honornya kecil. Sebagian orang berpendapat bahwa bila menulis di suatu majalah atau membuat suatu buku itu tidak dihargai. Honornya kecil dan tidak sebanding dengan waktu yang dikeluarkan. Itulah sebabnya, banyak orang yang enggan untuk menulis. Lebih cenderung untuk memilih secara lisan saja.
Lima, malas. Sifat malas menjadi alasan terakhir mengapa mereka tidak mau menulis. Malas menuangkan kata-kata ke dalam bentuk tulisan. Malas mengetik. Masal akalu tulisannya dianggap jelek. Malas memperbaiki kembali bila ada tulisan yang salah. Kemalasan merupapan alasan klasik yang tidk bisa dipungkiri lagi.

Solusi
Menulis itu penting, apapun alaannya menulis tetap harus dikembangkan. Pendeta pun jangan mau ketinggalan dengan jemaatnya. Pendeta pun jangan mau ketinggalan budaya menulis bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus. Jangan sia-sia firman Tuhan yang sudah ditaburkan, tampunglah dengan tulisan menjadi sebuah buku.
(Karya Tony Tedjo, artikel ini telah dimuat pada Majalah BAHANA edisi Februari 2004. Telah dimuat dalam buku Bingkai Kehidupan yang berisi 50 artikel menarik. Tony Tedjo adalah pendiri dan ketua Komunitas Penulis Rohani /KPR; ketua dan pendiri Sekolah Menulis Alkitabiah /SOW; dan owner penerbit AGAPE)

Kamis, 17 Februari 2011

LAYANAN SOW

Riwayatmu
Sekolah Menulis Alkitabiah (SOW) hadir untuk memperlengkapi bagi anak-anak Tuhan yang rindu dalam melayani pemberitaan Kabar Baik (Injil) melalui tulisan. Dari arti katanya kata “SOW” artinya “menabur”. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah menaburkan benih-benih Injil kepada jiwa-jiwa yang belum diselamatkan. Dengan harapan agar benih yang sudah ditaburkan tersebut bisa dituai. Dan benih tersebut bisa bertumbuh dan pada akhirnya berbuah.
Atas dasar inilah kami membentuk SOW, sekolah menulis dengan sentuhan alkitabiah. Di Indonesia sekolah menulis seperti ini baru pertama kali ada. Sebab selain dalam SOW ini para penulis dimotivasi untuk senantiasa memberitakan firman Tuhan, baik secara tersurat maupun tersirat. Selain itu, dalam SOW juga diajarkan oleh para pengajar dengan pendidikan minimal sarjana teologi (S.Th hingga D.Th). Meski mereka adalah orang-orang yang menekuni di bidang tulis-menulis, mereka juga adalah seorang teolog.
SOW merupakan sekolah menulis dengan sentuhan nilai-nilai alkitabiah. Melalui materi-materi mengenai kepenulisan yang diajarkan di Sekolah, dan di kemudian hari akan bermunculan para penulis rohani yang menghasilkan tulisan-tulisan bermutu dan berbobot, dengan disertai nilai-nilai alkitabiah. Para penulis ini diharapkan mampu membagikan nilai-nilai kekekalan yang bersumber dari Alkitab untuk dibagikan kepada orang lain, khususnya dunia. Sehingga ada banyak orang yang dimenangkan bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus.
Kehadiran SOW dimulai dari visi yang Tuhan taruh kepada Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., D.Th (cand), sewaktu sedang bersaat teduh tengah malam (Juni 2008), untuk membangkitkan lebih banyak lagi para penulis buku-buku rohani lokal dan agar lebih bermunculan penerbitan buku-buku rohani di Indonesia. Selain itu agar lebih banyak lagi orang-orang yang dilatih menjadi penulis yang bergerak dalam pelayanan literatur. Sebab melalui pelayanan tulisan ini akan semakin efektif dalam pemberitaan Kabar Baik (Injil). Supaya banyak orang yang diselamatkan, sehingga  Amanat Agung Tuhan Yesus bisa dijalankan.
Oleh karena dorongan yang begitu kuat, maka dengan iman dan penyertaan Tuhan, maka SOW ini bisa terwujud. Adapun materi yang diajarkan dalam SOW meliputi: Menulis Renungan Harian; Menulis Buku; Menulis di Majalah; Menulis Cerpen dan Novel; Menulis Biografi dan Autobiografi, Tehnik Editing, Manajemen Penerbitan Buku; dan Tehnik Wawancara. Diharapkan setiap peserta yang telah mengikuti materi ini dapat semakin diperlengkapi dengan berbagai ketrampilan dalam penulisan.
Akhirnya SOW bisa terealisasi. SOW angkatan ke-1 diadakan sebanyak 8 kali pertemuan dengan masing-masing 3 jam. Diadakan setiap Senin ke-2 dan ke-4, mulai dari 17 Agustus 2008 hingga November 2008. Diadakan di Paskal Hypersquare lt. 3 ruang Bethel, Bandung. Sekitar 25 peserta dari berbagai denominasi gereja (Bala Keselamatan, GBI, GKI, GKPB Fajar Pengharapan, GAB Extravagant, GGP, dan lainnya), berbagai latar belakang profesi (dosen, mahasiswa, dokter gigi, guru, pendeta, pengusaha, dsb), dan berbagai kota (Bandung, Bandung Barat, Cimahi, dan Pamanukan) yang mengikuti kelas ini. Materi yang diajarkan ada 8, yaitu: Menulis Renungan Harian, Menulis Buku, Menulis Biografi dan Autobiografi, Menulis Cerpen dan Novel, Menulis di Majalah, Editing, Manajemen Penerbitan Buku, dan Tehnik Wawancara. Materi tersebut disampaikan oleh 7 pengajar yang sudah berpengalaman dalam dunia penulisan: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., Johny Tedjo, S.Th., Agus Nugroho, S.Th., Pdm. Gangga Eltho, M.Div, Sostenis Ngebu, MA, M.Th (cand), Sihadi Heru Winoto, S.Th., dan Wilfrid Simanjuntak, S.Th (cand).
SOW mengadakan angkatan ke-2 yang diadakan tiga kali: 21 Februari, 9 Maret, dan 28 Maret 2009, bertempat di Gedung Kharisma, Jl. BKR 98 A Bandung. Masing-masing pertemuan 5 jam. Dengan peserta 7 orang. Ada 8 materi yang disampaikan,  yaitu: Menulis Renungan Harian, Menulis Buku, Menulis Biografi dan Autobiografi, Menulis Cerpen dan Novel, Menulis di Majalah, Editing, Manajemen Penerbitan Buku, dan Tehnik Wawancara. Dengan pengajar Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., Johny Tedjo, S.Th., Bambang Suprapto, S.Th., Agus Nugroho, S.Th., dan Sihadi Heru Winoto, S.Th.
Sebagai upaya pemanasan sebelum masuk SOW ke-3, SOW bekerjasama dengan Badan Pengurus Mahasiswa (BPM) STT KHARISMA, mengadakan Seminar Menulis Buku. Diadakan bulan Juni 2009 bertempat di Gedung Kharisma, Jl. BKR 98 A Bandung. Sekitar 60 peserta begitu antusias mengikuti acara ini. Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th selaku Ketua SOW dan Puket III di STT KHARISMA Bandung, yang menjadi pembicara tunggal.
SOW ke-3 diadakan Juli dan Agustus 2009, bertempat di Hotel Perdana Wisata Bandung. Ada 6 meteri (Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Manajemen Penerbitan Buku, dan Tehnik Wawancara), yang disampaikan oleh tiga pengajar, yaitu: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., Ev. Johny Tedjo, S.Th, dan Pdm. Juanda, S.Sos., MA., M.Th. Uniknya masng-masing pengajar ini adalah penulis buku (minimal menulis 5 buku) dan pendidikan teologinya minimal S.Th. SOW ini diikuti sekitar 13 peserta dari berbagai kalangan dan profesi.
September 2009 SOW kembali mengadakan workshop “6 Jam yang Mengubahkan” mengenai penulisan buku, bertempat di Hotel Perdana Wisata Bandung. Sebenarnya ini merupakan SOW tingkat lanjutan. Dan diharapkan agar setelah mengikuti kelas ini bisa menulis buku. Diikuti oleh 11 orang peserta, dengan pembicara Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th.
Sampai akhir tahun 2009, sudah dua alumni SOW yang menulis buku. Pertama, Pdm. Johana Lily Lestari seorang ibu yang enerjik telah menulis dan menerbitkan bukunya berjudul “Isi Hati Wanita“. Buku ini sudah tersebar ke berbagai kota di Indonesia. Dan telah memberkati kaum wanita, khususnya. Kedua, Ibu Ivone Chow, S.Hum., seorang ibu muda yang antusias dan pekerja keras, telah menulis 10 buku cerita anak bergambar dwi bahasa (Inggris-Indonesia): The Lizard (si Cicak), The Deer (si Kancil), The Old Lady (Nenek Tua), The Little Turtle (Kura-kura kecil), Fido si Ikan Kecil, Swiming Pool (Kolam Renang), ke Pangandaran, Movie (Film), The Stepmother (Ibu Tiri), The Grumpy Jenna (Jenna Si Pemarah). Empat diantaranya sudah diterbitkan: Si Cicak, Si Kancil, Kura-kura Kecil, dan Fido si Ikan Kecil.
SOW ke-4 kembali diadakan tgl 23 dan 30 Januari 2010 bertempat di Hotel Perdana Wisata Bandung. Disampaikan oleh Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th. (Ketua dan Pendiri SOW, Penulis 8 buku) dan Ev Johny Tedjo, S.Th (penulis 5 buku).
SOW kemudian berekspansi ke beberapa kota lainnya. Angkatan ke-1 diadakan di Palembang, tepatnya di GBI MPI Palembang. Diadakan tgl. 26-27 Februari 2010. Diikuti oleh skeitar 35 orang dengan pengajar Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th. dan Johny Tedjo, S.Th. Materi yang diajarkan selama dua hari ini meliputi: Menulis Renungan, Menulis Buku, Menulis Cerpen, Manajemen Penerbitan Buku, Menulis Biografi.
Kemudian SOW juga mengadakan kelas angkatan ke-1 di Jakarta tanggal 14-15 April 2010, tepatnya di Gedung Heartline Center, Lippo Karawaci, Tangerang. Dengan pembicara Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th. diikuti oleh 12 orang peserta dengan berbagai profesi dan dari beberapa kota sekitarnya (Bekasi, Tangerang, Jakarta).
SOW bekerjasama dengan Sekolah Gamaliel Bandung mengadakan Kelas Pelatihan Menulis bagi guru-guru TKK dan SDK yang ada di lingkungan Sekolah Gamaliel. Diikuti oleh 38 peserta, termasuk kepala TKK dan SDK Gamaliel. Tujuan diadakannya kelas ini adalah agar setiap guru mampu membuat diktat pelajaran sendiri yang akan diajarkan kepada anak-anak didiknya. Selain menambah point nilai bagi guru tersebut, juga bisa mengangkat nilai sekolah tersebut.
                SOW juga membuka kelas Ekstensi yang saat ini sudah diikuti oleh 3 orang peserta yang berasal dari Sumedang, Surabaya, dan Batam. Setiap peserta akan mendapatkan modul yang disertai dengan latihan menulis. Setiap peserta akan dibimbing sampai membuat sebuah buku. Dengan harapan naskah buku tersebut pada akhirnya bisa diterbitkan menjadi buku.
                SOW membuka kelas Sertifikat dengan materi 14 buah yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Alkitab (Pengantar PL, Pengantar PB, Study Allah dan Roh Kudus, Study Kristus dan Keselamatan, Study Akhir Zaman) dengan bobot 10 sks. Literatur (Merangkai Kata Menyusun Kalimat, Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Cerpen, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Manajemen Penerbitan Buku, Strategi Pemasaran, Seni Penyuntingan) dengan bobot 20 sks. Para pengajar yang sudah berpengalaman, sebagian besar adalah dosen sekolah teologi, seperti: Pdp. Tony Tedjo, S.Th., M.Th., D.Th (cand); Steven A Goutama, MSC., S.Th., M.Th., D.Th; Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th., D.Min; Hali Daniel Lie, S.Th., M.Th; Johny Tedjo, S.Th.; Pdm. Juanda, S.Sos, MA, M.Th; Heru Winoto, S.Th; Agus Nugroho, S.Th, M.Th (cand). Kelas ini diadakan selama 9 bulan. Akan dimulai MARET – SEPTEMBER 2011. Belajar setiap Selasa jam 17.00-20.00 WIB. Kampus: Jl. Gedung Baithany, Jalan Cibadak Bandung. Untuk informasi dan pendaftaran hubungi 081394401799.

VISI dan MISI
Visi: “Membangkitkan dan Memperlengkapi Penulis Rohani dengan Pengetahuan Alkitab dan Ketrampilan Menulis”

Misi: 1. Mengadakan SOW di berbagai kota di Indonesia.
        2. Melatih penulis rohani untuk menulis buku.
        3. Menjadi konsultan penerbitan buku rohani.

PROGRAM yang ditawarkan:
1. Kelas Reguler
Diadakan 2x5 jam.
Materi: Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Cerpen, Menulis Buku,
Manajemen Penerbitan Buku.
                Biaya Rp400.000/orang (member card, snack, modul, sertifikat, paket buku) 
                Mentor: Tony Tedjo dan tim SOW

2. Kelas Ekstensi
                Diadakan selama 4 bulan (belajar di rumah)
                Materi: Menyusun Kata Merangkai Kalimat
                Biaya Rp1.000.000/orang (modul, sertifikat, konsultasi, paket buku, artikel
diterbitkan di majalah, sertifikat)
                Mentor: Tony Tedjo

3. Kelas Sertifikat (30 SKS)
                Diadakan selama 9 bulan (30 kali pertemuan)
Materi. Alkitab: Pengantar PL, Pengantar PB, Study Allah dan Roh Kudus, Study Kristus dan Keselamatan, Study Akhir Zaman (bobot 10 sks). Literatur: Merangkai Kata Menyusun Kalimat, Mengatasi Hambatan Menulis, Menulis Cerpen, Menulis Buku, Menulis Biografi, Menulis Renungan, Manajemen Penerbitan Buku, Strategi Pemasaran, Seni Penyuntingan (bobot 20 sks).
Mentor: Pdp. Dr. Tony Tedjo, S.Th., M.Th (cand); Dr. Steven A Goutama, MSC., S.Th., M.Th; Dr. Gideon Limandibrata, S.Th., M.Th; Hali Daniel Lie, S.Th., M.Th; Johny Tedjo, S.Th.; Pdm. Juanda, S.Sos, MA, M.Th; Heru Winoto, S.Th; Agus Nugroho, S.Th, M.Th (cand).
                Biaya: Pendaftaran Rp100.000; belajar Rp80.000/sks atau harga paket
Rp2.000.000
Fasilitas: Ruang ber-AC, modul, konsultasi dengan mentor berpengalaman, sertifikat, member card, paket buku, artikel diterbitkan majalah)

SOW didukung oleh para mentor yang berpengalaman di bidangnya, serta ditunjang oleh perpustakaan yang memadai (target sekitar 3000 judul buku).

Informasi dan pendaftaran
081394401799; 022-95187968; 088218240331;
085221897917; 08159084979
tonytedjo@gmail.com; tony_kharis@yahoo.com; penerbitagape@gmail.com