Motto: "Mencerdaskan, Memberkati, Menjangkau"

Minggu, 08 Mei 2011

Mengenal Agama Hindu, Buddha Khong Hu Cu

BAB 1.
PENGERTIAN AGAMA


Agama secara umum memiliki makna percaya kepada Tuhan atau kepada sesuatu kuasa yang gaib dan sakti, seperti dewa. Agama dan kepercayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun sangat berhubungan. Agama memiliki makna yang lebih luas, yakni merujuk kepada satu sistem kepercayaan yang kohesif (melekat satu dengan yang lain) mengenai aspek ketuhanan. Sedangkan kepercayaan hanya melibatkan seorang individu, umumnya tidak bisa dianggap sebagai sebuah agama. Sebaliknya, agama haruslah melibatkan sebuah komunitas atau kumpulan manusia.
Selain itu, agama juga merupakan sebuah fenomena masyarakat yang dapat terlihat melalui beberapa hal berikut:
- Perlakuan. Seperti sembahyang, membuat sesaji, perayaan hari raya dan upacara;
- Sikap. Seperti rasa hormat, kasih ataupun takut kepada kuasa yang luar biasa, serta anggapan suci dan bersih terhadap agama;
- Pernyataan. Seperti jampi, mantera dan kalimat suci (ayat-ayat kitab suci);
- Benda-benda material. Nampak secara lahiriah seperti bangunan, (tempat ibadah). Contoh pure, kelenteng, atau vihara.

Kepercayaan yang dipercaya oleh umat beragama terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu monoteisme dan politeisme. Monoteisme (berasal dari kata Yunani, monon = tunggal dan Theos = Tuhan), yaitu kepercayaan yang mempercayai bahwa Tuhan itu satu/tunggal, berkuasa penuh atas segala sesuatu.
Ada beberapa bentuk kepercayaan monoteisme, yaitu:
- Teisme, suatu istilah yang mengacu kepada keyakinan akan Tuhan yang ’pribadi’, artinya satu Tuhan dengana kepribadian yang khas, bukan sekadar suatu kekuatan ilahi saja;
- Deisme, merupakan bentuk monoteisme yang meyakini bahwa Tuhan itu ada, tetapi menolak gagasan bahwa Tuhan ini ikut campur di dalam dunia. Sifat Tuhan hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap alam. Mereka menolak hal-hal yang ajaib dan mengklaim bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan Tuhan;
- Teisme monistik, merupakan suatu bentuk monoteisme yang ada dalam agama Hindu, mencakup panenteisme (paham yang beranggapan bahwa Tuhan adalah ciptaan jiwa dalam suatu tubuh); monisme (paham yang beranggapan bahwa semua kehidupan adalah satu zat) dan pada saat yang sama juga mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi, Mahakuasa, dan universal; panteisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa alam sendiri itulah Tuhan.

Sedangkan politeisme (berasal dari kata Yunani polus = jamak dan Theos = Tuhan) adalah kepercayaan bahwa ada banyak Tuhan. Secara historis, banyak pemeluk politeis percaya akan keberadaan banyak Tuhan, tetapi mereka hanya menyembah satu saja, yang dianggap oleh si pemeluk itu sebagai Tuhan yang Mahatinggi. Praktek ini disebut henoteisme (paham yang percaya kepada satu dewa yang dipuja dalam banyak keberadaan); Panenteisme, yaitu suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidaklah identik dengan alam. Menurut Hindu, alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam, melainkan mentrandensikannya; Monoteisme substansi berpendapat bahwa Tuhan yang banyak itu adalah perwujudan dari substansi yang satu, yang ada di belakangnya, bahwa substansi yang ada di belakangnya itulah Allah.
Selain orang-orang yang menganut monoteisme dan politeisme, ada juga yang menganut pandangan agnotisme dan ateisme. Agnotisme adalah pengakuan ketidaktahuan tentang Allah. Agnotisme tidak mengatakan bahwa tidak ada Allah, tetapi ia juga tidak menyatakan bahwa Allah ada. Ajaran ini menyatakan bahwa mustahil untuk mengetahui tentang Allah. Sedangkan ateisme adalah mereka yang percaya bahwa Allah tidak ada. Orang ateis tidak percaya bahwa Allah menciptakan manusia, sebaliknya mereka percaya bahwa manusialah yang menciptakan gagasan tentang Allah.
Sebagai umat beragama dalam meresponi umat beragama lain ada 4 sikap, yaitu: Ekslusivisme, bersikap bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang benar, sedangkan di dalam kepercayaan lain tidak mengandung kebenaran; Inklusivisme, yakni meyakini bahwa agamanya yang benar, namun di luar kepercayaannya tersebut terdapat juga kebenaran; Pararelisme, yaitu menyejajarkan bagian-bagian yang memiliki kesamaan tanpa mempertentangkannya; Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama yang baik, serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan. (diambil dari buku Mengenal Agama Hindu, Buddha,Khong Hu Cu karya Tony Tedjo. Untuk pemesanan hubungi 081394401799. ada diskon khusus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar