Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"

Jumat, 15 April 2011

Untuk Apa Menulis?


Ada seorang pemuda bertanya kepada saya, sebenarnya untuk apa sih kita bersusah payah menulis? Bukankah cukup hanya diceramahkan atau dikhotbahkan saya, tanpa perlu bersusah payah menuliskannya? Kalau hanya dikhotbahkan atau diceramahkan saja kan hanya tinggal bersuara saja. Bukankah orang lebih senang mendengarkan cerita atau berita daripada membaca. Atau orang akan lebih senang menonton vcd atau dvd saja, daripada membaca. Kebanyakan orang malas membaca. Jadi lebih baik bila bahan pengajaran atau bahan pelajaran yang hendak disampaikan itu dibagikan saja dalam bentuk audio yang bisa didengar, atau ke dalam bentuk visual sehingga dapat dilihat dan langsung mengerti isi ceritanya? Lalu mengapa kita perlu menulis, bila melalui audio dan visual saja orang sudah bisa mengerti maksud pesan si sutradara, melalui suara atau pertunjukan yang ditampilkan.
Sepintas memang alasan tersebut benar, namun sebenarnya tidak semuanya benar. Apabila ditelaah lebih jauh, sebenarnya dengan menuliskan bahan-bahan dari audio visual tersebut ke dalam bentuk tulisan, maka akan semakin lebih banyak orang yang bisa dijangkau. Terutama daerah-daerah yang masih belum dimasuki listrik. Sebab orang bisa membaca buku atau bahan bacaan tertulis, meski di daerah tersebut tidak ada listrik. Lagipula, bahan bacaan tidak cepat rusak dibandingkan bahan audio visual. Dan terdapat berbagai kemudahan lainnya dari bahan tulisan.
Seorang pemerhati makna kata memberikan pandangan: Tulisan jauh lebih akurat, tahan lama, dan efisien dalam melahirkan, menyimpan, memproses, dan memperkembangkan gagasan, sampai yang serumit-rumitnya dan seluas-luasnya. Dari gagasan ke tindakan hanya selangkah. Tanpa tulisan tidak ada dunia modern, ilmu pengetahuan lambat berkembang, teknologi sebatas sederhana, komunikasi sejauh teriakan.
Selain hal tadi ada hal lain yang menjadi tujuan mengapa seseorang menulis, sebagai berikut: Pertama, untuk menyalurkan hobi. Beberapa orang memiliki hobi menulis. Setiap ada hal-hal apa saja yang dirasa menarik, dia pasti menuliskannya. Ciri orang yang hobi menulis, umumnya ke mana-mana selalu membawa catatan dan bolpen. Mencatat apa yang dia lihat dan dirasakan. Setiap saat ada ide-ide baru yang muncul, dan bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Sesudah sampai di rumah, baru catatan-catatan kecil tadi dikumpulkan, dipilah, dan kemudian mengembangkan bagian-bagian dari catatan kecil tadi untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang utuh. Bahkan, tidak hanya sekadar ide, beberapa orang menjadikan menulis sebagai pekerjaan mereka. Sehingga kehidupan mereka bergantung dari seberapa aktif mereka menulis yang kemudian dikirimkan kepada penerbit atau kepada rekdasi surat kabar untuk diterbitkan. Beberapa orang telah membuktikan keberhasilannya dan menikmati uang hasil tulisannya yang sudah diterbitkan.
Kedua, menyalurkan pendapat pribadi. Terkadang beberapa orang yang memiliki suatu pendapat, tetapi tidak dapat menyalurkannya. Sehingga menjadikannya stres. Dengan menulis, maka pendapat-pendapat pribadinya bisa tersalurkan, sekaligus bisa membagikan berkat dari pengalaman maupun pengetahuan yang diketahuinya tentang satu hal tertentu yang diketahuinya. Sehingga banyak orang yang menjadi tahu sesudah membaca tulisannya.
Dampak negatifnya, ada juga orang yang menyalahgunakan untuk hal yang tidak baik, hanya demi menyalurkan kepentingan pribadinya saja. Dengan tulisan yang berisi pendapat-pendapat pribadinya, dia mengajak orang lain untuk mengikuti suatu pengajaran menyesatkan. Atau dipakai untuk mempropaganda orang banyak agar mengikuti pendapat dirinya, dengan harapan mereka bisa menjadi pengikutnya. Dia menjadi pemimpin mereka.
Ketiga, menginformasikan hal-hal yang baru. Karena keterbatasan fasilitas yang ada, sebuah informasi mengenai suatu program baru dapat disebarluaskan melalui tulisan. Seperti penyuluhan-penyuluhan mengenai manfaat Keluarga Berencana (KB) dapat disebarluaskan melalui tulisan-tulisan yang disusun ke dalam bentuk traktat atau brosur singkat. Sehingga masyarakat di Indonesia, baik kota dan desa maupun di pedalaman, bisa mengetahui benar manfaat dari penggunaan KB tersebut. Atau informasi mengenai pencegahann bahaya demam berdarah. Dengan adanya brosur singkat yang disebarluaskan ke berbagai pelosok di Indonesia, masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai bahaya penyakit ini dan bagaimana cara pencegahannya.
Keempat, mencegah kepikunan. Benar sekali. Mereka yang sering menulis akan terhindar dari kepikunan. Sebagai penulis tentunya dia akan banyak berhubungan dengan buku-buku bacaan. Setidaknya ada beberapa buku yang telah dibacanya. Dengan banyak membaca, maka otak akan bekerja. Sehingga penyakit pikun itu dapat dihindari.
Seorang jemaat kami berusia sekitar 93 tahun, masih tetap kuat dan segar. Semangatnya untuk beribadah masih luar biasa. Suatu kali kami berkunjung ke rumahnya dan bertemu dengannya. Rupanya dia baru saja membaca koran hari itu. Dia malah bercerita kepada kami mengenai banjir yang sedang melanda ibukota Jakarta. Sungguh luar biasa, pantas saja dia tidak pikun meski usianya sudah uzur. Karena dia suka membaca.
Kelima, menambah pengetahuan. The Liang Gie memberikan keterangan bahwa menulis atau mengarang akan menghasilkan sedikitnya nilai kecerdasan, nilai pendidikan, nilai kejiwaan, nilai kemasyarakatan, nilai keuangan, dan nilai kefilsafatan. Bertambahnya nilai-nilai ini disesuaikan dengan buku bacaan apa yang dibaca. Semakin berbobot buku-buku yang dibaca, maka semakin bertambah pandai pengetahuan yang diperoleh. (Diambil dari buku Menyusun Kata-kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo diterbitkan oleh Penerbit Agape. Untuk pemesanan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com. kunjungi juga www.agapemedia.blogspot.com)

Buku Baru

Nantikan kehadiran buku istimewa ini "Menulis dan Menerbitkan Buku, Siapa Takut?"

. Anda yang mau belajar menulis buku sekaligus menerbitkan bukunya sendiri, menjadi lebih mudah. Buku ini akan mengungkapkan hal-hal praktis yang setiap orang bisa melakukannya, menulis buku dan menerbitkan bukunya sendiri. Dilengkapi dengan sejarah perbukuan dan perkembangannya hingga sekarang. Rencana akan terbit Juni 2011. Bagi yang berminat, silakan pesan dari sekarang. Dapatkan harga khusus, diskon 35%. Pesan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.

Rabu, 06 April 2011

BAB 1. APA Itu MENULIS ?

Setiap manusia pasti telah membaca atau melihat sebuah tulisan, minimal sekali sepanjang hidupnya, baik yang tertulis di selembar kertas, daun lontar, pahatan batu, lempengan logam, dan sebagainya. Manusia kota, desa, pedalaman, primitif, ataupun orang dari suku terbelakang sekalipun, mereka sudah mengenal tulisan. Tulisan itu bisa berupa kata-kata atau simbol-simbol yang memiliki arti khusus, sehingga setiap orang dari kelompoknya bisa mengerti maksud dari tulisannya. Tulisan ini jugalah yang menjadi sarana komunikasi tertulis antar sesama manusia sehingga bisa saling berinteraksi.
Agar dapat menulis, seseorang harus belajar. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti belajar sendiri dengan cara mencontoh dari tulisan-tulisan yang sudah ada, ataupun dengan cara diajari oleh orang lain yang dianggap sebagai guru atau pembimbingnya. Lama belajar menulis itu berbeda-beda, tergantung dari ketekunan dan kesungguhan hati orang itu sendiri. Bila dilakukan dengan tekun dan ada kesungguhan hati, tentunya akan lebih cepat bisa menulis dibandingkan dengan orang yang bermasa bodoh atau belajar menulis karena terpaksa. Bila alasannya karena terpaksa, maka hasil tulisannya juga kurang baik. Sebenarnya seseorang tidak perlu karena terpaksa, apabila sudah menyadari benaar manfaat sesudah belajar menulis. Mungkin setelah beberapa waktu kemudian dia bisa menyadari manfaat dari belajar menulis.


TULISAN DAN KATA-KATA
Setiap tulisan itu terdiri dari kata-kata yang tersusun secara berurutan dan memiliki sebuah arti. Kata-kata itu sendiri tersusun atas beberapa huruf, yang sesudah disusun akan memiliki arti tersendiri. Menurut Alfabet yang kita kenal, ada 26 huruf yang dipakai secara umum. Huruf tersebut adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Dari ke-26 huruf ini kita bisa mengelompokkannya menjadi dua bagian besar, yaitu Vokal dan Konsonan. Kategori huruf yang digolongkan vokal adalah A, I, U, E, dan O. Sedangkan kelompok konsonan adalah B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, Z. Setiap kata-kata yang tersusun akan membentuk sebuah kalimat.
Kalimat juga terdiri atas dua bagian, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Contoh kalimat aktif adalah memakan, menulis, membaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan me-. Sedangkan contoh kalimat pasif adalah dimakan, ditulis, dibaca, dan sebagainya. Biasanya memakai imbuhan di-. Kalimat yang baik biasanya terdiri dari kalimat aktif yang disusun dalam beberapa kata-kata, sehingga memiliki arti yang mendukung satu sama lain dan membentuk sebuah paragraf. Alur cerita setiap kalimat itu mengalir berkaitan satu dengan lainnya.
Dalam merangkai kata-kata menjadi kalimat ini diperlukan kecermatan dan ketrampilan khusus, yang dapat dipelajari apabila sering menulis. Mereka yang sering menulis sebuah artikel atau sebuah buku, akan memiliki sense atau kepekaan sendiri terhadap kalimat maupun kata-katanya. Sebab agar terbentuk sebuah kalimat yang indah dan enak dibaca, harus bisa menyusun kata-kata dan merangkai kalimat dengan baik. Kata-kata yang dipakai tidak hanya itu-itu melulu, tidak diulang-ulang berkali-kali, sehingga pembaca tidak bosan atau cape membaca tulisan itu, serta untuk menghidupi tulisan itu agar tidak kering.

KATA
Kata merupakan bagian pendukung yang membentuk sebuah kalimat. Ada lima hal yang harus diperhatikan bagi penulis dalam memilih kata-kata yang baik. Kelima hal tersebut yaitu:
Pertama, gunakan kata-kata yang jelas dan sederhana. Tidak berbelat belit. Tidak menggunakan kalimat yang panjang-panjang. Hindari penggunaan kata-kata yang sulit dan berbunga-bunga. Jauhi kata yang berbunga-bunga. Tidak boleh bersifat mengkhotbahi. Jangan mengulang-ulang kata terus- menerus.
Kedua, gunakan kata-kata yang aktif, langsung dan kuat. Hindari penggunaan kata pasif. Pelajari tata bahasa dengan sederhana. Hindari penggunaan kata penghubung untuk mengawali sebuah kalimat.
Ketiga, gunakan kata-kata yang tepat dan benar. Pakailah kata-kata yang tepat dan spesifik. Misalnya kata bunga, tuliskan saja bunga ros atau bunga melati.
Keempat, gunakan kata-kata yang menceritakan dan memperlihatkan. Kata-kata yang menggambarkan, mendatangkan bunyi, kata-kata yang menciptakan atau membangkitkan perasaan.
Kelima, gunakan kata-kata atau frase orisinil. Hindarkan penggunaan kata-kata yang sudah lama tidak dipakai atau sudah terlalu umum. Usahakan untuk selalu menggunakan frase yang orisinal, agar terasa sedap dibaca.

KALIMAT
Kalimat merupakan gabungan dari beberapa kata yang didalamnya terdapat huruf-huruf yang memiliki arti dan makna tersendiri setelah digabungkan. Kalimat yang tersusun dalam beberapa kalimat akan membentuk sebuah paragraf. Kalimat yang harus sering dipergunakan dalam Sebagai alat komunikasi, kalimat memiliki lima fungsi dalam suatu tulisan, sebagai berikut: Menjadikan tulisan lebih efektif; membawa pembaca berkenalan pada isi suatu bacaan; mengantar pembaca dengan mudah mengenal apa yang perlu diketahui; kalimat yang baik membuat orang tertarik dan terus membaca bacaan yang ada di tangannya; enak dibaca, sekalipun isinya tidak begitu bagus, hanya karena bahasanya yang komunikatif, membuat orang mau membacanya. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila dapat menginformasikan gagasan atau maksud penulis dengan jelas dan tanpa mengandung arti ganda.

Sebuah artikel yang baik didalamnya tersusun atas banyak kalimat efektif dan kata-kata yang bervariasi serta memiliki arti yang dapat dimengerti oleh si pembaca. Bahasanya tidak monoton. Agar bisa mencapai hasil demikian diperlukan latihan yang berkelanjutan. Sebab menulis itu sendiri ibarat sebuah pisau. Bila lama sekali tidak dipakai dan dibiarkan begitu saja, akan berkarat dan tumpul. Seorang penulis juga apabila tidak terus berlatih, akan menjadi tumpul. Sehingga sewaktu akan mulai memakainya kembali perlu dimulai dari awal lagi. Seorang penulis sejati pastilah tidak akan pernah puas dan berhenti berkarya menghasilkan tulisan yang terbentuk menjadi buku. Selain tulisannya diterbitkan diberbagai media massa, tulisannya juga terdapat di berbagai buku yang sudah dia terbitkan.
Seorang pembicara terkenal atau seorang pengkhotbah kondang sangat mahir dalam berpidato atau berceramah di hadapan puluhan, ratusan, bahkan beribu-ribu orang. Namun mereka tidak serta merta bisa menjadi penulis. Memang, beberapa di antara mereka ada juga yang merangkap sebagai penceramah terkenal dan pengkhotbah kondang. Ada alasan tersendiri mengapa beberapa di antara mereka tidak bisa menulis. Kemungkinan ada yang bisa menulis, hanya saja melihat honornya yang kecil, membuat dia malas menulis (saya pernah menulis sebuah artikel yang pernah dimuat BAHANA berjudul ”Mengapa Pendeta Tidak Suka Menulis.” Bisa juga dilihat dalam buku Bingkai Kehidupan karya Tony Tedjo, Penerbit Agape, 2009).
Saya mau katakan bahwa sebenarnya setiap orang berpotensi menjadi penulis. Lebih tepatnya lagi bahwa Tuhan sudah memberikan kepada setiap manusia kemampuan untuk menulis. Hanya saja hasil akhirnya tetap kepada diri manusianya sendiri. Ada yang memiliki respon bermasa bodoh, cuek, mengabaikan, dan bahkan menjauhkan diri darinya. Dan bagi mereka yang meski awalnya dirasa tidak bisa menulis, tetapi memiliki kerinduan untuk bisa. Dia berusaha dengan berbagai cara untuk belajar, menggali potensi yang dia miliki tersebut, dia akan mendapatkannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia menjadi seorang penulis produktif dan penulis best seller. Di mana buku-bukunya laris manis di pasar.
Saya punya pengalaman menarik dengan tulisan. Sewaktu sekolah di SD hingga SMA dahulu, ada satu pelajaran yang saya kurang senangi, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap kali diadakan ujian akhir, selalu saja mata pelajaran ini yang nilainya kurang baik. Sebab ada satu bagian yang nilainya sekitar 30% yang saya kerjakan tidak maksimal, yakni bagian mengarang. Kelemahan saya pada waktu itu adalah tidak bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang baik dan menyambung dengan paragraf lainnya, sehingga bisa terbentuk suatu karangan yang utuh dengan cerita yang nyambung dari awal hingga akhir cerita.
Saya mengerjakan soal mengarang ini dengan ”mengarang” alias ngawur. Kata-kata yang saya susun memang membentuk kalimat. Tetapi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak nyambung. Dan saya membuat satu paragraf dengan mengcopy-nya ke paragraf kedua, paragraf ketiga, dan paragraf keempat. Pokoknya yang terpenting menurut anggapan saya adalah asal satu halaman terisi penuh, dan yang terpenting tidak sampai kosong, supaya mendapat nilai. Memang, bila dilihat sepintas saja tanpa membacanya, sepertinya karangan saya itu memenuhi syarat untuk mendapat nilai. Namun bila dibaca kalimat demi kalimat, karangan tersebut amburadul.
Tetapi bersyukur kepada Tuhan. Bila dahulu pekerjaan menulis merupakan hal yang menakutkan dan dihindari, sekarang menjadi sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Menyenangkan, karena sewaktu saya menulis saya menikmati tulisan saya dan untuk menyelesaikan sebuah artikel dapat diselesaikan hanya dengan sekali waktu saat itu juga. Menantang karena menulis merupakan salah satu pekerjaan yang menguntungkan karena memberikan pemasukan keuangan berupa honor dan royalti.
Saat ini saya sudah menerbitkan 7 buku laku dan sedang mempersiapkan sekitar 10 judul buku baru, yang rata-rata sudah diselesaikan sekitar 40%-75%. Buku-buku saya yang sudah terbit tersebut sudah tersebar hampir di 300 toko buku, di berbagai kota di Indonesia. Saya juga menjadi redaksi dari Tabloid Rohani Keluarga yang diterbitkan di Surabaya dan beredar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dan lagi sekarang sudah terbentuk sekolah menulis SOW, dengan alumni sudah mencapai 157 orang di berbagai kota di Indonesia, seperti: Bandung, Cimahi, Kab. Bandung Barat, Subang, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Palembang, dan lainnya. Beberapa orang di antaranya sudah menghasilkan karya berupa buku-buku yang telah diterbitkan dan telah menghasilkan keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut. (Diambil dari buku Menyusun Kata-Kata Merangkai Kalimat karya Tony Tedjo, terbitan Penerbit Agape Bandung. Bisa dihubungi di penerbitagape@gmail.com).

Buku Baru

Sebuah buku yang mengungkapkan dimulai dari sejarah berdirinya, pokok ajaran, hingga kepada perkembangannya saat ini dari tiga agama besar dunia, yakni Agama Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu. Buku ini sudah dipakai oleh berbagai mahasiswa di beberapa STT di Indonesia. Sudah dibeli dan disimpan di Perpustakaan Dunia terbesar di Amerika, serta 10 University terkenal di Amerika. Dapatkan buku Mengenal Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu karya Tony Tedjo, M.Th., D.Th (cand) dengan harga khusus. Pesan lebih dari 3 diskon hingga 30%. pesanan ke 081394401799 atau penerbitagape@gmail.com.